🦢(3)

1K 124 7
                                    

Karina merebahkan dirinya di atas kasur kesayangan yang dia tinggalkan hampir setahun ini, rasanya rindu sekali. Sambil tiduran Karina berpikir kalau seluruh kamar yang ada dilantai tiga adalah kamar untuk keluarga inti.

"Kalau begitu harusnya mereka tidak boleh ada dilantai ini bukan? hehehe..." Karina tertawa riang ketika otaknya telah memiliki rencana.

Karina berdiri di depan kaca full body di dalam kamar mandinya. Menatap lekat setiap jengkal tubuhnya, "apa tubuh ini menarik? Bagaimana kalau Jeno tidak suka? Apa aku tanya saja padanya dia suka bentuk tubuh seperti apa? Hah, tapi itu ide yang buruk. Kalau Jeno suka padaku ya harus terima aku apa adanya lah.."

Selesai mandi Karina turun ke bawah. Maid tadi disuruh sang ayah untuk memanggil dirinya.

Sret

Karina menarik kursi disebelah ayahnya yang berhadapan langsung dengan ibu tercinta. Padahal selama enam tahun ini kursi itu ditempati oleh istri kedua sang ayah.

"Lho sayang, kenapa duduk di sana?"

"Memangnya kenapa, yah?" Karina malah bertanya balik

"Sudah, aku duduk di sini saja." Kim Soohyun, istri kedua sang ayah yang sayangnya Karina tidak sudi untuk mengakuinya lagi.

"Ya memang harusnya di sana, kan?"

Suho sama Irene saling lirik. Tidak biasanya Karina berbicara ketus begitu.

"Besok aku akan ke kantor, jadi adik Jae-hwa tidak perlu lagi datang ke kantor. Ayah tolong beritahu adik ya.."

"Kenapa terburu-buru Rin, kamu kan baru pulang hari ini, mama rasa kamu butuh istirahat beberapa hari. Benarkan sayang?"

Mata Karina memicing tidak terima orang ini memanggil ayahnya 'sayang' didepan sang ibu. Awas saja!

"Kalau aku terserah Karina. Kalau dia merasa sudah baik silahkan saja."

"Sudah makan aku mau bicara sama ayah"

"Tentu. Ayo kita mulai makan."

^_________^

Beberapa menit masuk dalam ruang kerja sang ayah, Karina belum mengeluarkan suara sepatah katapun. Matanya menatap lekat sang ayah dan beberapa foto terpanjang di meja dan di dinding. Dulu cuma ada bertiga di dalam foto itu, sekarang ada lima orang, Karina harus bisa menyingkirkan dua orang itu. Merusak pemandangan saja.

"Putri ayah mau bicara apa?" Suho menopang dagunya sembari melihat sang putri yang duduk dihadapannya.

"Ayah masih sangat cinta sama ibu Irene, kan?"

"Jangan tanya lagi kalau soal itu, tentu saja ayah sangat cinta pada ibumu.  Kenapa bertanya soal itu?"

"Lalu kenapa ayah mau-mau saja disuruh menikah lagi?"

"Ayah sudah pernah menjelaskan soal itu kan, itu permintaan ibumu, bagaimana cara ayah menolaknya?"

"Gampang. Dengan alasan ayah sangat mencintai dan menyayangi ibu maka tidak ada alasan apapun untuk ayah menikah lagi. Apa alasan ibu? Karena suami teman ibu meninggal dan dia kesusahan dalam ekonomi makanya ibu meminta ayah untuk menolongnya dengan cara menikahinya, begitu kan?" Suho mengangguk mengiyakan.

"Cara menolong orang itu banyak cara yah, tidak perlu menikahinya."

"Kamu seperti tidak kenal ibumu saja, sulit menolak permintaan ibu, sayang."

"Aku bisa menolaknya. Aku akan mengembalikan kehidupan kita yang dulu. Asal ayah jangan ikut campur dengan apa yang aku lakukan. Di pernikahan ayah sama ibu bisa dimasuki orang ketiga dengan mudah, tapi jangan harap di pernikahan ku hal itu akan terjadi. Ayah, jika aku merasa cocok dengan Jeno nanti, ayah tolong peringati putri kedua ayah itu untuk tahu batasan."

Karina Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang