06

872 49 0
                                    

Eunha kini sedang tertidur pulas setelah Ryuhei memberikannya minum yang di mana, dia memasukan satu butir obat tidur.

Jadilah Eunha tertidur tanpa terganggu oleh suara-suara yang mungkin akan membuatnya shock.

Keesokan harinya, gadis tersebut terbangun karena mendengar suara keributan di luar. Eunha mulai mengumpulkan nyawanya, lalu berjalan menuju jeruji besi. Dia mengintip dan terkejut ketika salah satu petugas kepolisian terkena pukulan.

Seseorang datang dan berdiri tepat di hadapan Eunha.

    "Yohan?"

Gadis itu mengernyitkan dahinya, menatap Yohan penuh keterkejutan.

   "Eunha. Aku datang ke sini cuma ingin memberitahukanmu sesuatu!"

   "Apa itu? Mengapa kau sampai menerobos masuk?"

   "Itu tidak penting. Pelakunya sebentar lagi akan terungkap, ibu akan membuka kembali kasusmu. Tenanglah, kau pasti akan keluar dari tempat ini secepat mungkin!"

Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat tepat di wajah Yohan, pria tersebut terjatuh membuat Eunha panik.

   "Yohan!" panggilnya.

   "Berani-beraninya kau menerobos masuk dan memukul pihak kepolisian. Kelakuanmu ini bisa ku tuntut!" ucap pria berambut pirang sembari menatap Eunha, lalu berbalik menatap Yohan.

   "Apa yang kau lakukan. Jangan memukul dia!" Eunha panik itu sudah pasti. Sepupunya di pukul, bagaimana dia tidak khawatir?

   "Sialan. Kalian saja tidak memberikanku kesempatan untuk berbicara dengan Eunha."

   "Kau bisa datang sedikit siang, sedangkan ini masih pagi!" Ryuhei menatap Yohan dengan kesal.

   "Yohan, sebaiknya kau pulang sekarang. Aku akan baik-baik saja, bilang pada bibi terima kasih sudah mau membantuku sampai sejauh ini."

Eunha tersenyum tulus, Yohan berdiri dan membalas senyuman itu.

   "Tidak masalah. Sesama saudara harus saling membantu bukan? Aku akan pulang dan secepatnya menemukan pelakunya."

Setelah kepergian Yohan, Ryuhei menatap nyalang ke arah Eunha. Apa salah gadis itu?

   "Apa?" tanya Eunha kebingungan. Dia merasa atmosfer di sana sekarang berbeda.

   "Tidak!" Ryuhei pun bergegas pergi dari sana, ia tidak tahu apa ada yang salah dengan pria itu.

Eunha kembali ke kasur dan mulai berbaring. Rasanya dia ingin tidur dan menunggu waktunya tiba.

Hingga tengah hari, seorang petugas datang dan menyuruh Eunha untuk mengikutinya. Dia tak curiga sama sekali dan tibalah mereka pada sebuah ruangan yang ternyata sudah ada Ryuhei.

Jantungnya kini berdetak dua kali lebih cepat, menatap pria itu seperti sedang menahan amarahnya.

   "Masuklah!"

Eunha melangkah dengan perlahan, menatap takut-takut pada pria bertubuh lebih besar darinya itu.

Ia dibiarkan duduk tepat menghadap Ryuhei, lantas menunduk kala tatapan itu menusuk dan aura mengintimidasinya lebih dominan.

   "Angkat wajahmu, lihat aku!" Suaranya semakin berat, jelas Ryuhei sedang marah, tetapi dari apa?

Eunha mengangkat wajahnya, menatap dua manik Ryuhei dengan panik.

   "Dengar! Kau tidak akan bisa keluar dari sini tanpa seizin dariku!"

   "Ma-maksudnya?"

   "Ini tempatku, siapapun yang masuk ke sini tidak akan diperbolehkan keluar kecuali aku mengizinkannya. Oh tidak, tahanan lain bisa keluar jika masa tahanannya sudah habis ... Peraturan tadi hanya berlaku untukmu."

Eunha menggeleng, dia tak mengerti dengan jalan pikir pria di depannya ini.

   "Mana bisa begitu!" Eunha tak sengaja menggebrak meja sembari berdiri. Ryuhei kali ini menautkan alisnya membuat gadis itu kembali duduk.

   "Kenapa ... Kenapa harus aku orang yang kau perlakukan seenaknya? Memangnya aku ada salah padamu? Bahkan mengenalmu saja tidak!"

   "Sekarang kau mengenaliku, kan? Laki-laki yang sangat tampan dan juga bertubuh gagah, kau juga tahu itu setelah beberapa kali melihatnya!" Ryuhei berucap sembari tersenyum miring.

   "Akui saja, kau menyukai tubuhku kan? Lalu, untuk apa kau keluar dari sini? Aku bisa memberikan apapun yang kau mau, asalkan kau mau jadi milikku!" Penawaran yang bagus, hanya saja Eunha tak sebodoh itu.

   "Menjadi milikmu dan kau akan memperlakukanku seenaknya. Menggunakan tubuhku untuk memuaskan nafsu bejatmu padaku."

   "Kenapa kau tidak mencari para pelacur saja dan jadikan mereka sebagai pemuas nafsumu. Mereka lebih pandai di atas ranjang!" Eunha sungguh muak, berharap agar masalahnya cepat selesai.

   "Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada melakukannya denganmu, sayang."

Eunha merinding, melihat bagaimana Ryuhei menatapnya dengan mesum. Tuhan, cepatlah untuk menolongnya bagaimana pun caranya. Hukum pria gila di depannya ini dengan hukuman yang setimpal.

   "Begini saja ... "

Ryuhei menyandarkan tubuhnya pada kursi sembari melipat kedua tangannya.

   "Setelah kau keluar dari penjara ini, aku akan menemuimu. Meminta restu pada bibimu untuk menikahimu, dengan begitu aku bebas melakukan apapun pada calon istriku!"

   "Gila. Kau gila, aku tidak mau menikah denganmu. Lebih baik aku melajang selamanya!"

   "Ck! Jangan keras kepala, tidak ada pria yang akan menerima gadis yang sudah tidak perawan lagi. Jangan lupa, dua kali kita melakukannya."

Seketika Eunha teringat ketika Ryuhei pertama kali memaksanya untuk melakukan hal kotor itu.

   "Kau-"

   "Ketahuilah. Aku diam-diam membantu bibimu untuk mengungkapkan siapa pelaku yang memfitnahmu, tetapi aku berterima kasih pada pelakunya. Kita akhirnya dipertemukan seperti takdir. Hm mungkin memang takdir kita harus bertemu."

   "Sepupumu, Yohan? Dia juga tidak akan bisa membantumu untuk lepas dariku. Dia terlalu bocah jika disandingkan denganku."

Eunha masih membeku, tak tahu ingin melawan Ryuhei dengan cara apa lagi.

   "Mau main sekali?"

Ryuhei mengeluarkan kondom dari dalam laci, menatap mesum pada Eunha yang sudah bersiap untuk lari.

Gadis itu segera berlari menuju pintu, sayangnya itu terkunci dari luar. Ryuhei tertawa, menatap kelinci kecil tengah ketakutan setengah mati.

   "Kenapa? Mau lari?"

   "Kemarilah, sebelum aku memasukan milikku paksa ke dalam vaginamu!" ucapnya blak-blakan membuat Eunha ingin lari sejauh mungkin.

   "Kau ingin kemari atau ku tarik dan memperlakukanmu dengan kasar?"

Eunha tak mau, dia masih bergeming di tempat menatap pintu yang masih setia terkunci.

   "Oke, itu pilihanmu!"

Bersambung...

The Prison - RyuheiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang