[Chapter 9] "Maaf"

70 12 0
                                    

"Ancha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ancha."

Sialan!

Selangkah berhenti lantaran panggilan seorang pria—Jeongin; ketakutan terbesar Anna—yang berjalan dari lorong kelas.

"Diam di situ, Jeongin!" sergahnya bergetar. Menunduk setunduk-tunduknya, hingga hanya dua kaki dan ubin sekolah yang dia lihat.

"Ancha, ada apa denganmu? Kemana saja kemarin?" tanyanya, menghadap sang gadis.

Anna mulai berkeringat dingin, tangannya juga ikut bergetar. Kepalanya runyam menyalahi diri sendiri.

Sial, kenapa Anna sangat lambat berjalan? Seharusnya dia sudah sampai di depan gerbang sekolah dan menemui Felix yang katanya akan menjemputnya.

Hari Selasa ini, sekolah nampak menakutkan baginya.

Yang pertama, dia harus menghindar dari Jeongin. Meski tak mudah, sejak pagi dia sudah berhasil walau sekarang dia gagal.

Yang kedua, kelasnya semakin sepi. Entah karena Anna yang merasa demikian, atau karena kelasnya kehilangan dua murid.

Hari kedua di awal pekan adalah kesulitan baru yang Anna alami kedua kalinya setelah hari pertama.

Berawal Senin, hari kematian Lee Know. Kemudian Selasa, hari Anna sekolah sendirian.

Tanpa semangat Seungmin.

Tanpa kekonyolan Han Jisung.

dan, tanpa senyuman Jeongin.

"Dengan sihir, seharusnya kamu sudah tau ada apa denganku bukan?" Anna memalingkan wajah. Memandang luput kelas kosong dari jendela.

"Kak Seungmin meninggal karena sihirmu. Ah bukan, tepatnya karena aku menatap senyummu."

Jeongin bungkam, bagaimana Annanya sudah tau? Padahal, niatnya menghampiri untuk meminta belasan maaf atas hal itu.

"Ancha—"

"Namaku Anna, Jeongin!" hentaknya.

Mata Anna melebur karena genangan air. Semakin sedih ketika dirinya hanya berani memandang Jeongin dari pantulan jendela.

Mendengkus. "Dari mana kamu tau, Anna?" lirihnya.

"Kamu tidak perlu tau, yang jelas orang yang memberitahuku tidak sekejam dirimu."

"Aku baru saja ingin membicarakan soal ini." Jeongin menggenggam tangan Anna. "Apa kamu tau, kenapa aku membunuh orang-orang berhargamu?"

Bungkam, Anna hanya melepas tautan lengannya dengan muak tanpa sepatah kata

"Aku tidak akan tersenyum, jangan ragu untuk melihatku."

"Meski tak akan, aku tak mau," tolaknya.

"Baiklah, tidak masalah. Yang terpenting, kamu harus tau yang sebenarnya."

Death Smile | Skz I.N FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang