ㅡ Sang Agha ; Alban Knox

329 47 0
                                    

"Aku gugup sekali." kamu berujar pada pria di depanmu. Wajar saja, hari ini adalah final pertandingan futsal antar kelas, dan kelas kalian menjadi kandidat diantara ketiga peringkat.

Walaupun kamu tidak termasuk ke dalam tim, kamu merasakan gugup layaknya kamu juga turun ke lapangan. Semua ini karena pria di hadapanmu itu. "Bagaimana kalau kita kalah?"

"Kita akan menang, aku yang akan menjadi MVP hari ini," ujarnya dengan percaya diri. "Jadi, lihat aku ya!"

Tentu saja, tanpa diperintahkan pun matamu hanya akan tertuju pada pria surai cokelat dengan marga Knox itu. Sebut saja Alban.

Kamu menyaksikan pertandingan dari pinggir lapangan. Netramu terus-terusan mengekori pria bagai kucing tersebut. Rasanya, perasaan sukamu pada dirinya semakin bertambah setiap ia mencetak gol dan langsung mengalihkan atensinya pada dirimu. Lucu sekali.

Sampai pada saat Alban menghampirimu ketika ia menjadi pemain cadangan dengan alasan save the best for the last. Wajar saja jika dia menjadi kartu Ace bagi tim kelas, ia sudah mencetak 3 gol di babak pertama ini.

Ia langsung duduk di sampingmu sambil bersender, mengabaikan dirinya yang bermandikan keringat. "Butuh pereda nyeri?" tawarmu. Ia lantas menyelonjorkan kakinya lalu mengoleskan krim tersebut ke kakinya.

"Alban, ini konsumsi untuk kalian." Ketua kelasmu menyodorkan sepiring makanan untuk mengisi perut, namun Alban tak kunjung mengambilnya. "Kenapa?"

"Tanganku kotor karena krim itu, suapi aku," ujarnya yang membuatmu kernyit dahi, lalu tertawa kecil. "Makan saja, krim itu akan menambahkan sensasi pedas dan panas ke dalam makananmu." kamu tertawa kembali, membuat Alban menahan diri untuk tidak memakan pipimu, seperti yang biasanya akan ia lakukan saat ia kesal kepadamu.

Pada akhirnya kamu tetap menyuapinya makanan.

"Iya, yang ada di pinggir lapangan mesra sekali kawan-kawan. Bagi yang tidak mempunyai ayang, jangan iri ya, saya masih kosong kok." Kamu dan Alban terkejut ketika komentator pertandingan nampak menyindir kalian.

Alban hanya tertawa dan meneriaki komentator agar fokus ke pertandingan, sementara kamu sudah menyembunyikan wajahmu menggunakan telapak tangan.

Alban kembali turun ke lapangan ketika babak penentuan juara pertama berlangsung. Dan seperti yang diharapkan dari kartu ace, kelas kalian sukses menempati juara pertama lomba futsal antar kelas.

Alban bergegas menghampirimu setelah mengadakan selebrasi kecil-kecilan bersama timnya, dan langsung memelukmu. Kamu terlalu syok untuk bereaksi apa-apa.

"Anggap saja pelukan ini adalah hadiah untukku karena sudah memenangkan lomba ini."

(n.) asmaraloka - noctyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang