SEBENARNYA tidak ada larangan atau pesan dari Kumala Dewi, bahwa setiap malam bulan purnama TV atau radio tidak boleh distel. Kumala tidak mengeluarkan peraturan seperti itu.
Tetapi pada malam purnama ini, rumah besar berhalaman luas itu sepi dari suara-suara media elektronik. Buron tak berani menyalakan minicompo-nya, walau di kamarnya sendiri. Sandhi atau Маk Bariah juga tak mau menghidupkan televisi di ruang tengah, meski pun ada tayangan rutin yang menjadi kegemaran mereka. Ngobrol pun
dikurangi. Bahkan kalau perlu dilakukan dengan sangat pelan. Berbisik-bisik.Hening dan sunyi. Cuma itu yang ada di rumah Dewi Ular yang berada di
pinggiran kota Jakarta. Sudah pindah dari rumah yang dulu. Alam dan lingkungan sekelilingnya memang disukai oleh putri tunggal sang Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu. Tidak terlalu sepi, tidak terlalu ramai. Jauh dari kebisingan kota.Sedikit kadar polusi udaranya. Suasana sepi dan hening sengaja diciptakan oleh mereka untuk mendukung prosesi ritual yang dilakukan Kumala Dewi dalam kamarnya. Sudah bukan rahasia lagi bagi mereka, bahwa pada malam-malam seperti ini di dalam kamar tidur Kumala yang ada hanya seekor ular besar berwarna hijau,
memiliki sisik emas berkilauan, tapi memiliki kepala manusia bermahkota dan berambut panjang. Tetapi cantik sebagaimana Kumala dalam kesehariannya.Biasanya Sandhi dan Buron ikut melek sampai menjelang subuh. Buron sebagai jelmaan Jin Layon memang tetap harus waspada dalam menjaga dan melindungi keadaan Kumala Dewi yang sedang berubah menjadi seekor ular hijau itu. Sebab, dalam kondisi perubahan wujud seperti ini biasanya ada pihak lain yang ingin mencuri kesaktian Kumala.
Memang sudah menjadi salah satu dari keistimewaan anak tunggal dewa, bahwa pada saat dirinya berubah menjadi seekor ular, secara otomatis kesaktiannya itu berada dalam puncak tertinggi, dan sering menyebarkan energi sakti. Gelombang energi sakti yang menyebar dengan sendirinya itu
dapat dicuri oleh pihak lain. Sangat berbahaya jika dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menganut aliran hitam; bisa dari jenis peri, jin, iblis, siluman, atau para dukun yang
berburu kekuatan gaib kelas atas.Meskipun kelihatannya nyantai sekali, tapi sebenarnya seluruh indera gaib si jelmaan Jin Layon itu selalu memonitor seluruh aktivitas di sekitar rumah tersebut. Baik aktivitas kehidupan manusia maupun aktivitas alam sekelilingnya. Radar gaibnya akan mengirim sinyal padanya jika ada energi asing yang mendekati tempat tinggalnya sang bidadari cantik jelita: Dewi Ular.
"Ron, malam ini gue ngantuk banget nih. Kayaknya nggak bisa nemenin elu sampai subuh," kata Sandhi dengan matanya yang sudah mengecil, agak merah. Ia letakkan tabloid yang dari tadi dibacanya.
Buron menurunkan buku novel bacaannya dari depan wajah. "Ya, udah. Tidur aja elu. Ngapain ikut-ikutan melek?"
"Bukannya gue nggak cinta ama elu nih, Ron..."
"Gue juga nggak butuh cinta elu! Emangnya gue jin homo, ара?!" sahut Buron membuat Sandhi nyengir geli melihat wajah Buron bersungut-sungut lucu.
"Mata gue kayak kena sirep. Sirep dari lem tikus. Susah..."
"Ssst, ssst...!!"
Tiba-tiba mulut Buron mendesis dua kali. Matanya menjadi lebih lebar. Wajahnya. Sedikit tegang. Sandhi yang mau melangkah masuk ke kamar tidur menjadi tertahan. Rasa ingin tahu membuat Sandhi memperhatikan Buron.
Sementara itu Buron yang semula duduk merebah di sofa panjang, sekarang menjadi tegak Menelengkan telinga, mencari suara yang mencurigakan hatinya.
"Ada apa ap...?" Sandhi bertanya dengan nada berbisik.
"Ada suara aneh. Elu dengar nggak?" Sandhi mencoba memusatkan konsentrasinya.
"Hmmm, nggak ada suara apa-apa tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
97. Ada Apa Dengan Setan?✓
ParanormalSilahkan follow saya terlebih dulu. Serial Dewi Ular karya Tara Zagita 97 Rubby sudah meninggal hampir 40 hari. Tahu-tahu ia bangkit dan pulang ke rumah kontrakannya. Kebangkitan Rubby menggemparkan penduduk setempat.Yannu, teman sekamarnya terpaksa...