Leo menatap menatap panggung besar di hapadannya dengan pandangan kosong, mendatangi pertunjukan musik seorang diri ternyata bukan pilihan yang bagus, ingatannya kembali memutar tentang bagaimana Ia dan keenam temannya akan mendatangi semua pertunjukan musik yang ada di Bandung dulu.
.
.
.Adeleo Bennet Hazard, Mahasiswa Fakultas Bisnis dan Manajemen yang memiliki tawa khas lumba - lumba itu, memasang wajah gugup saat kedua kakinya sudah mulai memasuki bangunan yang disebut Cafe itu.
"Mi, sini!" Sapaan untuk sang Kakak tingkat yang berdiri di sebelah kirinya itu, dengan mulus masuk ke dalam indra pendengarannya.
"Tumben bener Lo pada ngambil tempat di pojokan gini?" Leo kembali mengikuti Sang Kakak tingkat yang perlahan mendekati sebuah meja di pojok Cafe tersebut.
"Biar deket Colokan." Orang yang tadi menyapa sang Kakak tingkat kini menunjuk colokan yang berada tepat dibawah kursinya.
"Wih, siapa nih?" Leo sedikit tersentak ketika seseorang merangkul bahunya secara tiba - tiba.
"Halo, Kak! Nama saya Adeleo Bennet Hazard dari Fakultas Bisnis dan Manajemen." Perkenalan yang terbilang cukup spontan tadi, jelas mengundang gelak tawa dari Kakak tingkatnya itu.
"Santai aja, jangan tegang gitu!" Tepukan di bahunya kini membuat Leo menyadari tingkahnya beberapa detik yang lalu, dan efeknya berdampak pada semburat merah di wajah Laki - laki November itu.
"Nama Gue Jonathan. Salam kenal, Adel!" Ujaran Kakak tingkat yang memiliki hidung bak perosotan itu sontak membuat Leo membelalakkan matanya, apa katanya? Adel? Yang benar saja.
"ADEL PALA BAPAK LO!" Hancur sudah image anak malu - malu yang dia pertahankan selama beberapa bulan di Kota orang ini.
"KAN NAMA LO ADEL." Merasa tidak bersalah kini Jonathan melempar tisu bekasnya kearah yang paling muda saat itu.
"Ya ngga Adel juga panggilannya, Leo aja!" Protes dari Leo kembali membuat Mereka kembali tertawa, salahkan Jonathan yang dengan bodohnya memanggil Laki - laki itu dengan sebutan Adel.
"Lo Leo juga? Masa hidup Gue harus di kelilingi sama 3 Leo?" Ujaran Jonathan kini membuat yang namanya disebut mengerutkan keningnya bingung.
"Masih ada Gue yang beda." Helmi si tersangka pengangkatan Leo menjadi salah satu bagian dari Mereka, kini membuka suaranya.
"LO GEMINI, SIALAN! MAKIN PARAH." Mendengar Gemini disebut, Leo kini menganggukkan kepalanya, tanda bahwa Ia paham topik apa yang sedang diperdebatkan oleh 2 orang dihadapannya.
"Gue sagitarius sih, Kak." Ucapan Leo membuat 2 Kakak tingkatnya itu memberhentikan perdebatan Mereka.
"Terus kok nama Lo Leo?"
"Kenapa sih, buset? Nama juga nama Dia!" Seseorang yang memakai kacamata akhirnya ikut dalam obrolan setelah menyelesaikan urusannya di ponsel.
"Tap—"
Ekhem
Dehaman dari belakang tubuh Leo, sukses membuat Jonathan menatap sosok mungil yang kini memasang wajah tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth ; NCT Dream ✓
General Fiction"Remember our youth." ©lcvebie, 2022 | my youth