02

1.1K 70 6
                                    

Sore itu Eunha terlihat tengah duduk, matanya memperhatikan penjara di depannya, memikirkan kejadian semalam. Apakah dia bisa bertahan hingga masa hukumannya selesai?

Lima tahun bukan waktu yang begitu cepat, lantas bagaimana kedepannya dia bisa menghadapi kejadian-kejadian yang kapan saja bisa menimpanya?

Seorang petugas datang dan menyuruh Eunha untuk mandi. Para tahanan lainnya juga sedang berjalan menuju kamar mandi.

Eunha mengambil alat mandinya dari petugas tersebut dan berjalan, di depan kamar mandi dia bertemu dengan Bora. Gadis itu lantas menemui Eunha dan bertanya.

   "Eunha, kau tidak di apa-apakan sama bajingan itu kan?" tanyanya khawatir.

   "Tidak. Tadi bibiku datang dan mengatakan untuk mencari tahu siapa pelaku yang berani memfitnahku. Aku harap semoga saja bukti yang asli dapat ditemukan."

   "Syukurlah. Ingat, jika pria itu memintamu untuk melakukan hal-hal yang aneh, kau jangan mau. Eunha, bukannya aku mau menakutimu, tetapi tempat ini benar-benar tidak waras isinya."

Eunha hanya mengangguk dan masuk kamar mandi begitu sebagian tahanan keluar. Setelah mandi, gadis itu kembali ke sel dan duduk diam lagi. Benar-benar hampa, aktivitas terjadi hanya saat siang hari saja.

Malam itu ketika Eunha memilih untuk tidur, tiba-tiba seorang petugas mengetuk pintu sel hingga membuat Eunha terjaga.

   "Ikut saya, ketua mencarimu!" ucapnya lantas membuka pintu selnya.

Bora yang mendengar percakapan itu lantas berjalan mendekati pintu sel dan mulai melihat Eunha yang sedikit ketakutan.

Di sisi lain, terlihat Ryuhei sedang duduk di ruangannya dan sibuk dengan dokumen dari pihak kepolisian mengenai data-data para tahanan dan masa hukumannya. Dia melihat Bora yang seminggu lagi bisa bebas itu tersenyum, itu berarti tidak akan ada yang bisa menghentikannya untuk melakukan apapun.

Pintu terketuk, Ryuhei mempersilahkan masuk dan terlihat Eunha berjalan dengan ragu. Gadis itu disuruh duduk, tentu saja Eunha hanya menurut.

Hening, tidak ada yang mau membuka suara lebih dulu. Akhirnya Eunha memilih untuk berbicara, jika ini selesai dia bisa cepat-cepat kembali ke selnya bukan?

Sungguh, lebih baik dia berada di selnya dari pada harus berhadapan dan satu ruangan dengan pria yang memiliki keinginan tinggi.

   "Maaf, mengapa anda memanggil saya?" tanyanya dengan nada sesopan mungkin.

   "Tidak perlu terlalu formal. Panggil saja aku Ryuhei, kita hanya berbeda empat tahun!"

   "Aku menyuruhmu ke mari karena ingin memastikan sesuatu!" ucapnya dengan senyuman mencurigakan membuat Eunha menjadi waspada.

   "Apa itu?"

   "Coba kau berdiri."

Awalnya Eunha tak mau, mengingat apa yang dikatakan oleh Bora, tetapi gadis itu tahu sekeras apapun dia mencoba untuk tidak menurut, hanya akan membuatnya dalam masalah. Dia hanyalah seekor kelinci kecil yang nyawanya bergantung pada si pemangsa.

Eunha berdiri, kemudian Ryuhei menyuruhnya untuk mundur sedikit. Detik berikutnya ucapan Ryuhei sukses membuat tubuh Eunha kaku, nafasnya tercekat membuatnya sulit berpikiran jernih.

   "Ayo cepat buka bajumu. Aku harus memastikan apakah kau membawa senjata tajam atau tidak?"

Begitu Eunha akan protes, Ryuhei kembali bersuara.

