"Haah ... sudah ... aku lelah."
"Huuu. Ancha lemah, Ancha lemah!"
Mengatur nafas sambil tertawa.
Membungkuk, menghela nafas dan tertawa lagi. Akhirnya tersedak dan diterwakan.
Uhuk uhuk!
Menyebalkan, marahnya.
"Duh, astaga. Kamu sangat menggemaskan." Jeongin menggeleng, masih berseri. Dia mendekati Anna sambil membawa botol mineral.
"Tadinya aku ingin meledekmu juga!" belanya sehabis minum.
Jeongin merangkul. "Itulah, balasan untuk orang yang dendam."
"Ish, Yang menyebalkan Jeongin."
"Masih mau main lagi?"
Mata Anna memanas, melepas tangan Jeongin yang menumpang pada pundaknya. "Sudah kubilang, lelah!"
"Ah, iya-iya. Jangan marah Ancha, lebih baik kita beli camilan."
Lagi-lagi Jeongin merangkul, membawa gadisnya mendekati beberapa tempat jualan.
"Bungeoppang dua."
"Aku mau dua, Jeongin."
"Serakah sekali?"
"Mau dua!"
"Ya sudah, pesan tiga."
Tersenyum penuh kemenangan, Anna selalu bangga bila Jeongin menuruti kemauannya.
Tak lama jajanan mereka rampung, setelah membayar keduanya mencari tempat duduk.
"Lihat, aku saja hanya makan satu." Jeongin memincing matanya pada jajanan yang Anna bawa, mereka duduk di depan arena bianglala.
"Perempuan memang sewajarnya makan lebih banyak," belanya lagi terkekeh.
Selama menghabisi bungeoppang, layar lebar yang menempel pada badan gedung tinggi, sebelah taman rekreasi yang mereka kunjungi menyala.
Memutar sebuah iklan, harga promo bola sihir dengan pembelian terbatas.
Anna amati, sebuah benda bulat dalam iklan yang sama persis seperti bola milik Felix juga Jeongin.
Adanya berita tentang alat pembuat sihir itu, Anna jadi teringat ucapan Felix saat lalu.
Dia melirik Jeonginnya. "Jeongin, lihat itu." Sambil menunjuk iklan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Smile | Skz I.N Felix
Fiksi Penggemar[Ministory] [Selesai] Seringai teduh nan manis yang jika ditatap 'kan mengundang musibah dan jika dibalas senyuman lagi maka terancamlah nyawa orang tersayang. Benar. Ini tak masuk akal. Tapi diri siapa sadar? Dia telah kehilangan semesta. "Jangan s...