Eunha masih sibuk menahan dirinya agar tidak banyak bergerak, hanya saja Ryuhei semakin membuat getarannya kuat.
"Ku mohon, Ryuhei lepaskan ... Hng! Please hentikan!"
Eunha memohon dengan memegang tangan kekar pria berdarah Jepang itu. Menatap sendu dan terkadang menatap ke arah bawah, mencoba untuk menahan kewarasannya.
"Memohonlah. Lakukan apapun agar juniorku merespon!"
Gila, ini sungguh gila. Eunha mau mati saja kalau begini akhirnya. Tidak ada cara lain, ia harus melakukannya. Sungguh, ini sangat mencoreng harga dirinya.
Eunha mencoba untuk turun dari ranjang dan meraih wajah Ryuhei, dia mengecup lembut bibir pria itu dan menggigitnya sesekali. Namun, ia segera melepaskannya, dirinya sangat malu. Bukan keinginannya, sungguh dia terdesak sekarang!
Ryuhei tersenyum penuh kemenangan, menatap wajah Eunha yang perlahan mulai memerah karena malu.
"Ayo lanjutkan."
Dia menggigit bibir bawahnya, apa iya dirinua harus melakukannya? Tidak, ini sudah sangat keterlaluan.
"B-biarkan aku ... Aah hng! Ku mohon Ryu- "
Eunha tumbang, dia tak bisa menahan dirinya lagi lemas sudah. Beberapa kali dia orgasme, tetapi pria itu tak menghiraukan.
"Buat aku menegang!" ucapnya penuh penekanan.
Sungguh, setelah masalah ini selesai dia akan bunuh diri. Eunha janji itu!
Dia lantas menyentuh penis Ryuhei, merabanya dengan sesual membuatnya langsung menegang. Sialan, pria itu cepat sekali terangsang.
Ryuhei tersenyum puas, lalu menggendong tubuh ringan Eunha dan menidurkannya di atas ranjang. Membuka paksa pakaian Eunha dan menarik dildo itu hingga gadis tersebut merasa lega. Tubuhnya menjadi kelelahan sekarang.
"Kau tidak boleh kelelahan, masih ada beberapa ronde yang harus diselesaikan."
Ryuhei tersenyum licik, lantas menciumi bibir Eunha dengan rakus. Mengabsen setiap deretan gigi-gigi gadis itu. Tak lupa kedua tangannya meremas dan memainkan nipple Eunha dengan penuh gairah. Keduanya kini sedang memanas.
Untuk kedua kalinya, Eunha dinikmati tubuhnya oleh Ryuhei. Gadis itu bahkan tak habis pikir.
Suara hentakan terdengar, beberapa penjaga jelas mendengarnya, tetapi mereka memilih bungkam. Jika berani bergosip, maka nyawa taruhannya.
Entahlah mengapa mereka sangat takut kepada Ryuhei, toh dia juga bukan warga asli Seoul.
Erangan dari Eunha sesekali keluar, membuat si pirang semakin gencar dan mempercepat temponya.
Eunha hanya bisa memegang pinggiran ranjang, tempat itu bergoyang mengikuti irama gerakan Ryuhei.
Tiba-tiba Eunha terbayang tentang keluarganya yang harmonis, senyuman kedua orang tua serta saudara-saudaranya membuatnya menangis dan merasa bersalah.
Eunha janji, dia akan bunuh diri setelah ini selesai. Ia sudah menantapkan diri agar cepat menyusul keluarganya, Eunha tak kuat.
Aktivitas gila itu berhenti saat hari menjelang sore, gila bukan?
Ryuhei menggendong tubuh lemas Eunha ke kamar mandi dan mulai memandikannya. Tidak, lebih tepatnya mereka mandi bersama. Eunha harus mencari cara agar dia bisa melakukan tindakan bunuh diri.
Malam harinya, Eunha akan melancarkan aksinya. Ryuhei masih setia menatap layar monitor yang menampilkan Eunha berjalan menuju besi penjara.
"Permisi, pak!" teriaknya hingga salah satu polisi datang.
"Saya mau ke toilet."
Polisi tersebut paham dan membawa Eunha ke toilet, Ryuhei tak curiga dan masih duduk manis. Hingga, seseorang datang untuk melapor.
"Permisi pak!"
"Langsung saja!"
"Obat tidur berdosis tinggi hilang sekitar satu botol. Padahal kemarin saya sempat cek dan itu masih ada!"
Ryuhei terdiam, dia lantas mengingat akan Eunha yang tadi keluar. Di sisi lain, Eunha tengah menatap obat tidur yang sudah dia tuangkan di tangannya. Banyak sekali butir-butir obatnya, membuat gadis itu tersenyum. Sebentar lagi, dia akan menyusul keluarganya.
"Tunggu aku!"
Belum saja Eunha menelan obatnya, pintu toilet telah terdobrak. Terlihat raut kemarahan pada Ryuhei, matanya menatap Eunha dengan nyalang.
Eunha bergegas menjauhkan obat tersebut dari Ryuhei, sayangnya ia tak cukup tenaga.
"Kau gila?" bentaknya dengan merebut obat itu dan memberikannya pada polisi yang tadi melapor.
"Aku gila? Kau yang gila!" ucap Eunha Frustasi.
"Kau pikir aku mau hidup di sini dan menjadi budak seksmu? Apa yang ada di otakmu sampai-sampai aku yang kau jadikan pemuas nafsumu!"
"Aku mati-matian menjaga kehormatanku demi nama baik keluargaku, tetapi kau?"
Eunha menangis, tubuhnya gemetar, tetapi dia masih setia menatap tajam pada Ryuhei.
"Dengan gampangnya kau merengut semua itu. Kau mengambil keperawananku dengan mudahnya!" teriaknya membuat polisi-polisi itu terkejut.
"Apa salahku padamu? Mengapa kau melakukan ini pada gadis malang yang bahkan tidak mengenalimu. Mengapa? Harusnya aku ikut mati terbakar bersama keluargaku!"
Eunha terduduk lemas, dia lantas menutup wajah dengan kedua tangannya. Menangis sesegukan memikirkan nasibnya yang benar-benar buruk itu.
Ryuhei diam, dia memang tak bisa menahan diri untuk melakukan hubungan intim. Hanya saja, bersama Eunha rasanya berbeda, sungguh.
Pemikiran bodoh dari mana itu? Ryuhei jelas hanya menginginkan tubub Eunha saja. Dia memang pria brengsek!
Ryuhei lantas berjongkok, meraih tubuh gadis itu dan memeluknya. Apakah dia mulai cari perhatian sekarang?
Eunha tak tahu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prison - Ryuhei
Fiksi PenggemarWARNING⚠️ CERITA MENGANDUNG UNSUR 1821++ ADEGAN KEMUNGKINAN BESAR AKAN DITULIS SECARA DETAIL, DI BAWAH UMUR DILARANG KERAS MEMBACA. Apa jadinya jika Eunha yang saat itu tertuduh menjadi pelaku pembunuhan keluarga masuk ke penjara yang berada jauh da...