   "Jika protes, hukumanmu akan bertambah."

Eunha bingung, dia harus apa? Dia tak mau mempertontonkan tubuhnya pada orang asing, dia tidak mau. Eunha menjunjung tinggi harga dirinya, jadi jelas jika dirinya sangat shock.

   "Kau mau buka sendiri atau kubantu?" tanyanya dengan membuat Eunha panik.

Gadis itu masih kaku di tempat, dia tak mau melakukannya, tetapi takut juga jika tak menurut. Ini bukanlah kawasannya, Eunha tak bisa apa-apa dan hanya bisa pasrah. Dia ingin menangis, tetapi tak bisa.

   "Sa-saya akan melakukannya sendiri."

Eunha menunduk, membuka kancing bajunya satu persatu membuat Ryuhei sudah menegang di sana. Pria itu benar-benar gila seks. Begitu seluruh tubuhnya terekspos, Eunha menangis. Ryuhei hanya tersenyum melihat betapa bagusnya produk baru yang dia dapatkan.

   "Pakai kembali bajumu. Yah, kau aman sekarang kembali saja ke selmu."

Eunha dengan cepat memakai pakaiannya dan bergerak meninggalkan Ryuhei yang masih menegang di sana.

   "Sabar Ryu, kau memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya.  Biarkan gadis itu menikmati waktunya dulu, setelah itu kau boleh menyita waktunya sesukamu!" ucapnya dengan tersenyum ke arah foto Eunha yang saat itu sedang duduk di kelas mendengarkan dosen menjelaskan.

Gadis itu sudah diincar!

Eunha kembali ke selnya dengan menundukan wajahnya, kejadian tadi benar-benar menghantuinya. Bora yang melihat Eunha kembali, bermaksud untuk mengajaknya berbicara, tetapi itu bukan waktu yang tepat.

Bora bisa melihat betapa putus asanya Eunha sekarang dan gadis itu menjadi khawatir.

Eunha terdiam di dalam sel, detik berikutnya dia menangis tanpa suara. Rasanya sangat sesak, kehancuran perlahan menggerogoti dirinya.

Keesokan harinya, Eunha terbangun saat mendengar keributan di luar. Begitu dia mendekati pintu sel, ternyata Ryuhei dan Bora bertengkar. Gadis itu terlihat memaki Ryuhei berkali-kali dan mengatakan untuk tidak menyentuh Eunha sedikit pun.

   "Kau bajingan. Jangan berani kau menyentuh dia, Eunha bukan mainanmu. Berhenti dengan kegilaanmu Ryuhei!"

   "Urus saja dirimu sendiri. Kau saja tidak bisa menghentikan mereka menikmati tubuhmu, sok-sokan mau menghalangiku. Ck, bawa dia pindah ke sel yang lain. Masa tahanannya sebentar lagi akan berakhir!" ucap Ryuhei dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Bora yang mendengar itu sedikit terkejut, bukankah dia masih ada satu tahun lagi?

Ryuhei kini berjalan mendekati sel Eunha yang kebetulan gadis itu sudah berdiri dan menatapnya dengan takut. Eunha lantas menunduk saat Ryuhei tersenyum ke arahnya. Tubuhnya gemetar, air matanya mencoba untuk jatuh sekarang.

    "Tolong ya, malam ini datang ke ruanganku. Ada hal yang mau aku pastikan, tahu sendirikan kalau kau menolaknya?"

Setelah itu Ryuhei pergi beserta bawahannya juga. Eunha ambruk begitu saja, lututnya seakan tak kuat menahan beban yang saat ini menghantui pikirannya.

Saat sedang bekerja, Eunha menjadi tidak fokus membuat beberapa tahanan lainnya menjadi iba. Salah satu dari mereka mendekati Eunha dan bertanya.

   "Hei, kau baik-baik saja?"

Eunha menengok, lantas memaksa dirinya untuk bisa tersenyum.

   "Aku tidak apa-apa."

Bohong!

Bersambung...

Gue jadi ngeri sama Ryu 🙂

The Prison - RyuheiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang