# 2 #

98 15 4
                                    

Satu minggu sudah Fesha berada di pesantren Ar-Rokhman. Tapi gadus itu masih saja merengek meminta pulang pada Abinya. Setiap hari Fesha selalu menghubungi Abinya, berharap Abi Fakhri berubah pikiran agar membawa Fesha pulang.

Parahnya hati abi Fakhri tak pernah goyah, walau beliau mendengar suara tangis Fesha dari balik telepon.

Sehabis sekolah, Fesha kembali menguhubungi Abinya dengan Adel di sebelahnya. Namun kali ini bukan Fesha yang berbicara akan tetapi Adel. Dengan paksaan dari Fesha, akhirnya Adel mengalah.

"As-assalamualaikum, " Salam Adel sedikit gugup. Ia melirik ke arah Fesha yang terus menatapnya tajam. Baru kali ini ia melihat raut wajah yang menyeramkan.

"Wa'alaikumsalam Fesha, ada apa lagi nak? " Tanya abi Fakhri dari ujung sana.

Adel sedikit gugup, pasalnya Fesha meminta agar Adel mengatakan bahwa Fesha sedang sakit, dan mengharuskan Abi dan Uminya datang menjenguknya.

"Cepet bilang! " Pinta Fesha dengan berbisik dan sedikit geram. Karena Adel tak kunjung bersuara.

Setelah mengatur nafasnya, akhirnya Adel bersuara. "Em...itu Bi, ini Adel bukan Fehsa. " Tuturnya, memperkenalkna dirinya terlebih dahulu.

"Oh...gitu, kenapa Nak? Kok bukan Fesha yang ngomong sendiri? " abi Fakhri kembali bertanya, membuat keringat Adel bercucuran di keningnya.

"Itu Bi, Feshanya lagi sakit, katanya pengin Abi sama Umi kesini jenguk Fesha, " jelasnya, degup jantungnya tak beraturan, takut akan kebohongannya diketahui oleh abi Fakhri.

Fesha yang ada di hadapan Adel mengacungkan jempolnya, sambil tersenyum. Dalam hati Adel ingin sekali ia menggelitiki perut Fesha sampai pingsan. Cukup kali ini Adel berbohong pada abi Fakhri. Tatapan Adel membuat Fesha menahan tawanya.

"Oh...gitu, ya sudah besok Abi sama Umi ke sana, " jawab abi Fakhri, di balik telepon.

"Iya Bi, " jawab Adel apa adanya.

Setelah Aeek mengakgiri teleponnya, Fesha kegirangan dalam perjalanan menuju asrama, beda dengan Adel yang terus ngedumel karena ulah Fesha. Mereka memang mulai dekat dengan satu sama lain.

Sedang asyik jalan, tiba-tiba kaki Fesha tersandung, membuatnya terjatuh ke bawah.

"Astaghfirullah, " ucap seorang cowok refleks saat berpapasan dengan Fesha dan Adel.

Adel yang melihatnya hanya menahan tawanya. Sedang Fesha mendengus sebal, dengan tingkah Adel yang bersiri di sampingnya.

"Mba Adel! Banyuin doong! " Rengek Fesha dengan nada yang begitu kesal. Ditambah dengan keberadaan cowok yang tak jauh darinya sedang menatap ke arah Fesha.

Adel segera mengulurkan tangannya untuk membantu Fesha berdiri. Ia mengusap roknya yang kotor. Fesha menoleh ke cowok itu lalu tersenyum kikuk sambil menganggukan kepalanya.

Cowok itu tersenyum membalas sapaan Fesha. "Nggak apa-apa kan? " Tanya cowok itu memastikan.

Fesha hanya tersenyum sambil menunjukan deretan giginya. "Nggak apa-apa, hehehe, " Fesha segera berlalu sambil menutupi matanya dengan tangan. Ia meninggalkan Adel dan cowok itu.

"Byee, Shakeel...," Ucap Adel sambil meninggalkannya sendirian.

Fesha berjalan menuju asrama dengan kaki yang sedikit pincang. Di sampjng Fesha ada Adel yang memegangi tangannya, membantu gadis itu berjalan. Sebelum Fesha dan Adel sampai, mereka haruseelewati gerombolan santri putra yangctebgah asyik nongkrong.

Manisnya PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang