Ini Badai?

36 20 43
                                    

Sudah beberapa hari ini Resta selalu saja di sibuk-kan dengan berbagai hal untuk pengajuan beasiswa, pihak kampus mengatakan pada Resta untuk menunggu apakah dia akan menerima beasiswa atau tidak.

Malam ini dia memutuskan untuk pergi bersama Ayu, merasa menyesal karena beberapa hari ini tidak sempat untuk menelponnya. Dia tahu meskipun Ayu terlihat tidak masalah tapi pasti perempuan manis itu sedih.

Mereka hanya berkeliling kota menghabiskan bahan bakar motor kesayangan Resta itu, si hitam. Lalu keduanya memutuskan untuk berhenti di taman kota, membeli beberapa jajanan dan berjalan santai menikmati waktu berdua.

"Ay, kamu baik kan? Terus kemarin pendaftarannya gimana? Lancar?"

"Aku baik kok Resta, pendaftarannya lancar kok, enggak ada kendala sama sekali. Cuman minggu depan mau ke Surabaya buat cari kontrakan, Abang bilang enak kontrakan jadi kalau semisal keluarga mau cek keadaan enggak usah pusing-pusing nginepnya di hotel. Kamu sendiri gimana? Gimana program beasiswa-nya?"

"Gue baik Ay, kelengkapannya juga udah selesai kok, tinggal nunggu aja. Hasilnya minggu depan, jadi sekarang aku enggak ada kegiatan. Kamu ke Surabaya sama abang Gani?"

"Alhamdulillah kalau udah selesai ngurus kelengkapannya. Enggak tahu, tapi kayaknya emang sama abang, soalnya ayah sama bunda masih di Bali. Kenapa? Mau nemenin?"

Resta, laki-laki itu mengusak rambut Ayu hingga berantakan. Kalaupun dia ingin menemani Ayu, pasti abangnya melarang mencegah hal-hal yang tidak di inginkan. Resta hanya menggeleng sebagai jawaban, tangannya bergerak mencubit pipi tembak milik Ayu memandangnya dengan penuh kasih sayang.

Ayu, yang di pandang sedemikian rupa hanya bisa tersenyum. Bingung dengan apa yang tengah kekasih-nya itu pikirkan.

"Ayok pulang, udah malem ini. Nanti kamu di marahin bang Gani kalau kemaleman." ucap Resta sambil menggandeng tangan Ayu dan membawanya ke arah si hitam.

.
.

Ping!

Bunyi notifikasinya membuat Resta yang semula asik dengan buku yang dia baca-pun mengalihkan perhatiannya menuju handphone yang sekarang berada dalam genggaman tangannya.

Ting!

Lagi, suara notifikasi yang lain dari sumber yang berbeda. Jemarinya bergerang melihat dalam bar notifikasi

Sungguh, Resta merasa tangannya menjadi dingin sekarang harap-harap cemas dengan email yang dikirimkan oleh SMU, dengan ragu dia membuka email tersebut berharap bahwa apa yang dia harapkan terkabul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, Resta merasa tangannya menjadi dingin sekarang harap-harap cemas dengan email yang dikirimkan oleh SMU, dengan ragu dia membuka email tersebut berharap bahwa apa yang dia harapkan terkabul.

Matanya membola, menatap tidak percaya pada email yang dia baca bibirnya tertarik keatas dengan sendirinya. Matanya masih berulang kali membaca email itu hingga dirinya benar-benar yakin bahwa dia berhasil, mimpinya dia melangkah lebih dekat menuju impiannya.

Tangannya bergerak dengan cepat menuju no seseorang yang berharga, menghubunginya dan menyampaikan berita bahagia ini, orang tuanya. Mereka bangga karena Resta berhasil, anak tunggal mereka berhasil sedikit demi sedikit meraih mimpinya.

Senyum itu masih mengembang hingga iya tidur malam itu, sampai ia lupa mengabari seseorang yang selalu menunggunya dengan sabar. Hingga pagi, Laki-laki itu bersiap untuk menyiapkan beberapa barang yang harus dia bawa ke negeri orang itu hingga suara handphone yang berdering mengalihkan atensinya. kesayangan, melihat nama kontak yang dia sematkan untuk sang kekasih membuatnya buru-buru mengangkat telpon tersebut.

"Resta, besok, ayo nonton... Ayo pergi sebelum aku berangkat pindah ke Surabaya. Kamis aku udah harus berangkat, kamu bisa kan?"

Resta hanya bisa diam, bagaimana bisa dia lupa mengabari kekasihnya semalam. Bagaimana bisa dia lupa mengatakan bahwa besok dia akan terbang ke Singapura...

"Ayu, maaf. Gue lupa bilang semalam. Kemarin hasilnya udah keluar dan gue di terima. Pembelajaran juga di mulai minggu depan, dan sisa seminggu buat daftar ulang, jadi papa udah pesan tiket pesawat buat besok sore."

Terdengar helaan nafas dari sebrang telpon. Resta tahu, harusnya dia tidak lupa memberi tahu gadisnya itu. Salahkan dia yang terlalu bahagia dengan dunianya hingga lupa memberi kebahagiaan untuk kekasihnya.

"Enggak apa, nanti au ikut ngantar kamu ya, ya udah di lanjut beres-beresnya. Aku juga harus beres-beres. Assalamu'alaikum Resta."

Telpon tertutup begitu saya bahkan sebelum Resta menjawab salamnya. Ayu, kekasihnya itu tengah marah sekarang, dengan berat hati dia harus kembali membereskan barang-barang yang akan dia bawa esok.

Berdiri Tegak Setelah BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang