"Dikarenakan bukti yang kuat, anda dinyatakan bersalah atas tragedi kebakaran yang menyebabkan keluarga anda meninggal."
"Tidak. Saya tidak bersalah pak hakim, saya sudah jelaskan bahwa saat itu saat baru pulang dari kuliah!" ucap seorang gadis tak terima, sudah banyak air mata yang dia keluarkan hingga tidak bisa menangis lagi.
"Anda dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Saya kecewa dengan anda, bagaimana bisa seorang anak tega membakar rumah sendiri dan menewaskan keluarganya."
"Tidak pak!"
Sesuai keputusan, hari ini gadis cantik itu di bawa ke penjara yang terbilang terpencil. Jauh dari kota dan berada di tengah-tengah hutan belantara. Begitu tiba, penjara tersebut lumayan sepi. Dia tidak mengerti mengapa harus di bawa ke sini dan siapa yang memfitnah dirinya?
Padahal direkaman CCTV yang mereka tunjukan jelas bukan dirinya. Saat itu dirinya baru pulang kuliah dan mendapati rumahnya ramai dengan orang serta api yang masih menyala.
Tidak ada yang peduli padanya kecuali keluarga yang telah pergi. Hanya mereka saksi, tetapi semua sudah terjadi. Dia tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Gadis yang diketahui bernama Park Eunha itu tengah duduk dihadapan kepala kepolisian yang menjaga tempat itu. Semua perintah dan kendali ada di tangannya, tidak ada yang berani membantahnya.
Mereka hanya dibatasi sebuah meja kecil, pandangannya Eunha sayu menatap ke arah lantai. Tiba-tiba pria di depannya itu bersuara.
"Malang sekali nasibmu. Bagaimana bisa kau melakukan kejahatan seperti itu? Sangat disayangkan."
"A-aku tidak melakukannya. Mengapa tidak ada yang percaya padaku?" ujarnya dengan suara gemetar.
Eunha adalah gadis yang lembut, selalu memperlakukan orang lain dengan baik, hanya saja dia sering menjadi bahan olokan di kampus.
"Jika kau ingin hukumanmu cepat selesai, maka kau perlu menuruti semua perintah yang diberikan. Jika membantah, akan ada hukuman tambahan."
Sebelum Eunha dibawa keluar menuju sel, pria itu kembali berucap.
"Aku Ryuhei. Panggil aku kapan saja jika kau butuh! Bawa dia pergi."
Malam itu, Eunha nampak berbaring di kasur. Dia diberikan baju yang lumayan nyaman digunakan, makanan juga tepat waktu.
"Selama lima tahun, aku akan menghabiskan waktuku di tempat seperti ini? Yah, mau bagaimana lagi. Tidak ada yang percaya padaku, padahal itu hanyalah bukti palsu. Bahkan dosen dan teman-temanku tidak ada yang mau angkat bicara."
Eunha memilih untuk tidur saja, dari pada harus pusing memikirkan hal yang membuatnya semakin kesal.
Eunha terbangun tengah malam, dia mulai memperjelas penglihatannya dan memfokuskan indera pendengarannya. Gadis itu terkejut ketika mendengar suara desahan yang berada di depan selnya, untungnya gelap jadi mereka tidak tahu jika Eunha sedang memperhatikan.
Suara itu semakin nyaring membuatnya merinding bukan main. Lagi pula mengapa penjara ini hanya sedikit jumlah penghuninya? Itupun perempuan semua. Pikiran Eunha berkecamuk ketika ada yang mendekati pintu selnya.
Seseorang masuk, membuat tubuh gadis itu menegang. Tuhan, tolong selamatkan Eunha.
Gadis itu dengan cepat kembali tidur dan memilih menghadap tembok, keringat dingin bercucuran di dahinya. Eunha terlalu takut untuk sekedar bernapas.
Entah apa yang dicari, pintu selnya kembali ditutup dan orang itu pergi begitu saja. Dia menarik napas dan mengembuskannya, ini bukan penjara, pasti!
Keesokan harinya, Eunha disuruh bangun dan bergegas mandi. Itulah kebiasaan yang harus mereka jalani setiap pagi. Setelah mandi dan sarapan, mereka disuruh bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prison - Ryuhei
FanfictionWARNING⚠️ CERITA MENGANDUNG UNSUR 1821++ ADEGAN KEMUNGKINAN BESAR AKAN DITULIS SECARA DETAIL, DI BAWAH UMUR DILARANG KERAS MEMBACA. Apa jadinya jika Eunha yang saat itu tertuduh menjadi pelaku pembunuhan keluarga masuk ke penjara yang berada jauh da...