ㅡ Sang Nawasena ; Sonny Brisko

297 39 8
                                    

"Kau yakin akan bermain?" Kamu bertanya kepada sosok surai cerah yang tengah duduk bersanding denganmu. Pria tersebut mengangguk dengan mantap.

Kamu menghela napas resah. "Masih ada waktu untuk mundur, Sonny." Padahal pria tersebut baru saja sembuh dari cederanya, namun ia malah menjadi pemain basket untuk classmeeting kelasnya.

"Aku tidak apa-apa, nanti dukung aku ya!" seru Sonny padamu, kamu jelas geleng kepala tanda menolak. "Aku ini medis, aku harus bersikap netral," ujarmu yang membuat Sonny manyun bibir.

Kamu mengusap kepala pria tersebut. "Aku belum bertugas, jadi... semangat ya? Hati-hati saat bermain."

Kurva merekah pada wajahnya, ia menarik tanganmu yang mengusap kepalanya, lalu menghujaninya dengan kecupan-kecupan, sukses membuatmu memerah seluruh wajah.

Kalian kembali pada tugas masing-masing setelah teman satu tim Sonny menginterupsi kegiatan kalian.

Kamu mengarahkan tim medis yang bertugas pada hari ini sebagai koordinator, yang kebetulan tim tersebut seluruhnya merupakan adik kelas.

Kamu sibuk mengurus pemain yang cedera, tidak menyadari bahwa sudah giliran kelas Sonny yang bermain. Suara riuh mengudara bersamaan dengan tim Sonny yang turun ke lapangan, pekikan dari para penggemar yang bahkan mengalahkan sorakan kelas kedua tim.

Rasanya kamu beruntung sekali karena Sonny menyukaimu terlebih dahulu, padahal penggemarnya tidak bisa dihitung jari.

"Cobalah untuk jangan banyak bergerak terlebih dahulu," jelasmu pada pemain yang cederanya telah kamu tangani.

Riuh kembali mengudara, kini asalnya adalah lapangan yang membuatmu kernyit dahi. Kamu menengok apa yang tengah terjadi dan mendapati Sonny tengah meringis sambil memegang kakinya, sedangkan temannya tengah beradu mulut dengan salah seorang pemain lawan.

Sonny dipapah menuju pinggir lapangan agar ditangani oleh medis. Kamu segera menghampiri Sonny dengan perasaan berapi-api, sedangkan Sonny menatap dirimu takut.

Kamu pada akhirnya mengurus cedera Sonny tanpa mengatakan sepatah kata apapun, membuat Sonny teguk kasar liurnya. "Kau marah?"

Kamu menarik napas panjang. "Bukankah aku sudah melarangmu? Kenapa kau ini keras kepala sekali? Kau tidak tahu kalau aku mengkhawatirkanmu?"

Sonny menunduk cemberut, rasanya seperti tengah dimarahi oleh ibu sendiri. "Maaf."

Kamu menghela napas resah. "Sudah merasa lebih baik? Yang terpenting kau baik-baik saja." Sonny mengangguk semangat saat dirasa amarahmu telah mereda.

Ekspresinya kemudian berubah menjadi serius, membuat perasaanmu menjadi tidak karuan. "Apa ada yang sakit?"

"Kau ini, pernah diajari sopan santun tidak?" Kamu kebingungan dan sedikit ketakutan, takut kamu telah melakukan sesuatu yang membuat Sonny marah.

"Kau ini tidak sopan sekali."

"Kenapa?"

"Seenaknya masuk ke hatiku, menetap pula."

(n.) asmaraloka - noctyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang