008. Tentang Mereka

616 132 10
                                    

Mereka saling melemparkan senyuman satu sama lain. Tidak butuh untaian kalimat selamat tinggal atau sampai jumpa lagi, Mereka hanya membutuhkan pelukan hangat yang entah sampai kapan akan Mereka rasakan lagi.

.
.
.

Mereka kini berkumpul di ruang tamu Unit Apartemen milik Mahen, dengan pandangan yang tertuju pada Jonathan dan Helmi.

"Jadi, siapa yang bakal ngejelasin?" Jika hari biasa dua Anak adam itu akan bertarung menunjuk satu sama lain untuk menjelaskan, lain dengan hari ini, Mereka hanya menatap kearah yang berbeda.

"Jo." Panggilan dari yang paling tua, sontak membuat Jonathan menokehkan kepalanya.

"Jelasin!"

"Tanya dia aja!" Mahen itu menyeramkan jika marah, dan Jonathan jelas tau, tapi kali ini dia tidak memperdulikan hal itu lagi.

Sambil memijat pangkal hidungnya, Mahen beralih menatap Helmi yang dengan santainya beranjak dari duduknya. "Lo mau kemana?"

"Balik."

5 orang yang sejak tadi hanya menjadi penonton, jelas tidak habis pikir dengan perlakuan kedua temannya yang mengundang emosi si paling tua.

"Selesaiin dulu masalah Lo berdua, baru boleh keluar dari sini!" Dzaki yang awalnya tengah mengunyah cemilan dipangkuannya, perlahan menyudahi aksinya karena tontonab di depannya lebih menarik.

"Ogah." Diantara Mereka berenam, Helmi memang memiliki watak keras kepala.

"Helmi, duduk!" Tapi sekeras kepala apapun Helmi, Anak itu akan menurut jika sang Kakak tingkat sudah menggunakan nada datarnya.

"JELASIN!" Hilang sudah kesabaran Mahen saat kedua orang dihadapannya semakin mengatupkan bibir tanda bahwa Mereka enggan menjelaskan apa yang terjadi.

"Bang, Leo aja yang jelasin, Dia liat semuanya." Rafael yang baru saja di beritahu Leo perihal masalah 2 orang itu, dengan hati - hati membuka suaranya.

"Gue juga udah tau dari Leo, cuman Gue mau dengar langsung dari mulut Mereka!" Ya, Mahen sebenarnya sudah diberutahu oleh Leo juga. Tapi, Ia hanya ingin kedua Adik tingkatnya itu terbuka tentang masalah Mereka.

"Lo berdua beneran ngga bisa di halusin? Mau Gue tonjok dulu, baru ngomong?" Azriel terlihat meneguk ludahnya kasar saat mendengar penuturan Mahen barusan, siapapun tolong bawa keluar anak tidak tahu apa - apa itu!

"Dia yang mulai nonjok Gue!" Mahen menganggukkan kepalanya, penuturan yang diucapkan Helmi sama persis dengan yang disampaikan Leo.

"GUE NONJOK LO ADA ALASANNYA!" Merasa dirinya terpojokkan, Jonathan menyuarakan protesnya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Apaan? Lo cemburu Gue deketin si Raya?" Mahen mulai mengerutkan dahinya, merasa ridak mungkin jika Jonathan melakukan tindakan kekanak - kanakan seperti itu.

"Kenapa diam? Beneran?"

"Lo ngga punya mulut buat ngejawab?"

"Apa lagi mikirin alasan?" Berbagai macam tuduhan terus - menerus keluar dari mulut Anak kelahiran Kota Kembang itu.

"JAWAB GUE, SIALAN!"

My Youth ; NCT Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang