[Chapter 7] Yang Changbin

38 14 2
                                    

"Tidak apa-apa, Dik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak apa-apa, Dik. Kakakmu pasti akan sembuh."

"Tapi luka itu, aku tak pernah melihat darah sebanyak itu. Kak Seungmin pasti tidak baik-baik saja."

Anna menangis, bersama seorang paman asing yang menolongnya. Diberi sandaran oleh beliau, setelah sekian lama tidak mencium kehangatan dari seorang ayah.

Anna memeluk lipatan jaket milik Seungmin dengan erat sambil menunggu kakaknya datang dari balik pintu. Berharap bibirnya yang terluka berucap, 'Kakak baik-baik saja.'

"Paman, ini sudah hampir dua jam." Anna menyeka air matanya, netra cemas memandangi wajah redup paman itu. Entah dia mencemaskan Seungmin atau tidak sabar menunggu.

"Baiklah, Dik. Saya akan menemui perawatnya." Paman itu meninggalkan Anna, memasuki ruangan darurat Rumah Sakit.

Anna semakin cemas, begitu tak lama paman itu kembali tanpa membawa kakaknya.

"Bagaimana keadaan kakakku, Paman?" tanyanya gundah.

"Maaf, Anna. Sepertinya Paman ada keperluan mendadak. Kamu bisa menjaga Kakakmu seorang diri, kan? Paman harus pergi sekarang."

Anna berdiri. "Bagaimana keadaan kakakku?" tekannya. Menggelengkan kepala lantaran apa yang beliau ucap bukan suatu jawaban.

Wajah paman itu kian memucat. Matanya kelabu, bahkan kini berkaca. "Maaf, Dik," tuturnya sesal. Pergi begitu saja.

"Paman Changbin!"

Selangkah hendak mendekat, pintu yang ditunggu-tunggu terbuka. Tanpa ragu, Anna melepas Changbin. Membiarkan dirinya mendekati sang kakak.

"KAK SEUNGMIN!"

Anna menerobos masuk, tak sengaja menabrak salah satu perawat. Sambil mengenggam tangan tak berdaya Seungmin, Anna mengamati layar degup jantung kakaknya.

Tadi, Anna sempat melihat garis itu masih bergelombang dua kali. Seterusnya hanya sekali, sekali, dan lurus.

"Sejak tadi, saudara Seungmin tak sadarkan diri. Degup jantungnya selalu begitu, terkadang muncul dan menghilang."

Seseorang berbaju serba putih berucap, semakin menjatuhkan harapan Anna.

Semakin lama, garis hijau yang senantiasa bergerak meski tak sering, kian melurus. Menimbulkan bunyi dengung berkepanjangan.

"KAK, BANGUN KAK. KUMOHON," jeritnya kembali.

Dua orang perawat menedekati Seungmin, mencabut alat pernafasan dari mulutnya.

"Dik, saudaramu tak bisa bertahan lebih lama lagi."

Suara itu kembali, Anna memeluk tubuh—mayat—Seungmin. Menggeleng keras, tak sadar membasahi wajah kakaknya dengan tangis.

Death Smile | Skz I.N FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang