🦢(4)

958 114 11
                                    

Memasuki gerbang komplek keluarga Jung yang baru saja Karina tahu, Karina tentu dibuat kagum dengan bangunan rumah yang memanjakan mata.

"Rumah pertama dekat gerbang itu rumah Jaemin sama Winter."

"Wah~"

"Yang kedua milik Jeno. Tapi nanti bisa direnovasi lagi sesuai kesepakatan kamu juga."

"Kenapa aku?"

"Kamu kan istri Jeno nanti Karina.. Kamu juga berhak punya pendapat sendiri atas rumah yang akan kalian tinggali berdua."

"Bagus juga.." Karina ngangguk setuju.

"Nah sebelahnya rumah kami. Nanti kalau kamu sudah tinggal di sini, jangan sungkan main ke rumah kami."

"Tapi kenapa rumahnya berjarak jauh-jauh sekali?"

"Rumahnya saja yang kelebaran, bukan jaraknya."

"Ya maksudku kenapa begitu, kan yang mengisi cuma dua orang."

"Aku juga tidak tahu."

"Terus kalau mau ke rumah Winter dalam keadaan kamu hamil begini apa tidak lelah berjalan?"

"Kami pakai mobil. Terlalu lama kalau berjalan."

"Oke."

Dasar orang kaya. Batin Karina tidak habis pikir.

"Kami sering tinggal di rumah utama yang ditinggali mom sama dad. Kamu tahu sendiri kan mereka para suami irit bicara, rumah seperti tidak berpenghuni." Bisik Somi takut suaminya mendengar.

"Memangnya separah itu ya?" Bisik Karina balik. Masih ada orang yang seirit itu bicara, Karina penasaran.

"Sebenarnya tidak juga. Tapi dibandingkan kita, ya mereka termasuk irit bicara."

Dari awal masuk rumah Karina merasa kalau rumah besar ini sunyi seperti rumah tidak berpenghuni. Yang terdengar cuma langkah kaki mereka bertiga. Bahkan satu maid saja tidak terlihat dari pandangan Karina.

"Mommy sama Winter pasti ada di dapur."

"Dari mana kamu tahu?"

"Karena bagian depan sepi, berarti mereka dibelakang."

"Katanya ada Jaemin sama daddy juga?"

"Memang ada. Lihat saja nanti.."

Mereka berbelok melewati lorong panjang yang entah Karina tidak tahu menuju kemana.

"Nah, lihat" Somi menunjuk kesamping menggunakan dagunya.

Karina menoleh. Di dalam sana ada dua orang berbeda umur tapi sama-sama ganteng tengah sibuk dengan benda bercahaya didepan mereka ditemani secangkir yang Karina yakini berisi cairan hitam yang bernama kopi.

"Lurus saja melewati lorong ini lalu belok kiri. Kamu akan merasakan perbedaannya. Tapi kamu pergi sendiri, aku mau ke kamar dulu sama kak Haechan."

Karina melirik Haechan yang berdiri dibelakang Somi. Dari tadi orang ini diam saja. Karina curiga kalau dia memiliki suara yang cute makanya malu kalau ikut berbicara. Secara berbeda dengan penampilannya yang terlihat berwibawa.

"Aku pinjam Somi."

Karina mengedip, akhirnya Haechan buka suara. Tidak! Suaranya tidak cute sama sekali. Malah terdengar menyeramkan ditambah ada percikan suhu dingin didalam nada suaranya.

"Jangan melamun." Somi menepuk lengan Karina.

"Tidak kok." Dalih Karina, "sudah aku pergi dulu..."

Meninggalkan pasangan suami istri tadi, kini Karina berdiri didepan dapur luas yang terdengar pantulan suara merdu dari penghuni didalam sana. Suasananya terasa menyenangkan dan terasa ada kehidupan. Tidak seperti bagian depan dan ruangan tadi. Hm, sepertinya Karina tahu maksud Somi tadi.

Karina Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang