Karina kaget melihat ibunya sudah menunggu di meja makan, kemudian Karina menghela nafas lelah. Pasti setelah ini ada sesi bujuk membujuk.
"Pagi, bu~"
"Pagi, sayang."
Cup
Karina mengecup kening sang ibu sekilas baru dia duduk.
"Bagaimana pekerjaan di kantor? Kalau ada kesulitan minta tolong sama ayah."
"Tidak sama sekali, aku malah menikmatinya. Jadi ibu jangan khawatir."
"Soal Jae-hwa bagaimana?" Irene memperhatikan ekspresi wajah putrinya yang tidak berubah. Seperti tidak terjadi apa-apa.
"Ada apa lagi sama dia? Apa dia menginginkan posisi penting di perusahaan induk? Tidak cukup dengan anak perusahaan yang ayah berikan?"
"Bukan itu, bukan masalah itu."
"Lalu?"
"Ini soal tempat tinggal. Kamu serius dengan keputusan yang kamu ambil?"
"Ibu dengarkan aku, aku mengeluarkan mereka dari rumah ini bukan semata-mata karena aku tidak suka saja, tapi aku punya alasan kuat. Aku belum bisa memberitahu alasan itu sekarang. Nanti, akhir bulan ini. Jadi aku mohon dengan sangat jangan membujuk aku untuk membawa mereka masuk ke dalam rumah ini lagi. Tapi jika mereka masih bersikeras menyuruh ibu membujuk aku, maka dengan senang hati aku membiarkan mereka tidur dijalanan."
"Baiklah... Ibu akan menunggu alasan kamu. Maaf kalau ibu terkesan memaksa kamu."
"Ibu tidak perlu meminta maaf. Hanya saja putrimu ini mohon, ibu boleh menjadi orang yang murah hati. Tapi, tolong ibu bisa memilih orang mana yang memang pantas menerima kemurahan hati ibu."
^_________^
Siang ini untuk pertama kalinya Karina menginjakkan kakinya di perusahaan Jung dengan tujuan lain selain ada kepentingan pekerjaan. Tadi pagi Karina meminta waktu untuk berbicara hal serius kepada Jeno, dan Jeno menyuruh dirinya untuk datang kemari.
"Apa Jeno ada di dalam?" Tanya Karina kepada sekretaris Jeno.
"Bapak Jeno sudah menunggu, ibu. Silahkan masuk.."
"Terima kasih."
Ceklek
Ketika suara pintu terbuka mata Jeno langsung tertuju ke sana, terlihat sekali kalau dia tengah menunggu seseorang.
"Jeno~" sapa Karina riang.
Jeno berdiri dari kursi kebesarannya, berjalan menuju Karina yang masih berdiri didepan pintu.
Sret
Dengan santainya Jeno menarik tubuh Karina lalu memeluknya. Tidak lama mereka dalam posisi begitu, Jeno melepaskan pelukannya terus narik lengan Karina membawanya untuk duduk.
Jeno membuka kulkas yang memang ada di dalam ruangannya, mengambil sekotak teh dan beberapa cemilan manis dari dalam sana, meletakkan dihadapan Karina.
"Terima kasih, Jeno.."
Karina meminum tehnya seraya melihat Jeno yang duduk dihadapannya.
"Jadi?" Jeno memulai pembicaraan yang kata calon ehem istri nya itu ingin membicarakan hal serius tadi pagi.
"Kamu ingatkan perihal perjodohan kita?"
"Tentu aku mengingatnya, lalu?"
BRAK!
"Ayo kita menikah!"
Rasanya jantung Jeno akan merosot turun ke lambung. Bukan karena gebrakan meja bukan, tapi ajakan nikah tiba-tiba yang tidak pernah terlintas dalam pikiran Jeno. Karena kan yang seharusnya mengajak menikah itu dia!
"Jeno!" Karina menepuk-nepuk lengan Jeno, "jangan melamun heh."
"Ah, ya?"
"Mau tidak?"
"Tunangan dulu baru menikah, Karina."
"Ya sudah ayo tunangan dulu."
"Memangnya sudah cinta?"
"Dilihat dari sisi manapun kamu itu menarik Jen, tidak akan sulit jatuh cinta padamu. Nanti setelah menikah kita bisa berpacaran. Kata orang pacaran setelah menikah itu enak lho... Mau melakukan apapun tidak takut."
Perkataan Karina memang benar, Jeno setuju, jadi dia ngangguk-ngangguk saja menanggapi celotehan Karina.
"Kita bicarakan sama daddy kalau kita setuju dengan perjodohan ini."
"Yes!"
Lihat Jae-hwa, dari awal Jung milikku maka akhirnya juga akan tetap menjadi milikku.
"Jangan pulang dulu. Mommy sama daddy ada di kantor sekarang, katanya mereka masih di kantin. Mereka kembali nanti kita langsung membicarakan soal ini. Kita makan di sini saja. Sana pesan makanan." Jeno meletakkan ponselnya dihadapan Karina, menyuruhnya untuk memesan lewat ponsel miliknya.
Saking kagetnya sama peryataan Jeno, Karina sampai tidak menyadari kalau Jeno yang katanya irit bicara itu bisa juga berbicara panjang kali lebar lebih dari biasanya.
"Se-sekarang?"
"Iya."
"Aku... Aku belum menyiapkan mental." Karina berkata panik.
"Memangnya mental kamu kenapa?"
"Soalnya daddy Jae menakutkan," Karina berbicara pelan, "jadi aku harus menyiapkan mental--"
Ceklek
"Mommy datang~"
Mereka berdua refleks menoleh ke arah pintu masuk. Di sana ada mommy Rosé yang datang dengan jinjingan di kedua tangannya, tidak lupa daddy Jae mengikuti dibelakang.
Panjang umur sekali :)
"Woah~ ada Karina rupanya... Untung mommy beli makanan banyak, cukup untuk kita berempat."
Karina cuma membalas dengan senyuman, soalnya suara Karina masih tertahan di tenggorokan. Mana jantungnya berdetak kencang lagi. Efek takut sama orang tu begini ya?
Setelahnya tidak ada obrolan berarti sampai mereka semua benar-benar menyelesaikan makan siang mereka.
Selesai makan siang sekarang santai-santai dengan 2 cangkir kopi dan 2 cangkir teh serta beberapa potong cake siap melengkapi waktu ngobrol.
"Kalian sedang melakukan pendekatan, kan?" Jaehyun yang sudah penasaran sejak tadi langsung bertanya tanpa basa basi.
"Seperti yang daddy lihat," jawab Jeno santai, "tapi jika dalam waktu dekat ini kami ingin segera melangsungkan pernikahan apa kalian setuju?" Jeno juga langsung bertanya tanpa basa basi. Cocok kan anak dan ayah ini..
Clining~
Karina menyipitkan mata bak terkena silaunya sinar matahari menebus rentina matanya. Calon mertuanya tersenyum lebar hingga pipinya yang lumayan berisi membentuk dua lubang yang menambah kesilauan mata Karina. Begini ya rasanya melihat senyum orang yang pada dasarnya jarang tersenyum, menyilaukan.
"Kalian serius, kan?"
"Misalkan mereka main-main jangan hiraukan dad, nikah kan saja!" Rosé jauh lebih semangat dari suaminya itu. Siapa juga yang mau menolak menantu manis, kan?
"Kami serius dad, mom.." ucap Jeno tanpa ada keraguan dalam nada bicaranya, dan Karina yang duduk disampingnya mengangguk semangat.
"Kalian mau kapan? Bulan depan?"
"Akhir bulan bisa, dad?" Tanya Karina
"Bisa!" Rosé dan Jaehyun menjawab secara bersamaan.
Lihat Jae-hwa, kau harus melangkahi orangtuanya dulu baru bisa mendapatkan anaknya. Itupun kalau anaknya mau.
"Daddy akan berbicara dengan ayahmu nanti malam."
"Baik, dad."
"Yes! Dapat menantu lagi~"
^_________^
KAMU SEDANG MEMBACA
Karina Kim
Fanfiction(Belum Revisi) (Extra Chapter Manantu Jung setengah di Karyakarsa.) "Anjing penjilat diantara orang-orang berhati bak malaikat." --Karina Fokus setiap momen pasangan akan berada di chapter 'Menantu Jung'.