BAGIAN KETUJUH

553 11 0
                                    


Setelah menghabiskan sarapan , kamipun melanjutkan  menyirami dan merapikan taman.

Saat sedang asik menyirami tanaman, Ronald hampir terpeleset jatuh persis di tempat aku jatuh saat mencarinya tadi pagi. Akupun dengan sigap menangkapnya, dan wajahku dan wajah Ronald bertatapan.

Iapun tersenyum sambil berkata dengan lembut , " Kak Nathan , aku sayang kakak "

Akupun membalas senyuman itu dan entah setan apa yang membisikkan sesuatu padaku, spontan aku langsung mencium bibirnya yang begitu merah dan ranum itu tanpa menyadari bahwa aku sedang berada diluar ruangan.

Saat kami sedang asik berciuman, tiba - tiba : " Pyarrr " , terdengar suara yang amat keras

Rupanya , Mommy Ronald sudah berada di teras rumah , bermaksud mengambil piring kotor bekas aku dan Ronald sarapan tadi, ia melihat aku sedang asik bercumbu dengan Ronald. Suara " pyar " tadi adalah suara piring yang sengaja dilemparkan oleh Mommy Ronald ke arah kami, namun untungnya tidak sampai melukai kami.

Dengan wajah yang merah dan penuh emosi, Mommy Ronald langsung menghampiriku, merasa dalam ancaman akupun segera berlari, namun karena aku sudah terpojok di tembok aku tidak bisa berlari kemana - mana lagi.

Dan " Plakkk " , kepalan tangan Mommy Ronald langsung menghantam wajahku hingga aku merasakan sakit yang teramat sangat.

Jujur aku belum pernah merasakan pukulan sekeras itu, termasuk dari mamaku sendiri sekalipun.

Aku tidak berkutik sedikitpun , hanya terdiam seribu bahasa.

Mommy Ronald kemudian berkata dengan gertakan yang sangat keras, dan memang terlihat sekali ia sedang marah besar

" Kamu!!!!!, Kamu apain anak saya ?!!!!! HAHHHHH!??!!!! , BAJINGAN KAMU YA!!!!! "

Kata - kata itu sangat keras terdengar menusuk telinga dan batinku, seolah terdengar suara teriakan kecewa seorang Ibu terhadap orang yang telah melecehkan anaknya.

" Saya gak mau tahu?!!!!, Saya laporin kamu ke Polisi!!!! "

Akupun makin takut, baru kali ini aku mendengar ancaman se serius itu.

Dan akupun menjadi sangat gemetar saat itu.

Mommy Ronald masuk kedalam rumah , dan ia menarik tangan Ronald , Ronald pun juga tidak bisa berkutik, ia hanya diam sambil menangis tanpa suara. Ia menatapku dari jauh seolah merasa bersalah.

" Duarrr...." , Suara yang amat keras terdengar karena Mommy Ronald masuk rumah sambil membanting pintu dengan sangat amat keras.

Akupun hanya bisa duduk, dan menangis di pojokan taman.

Rupanya apa yang terjadi tadi pagi memang adalah benar firasatku, aku benar - benar akan kehilangan Ronald untuk selamanya.

Aku tidak bisa berpikir apapun lagi saat itu, bahkan aku sempat berharap Tuhan mencabut nyawaku pada saat itu juga, karena begitu takutnya diriku dengan konsekuensi yang harus aku jalani akibat perbuatanku.

Aku mengintip dari jendela rumah Ronald, terlihat Mommy Ronald terlihat sangat emosional. Ia sedang ditenangkan oleh Ayah Ronald, untuk mengetahui apa yang sedang terjadi , dan mommy Ronald langsung berteriak : " Pa, Nathan tadi didepan ciuman sama Ronald "

Ayah Ronald pun juga nampak sangat emosional, ia langsung berlari ke teras dan saat itu juga langsung menghampiriku yang sedang terpojok di taman, yang aku ingat waktu itu ia langsung melayangkan pukulan yang sangat amat keras ke arah kepalaku. Hingga membuatku sempoyongan, dan langsung tidak sadarkan diri.

Aku tidak ingat apapun , hingga akhirnya ketika aku sadar, aku sudah berada di rumah sakit dengan infus yang sudah terpasang di tanganku. Ketika aku mencoba mengangkat kepala, kepalaku terasa sakit dan sangat berat. Dan di dahiku ada kasa yang ditempel dengan plester.

Dari balik jendela , aku melihat kedua orang tuaku sedang berbicara dengan kedua orang tua Ronald. Dan pemandangan yang tak biasa, disitu aku juga melihat Om Hengky, salah seorang famili yang adalah seorang pengacara. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi nampaknya mereka sedang bernegosiasi.

Tak berselang lama , sekitar 10 menit , mamaku yang melihat aku siuman langsung menghampiriku, ia tampak sangat sedih dan tidak bisa berkata apa - apa.

Akupun memegang tangannya dan berkata ' mama, maafin Nathan ya '

Ibuku pun hanya bisa menangis dan berkata dengan lembut : " Nak, mama percaya , kamu sebenernya bukan orang jahat. Kamu hanya merindukan kasih sayang dari seorang adik "

Aku setengah kaget dan tidak percaya, Mamaku yang biasanya terlihat begitu galak dan zero tolerance kali ini bersikap begitu lembut dan baik.

Tak lama, kemudian Om Hengky masuk ke kamar dan berbicara padaku : " Eh Nathan, udah siuman ya "

Akupun hanya tersenyum.

Kemudian Om Hengky melanjutkan perkataannya dengan cukup meyakinkan: " Nath, kabar baiknya, mereka tidak jadi membawa kasus ini ke ranah hukum. Cuma, mereka memberikan syarat, kamu harus menjauhi Ronald , dan tidak boleh mendekatinya samasekali"

Akupun hanya bisa terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Om Hengky.

Belum selesai penderitaanku akibat pukulan Ayah Ronald yang membuat kepalaku cedera, aku harus menerima kenyataan pahit untuk tidak bisa lagi bersama - sama dengan Ronald.

......

N & RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang