007. Tentang Azriel

353 93 11
                                    

Azriel melangkahkan kakinya keluar dari bandara, entah sudah berapa lama Ia tidak mendatangi Kota ini, banyak hal yang Dirinya rindukan termasuk keenam Kakak tingkatnya semasa kuliah dulu.

.
.
.

Azriel Rafisqy Syahputra, Mahasiswa semester 3 Jurusan Arsitektur itu, kini tengah berkumpul dengan keenam Kakak tingkatnya di Unit Apartemen milik yang paling tua di antara Mereka.

"Gue mau balik ke Jakarta."

Kalimat yang keluar dari mulut Mahen saat itu, sontak membuat Unit Apartemen yang mulanya sangat berisik, berubah menjadi hening.

"Kapan, Bang?" Leo yang merasa kelima temannya itu tidak akan membuka suara, kini membuka suaranya.

"3 hari lagi."

"Gila." Helmi yang memang dilanda emosi melangkahkan kakinya keluar dari Unit Apartemen milik Mahen, disusul oleh Jonathan yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap sosok dihadapannya itu.

"Gue nyusul Jonathan sama Helmi dulu, Bang!"

"Ikut, Raf!"

"Gue juga, Bang!" 3 Orang lainnya perlahan hilang dari pandangan Mahen yang kini menatap nanar pintu Unit Apartemennya.

"Bang..." Mahen melupakan 1 sosok yang masih duduk di pojok ruangan sana.

"Kenapa, El?" Enggan menatap si paling muda, Mahen memilih beranjak menuju dapur.

"Udah packing?" Pertanyaan yang tidak terduga keluar dari mulut Azriel, sontak membuat Mahen menghentikan langkahnya.

"Belum."

"Mau dibantuin ngga?"

"Lo mau bantu Gue?"

"Kenapa ngga?" Senyuman kini mulai terbit di wajah milik Mahen saat mendengar jawaban dari sosok yang sampai saat ini enggan Ia tatap.

"Ayo!"

1 jam Mereka habiskan dengan kesunyian, tidak ada yang berniat membuka obrolan, keduanya sibuk dengan kegiatan dan pikiran masing - masing.

Hingga Azriel memutuskan untuk berbicara dengan sang Kakak tingkat. "Bang, Gue boleh minta sesuatu ngga?"

"Apa?"

"Peluk."

Hanya 1 kata yang keluar dari mulut Azriel, tapi sukses membuat Mahen mengalihkan pandangannya kebelakang, betapa terkejutnya Ia saat mendapati adik kecilnya itu tengah menahan tangisnya.

"Azriel, maafin Gue." Entah apa yang membuat Mahen kini ikut menumpahkan air matanya saat memeluk tubuh bergetar milik Azriel di sore itu.

"Bukan salah Lo, Bang!" Gelengan ribut dari yang lebih muda kini membuat tangisan Laki - laki Agustus itu semakin parah.

"Tapi semuanya marah sama Gue, El." Mahen akui dirinya salah disini, keputusannya pasti terlalu tiba - tiba untuk keenam temannya itu.

"Ngga ada yang marah sama Lo, Bang, yang lain mungkin butuh waktu buat nerima semua ini, termasuk Gue."

Merasa tidak ada balasan apapun, Azriel kembali melanjutkan perkataannya. "Keputusan Lo memang bisa di bilang tiba - tiba, tapi mau gimana lagi? Kita semua ngga ada yang bisa ngelarang Lo, semuanya ada di tangan Lo."

My Youth ; NCT Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang