Helmi menatap bangunan besar di seberang jalan sana dengan senyuman bahagianya, kampus itu, tempat dimana Ia dan keenam temannya menempuh pendidikan dulu.
.
.
.Ghiyats Helmi Pratama, Mahasiswa kupu - kupu dari jurusan Bisnis dan Manajemen, kini menatap keenam sosok didepannya dengan pandangan yang menyedihkan.
"Kenapa?"
Pertanyaan dari yang paling tua hanya dibalas dengan gelengan lemah, Ia perlahan merebahkan tubuhnya di atas karpet milik Mahen.
"Lo di tolak anak jurusannya Dzaki lagi?"
"Disuruh mundur sebelum berjuang?"
"Nilai Lo turun?"
"Nyokap Lo ngga mau bagi duit?"
"Pak Burhan tiba - tiba nukar jadwal kelasnya, Bang?"
"Sandal Lo di malingin, lagi?"
Semua pertanyaan lagi - lagi hanya dibalas oleh gelengan lemah, membuat keenam temannya kini ikut merebahkan tubuh masing - masing di ruang tamu Unit Apartemen tersebut.
"Lebih parah."
Semua pandangan kini hanya tertuju pada si Laki - laki yang memiliki banyak tai lalat di wajah itu.
"Si Ibu lebih milih gendongin anak tetangga, ketimbang masakin anaknya sendiri sarapan!"
Mereka yang awalnya hening, kini mulai tertawa, cerita Helmi dengan Ibunya tidak pernah gagal membuat hari mereka menjadi lebih baik.
"Pantesan lo di kampus tadi lemes banget, Bang. Udah kaya hidup enggan matipun tak mau." Leo yang memang satu jurusan dengan Helmi, kini memberi tanggapannya tentang kondisi Kakak tingkatnya di kampus tadi.
"Jadi, Lo udah makan apa belum? Kalo belum, masak mie sono!"
"Gitu kek dari tadi, Gue belum ada makan." Mendengar perkataan sang pemilik Unit Apartemen, Helmi langsung beranjak dari posisi awalnya.
"BELUM APANYA, ANJIR? LO TADI DATANG KE KANTIN FK CUMAN BUAT NGABISIN MAKANAN GUE, SIALAN!"
Dzaki kini melemparkan bantal sofa dihadapannya kearah Helmi, dan tepat sasaran.
"YA BELUM ADA MAKAN SORE." Helmi yang tidak terima kepalanya dilempar menggunakan bantal sofa, kini membuat aksi pembalasan.
"KOK KENA GUE SIH BANG?" Ya, bantalnya malah mengenai wajah Azriel yang tengah sibuk memandangi langit - langit.
Beberapa menit berlalu, mie instan buatan Helmi sudah siap untuk di santap.
KLIK
Kedua bola mata Helmi memandang tidak percaya Rafael yang kini menenteng 2 box pizza.
"Apa Lo liat - liat!" Rafael dengan wajah galaknya kini memandang Helmi dimeja makan.
"KOK NGGA BILANG KALO PESAN PIZZA?"
"Gue nelpon om - om pizza didepan muka Lo, setan. Lo nya aja yang sibuk ngelamun jorok!"
"Anjir, jangan di abisin dulu, TUNGGUIN GUE!"
Helmi sudah tidak memperdulikan mie yang dia telan sudah hancur dengan baik atau belum sebelum masuk kedalam sistem pencernaannya, yang ada dipikirannya hanyalah pizza.
"Gue kasian sama ususnya Helmi, teriak kali liat mie masih utuh masuk." Jonathan kini menatap ngeri pria yang menghabiskan mie instan hanya dalam waktu kurang dari satu menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth ; NCT Dream ✓
General Fiction"Remember our youth." ©lcvebie, 2022 | my youth