Hari ini Fesha memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah, akibat jatuh kemarin, badan Fesha juga menjadi panas, mungkin dari kakinya menyalur ke badan sehingga badannya demam. Fitri sudah berangkat ke kampusnya begitu juga dengan Adel yang sudah berangkat ke sekolah.
kreeek
Pintu kamar terbuka, namun gadis itu tidak dapat membuka matanya untuk melihat siapa yang datang. Langkah kaki orang itu semakin mendekat ke arah Fesha, ia menyentuh kening Fesha memastikan suhu badannya. Dari sentuhannya Fesha tahu bahwa itu Uminya.
"Mi..." rintihnya.
"Gimana Nak? Udah baikan?" Tanya umi Afifah memastikan keadaan putrinya. Fesha menggeleng sebagai jawaban. "Pulaang" Pintanya memohon sambil memegang tangan Uminya, namun matanya masih terpejam.
Umi Afifah menyadari badan Fesha sangat panas, tetapi jika membawa Fesha pulang pasti abi Fakhri tidak memperbolehkannya. Umi Afifah mengusap bahu Fesha lembut, ia melirik makanan yang masih utuh di atas piring.
"Fesha makan dulu ya, abis itu minum obat, " Pinta Umi agar Fesha lupa dengan permintaannya untuk pulang. Namun Fesha menggelengkan kepalanya pertanda tidak mau. Umi Afifah menghela nafas.
"Makan dulu ya, nanti Umi bicara sama Abi dulu, " Fesha tidak menjawabnya. Umi Afifah membantu Fesha untuk duduk, wanita itu mengambil makanan yang masih tergeletak. Sedikit demi sedikit umi Afifah menyuapi Fesha. Baru tiga suapan Fesha sudah memintanya berhenti.
"Satu sendok lagi, " Bujuk umi Afifah agar Fesha mau membuka mulutnya. Namun Fesha sama sekali tak mau membukanya. Akhirnya umi Afifah menghela nafas pasrah, kemudian ia meletakan piringnya di tempat semula. Lalu membatu Fesha untuk minum.
Umi Afifah bersiri dari duduknya, lalu merapikan gamis cokelatnya yang ia pakai. Fesha hanya diam menatap Uminya dengan wajah yang begitu pucat. "Ayo ketemu sama Abi dulu, masih bisa jalankan? " Ajak umi Afifah pada putrinya.
✈
Saat jam istirahat Shakeel hendak kembali ke asramanya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Belum sampai di asrama ia seperti melihat sosok yang sangat ia kenal. Rasa penasarannya membawa Shakeel mendekat ke arah orang itu. Senyumnya mengembang ketika ia bertemu dengan pengasuh pondok pesantren Al-Hidayah.
"Assalamualaikum abi Fakhri, " Salam Shakeel membuat orang yang ada di depannya menoleh ke arah Shakeel.
"Waalaikumsalam," dengan sigap Shakeel segera mencium punggung tangan abi Fakhri dengan membungkukkan badannya tanda takzim.
"Saya Shakeel Bi, yang dulu pernah mondok Al-Hidayah, " jelas Shakeel masih dengan membungkuk, abi Fakhri menganggukkan kepalanya paham, ia ingat betul dengan muridnya ini yang selalu mendapatkan prestasi.
"Sekarang kamu di sini Keel? " tanya abi Fakhri membuka pembicaraan, ia kembali duduk di Gazebo.
"Iya Bi, " jawab Shakeel sopan.
Baru saja abi Fakhri ingin berbicara, ia melihat istrinya sedang menuntun Fesha menuju ke arahnya, Shakeel ikut menoleh ke arah Fesha dan Uminya, keningnya berkerut namun dengan cepat ia kembali menundukkan kepalanya.
"Gimana Mi?" tanya abi Fakhri begitu Fesha dan Uminya sampai di hadapannya. Abi Fahri melihat wajah Fesha yang begitu pucat, setelah Fesha mencium punggung tangan Abinya ia duduk di samping Abinya dan menyandarkan kepalanya di pundak abi Fakhri.
"Fesha minta pulang Bi, " ucap umi Afifah membuat abi Fakhri menoleh ke arah Fesha.
"Periksa ke dokter dulu aja, " jawab abi Fahri membuat keputusan yang tidak bisa dibantah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manisnya Pesantren
RomanceSatu langkah lagi Fesha melangkah, ia akan menabrak seseorang yang ada di depannya. Gadis itu berdecak kesal, matanya menatap seseorang yang ada di depannya. "Ck! Kalau--" Ucapannya terhenti ketika menyadari bahwa orang yangvada di depannya adalah...