Both

18 2 0
                                    

Deru rasa itu seakan hidup kembali di dalam hatiku.
Rasa yang dulu tidak sempat terlisan karena langkahku yang lamban, terlalu lamban di belakangnya.

Takdir memisahkan kami setelah sebuah pertemuan yang cukup mendalam, -untukku.

Pikirku itu adalah akhir ceritaku dengannya, tapi lihat apa yang dibawanya sekarang dengan pertemuan kali ini.

Sebuah lamaran.

Dia melamarku!

Bukan dalam suasana romantis seperti candle light dinner dengan bunga dan sebuah cincin mengkilap dalam kotak, dia melamarku saat aku sedang menjelaskan konsep gambarku untuk playground di tempat kerjanya.

Aku terdiam mendengar ucapannya, mataku beralih pada Dika yang duduk di sebelahnya. Kurasa ini bukan sesuatu yang direncanakan, karena kulihat Dika pun kebingungan dengan apa yang terdengar jelas itu.

"Hah?" ucapku begitu Dika meninggalkan kami dengan dalih ingin ke toilet. Terlihat jelas dia salah tingkah, padahal bukan dia yang dilamar.

"Menikahlah denganku.." kalimat itu terucap lagi dari mulut seorang Sean Juna Pratama.

"Are you serious?" aku tahu dia tidak pernah bercanda dengan ucapannya, tetapi aku masih sulit percaya dia melamarku. Saat ini. Sangat tiba-tiba.

"I am." senyum tergambar di wajahnya.

"Mas.." aku menggelengkan kepala dan sibuk membereskan gambar-gambar yang aku presentasikan. "Can we discuss it again someday later?"

"My proposal or yours?"

"Both.." aku lalu memasukkan barang-barangku ke dalam tas dan beranjak pergi meninggalkan Mas Juna.

Dengan kebingunganku, aku berjalan keluar cafe. Dari luar, aku sempatkan melihat kembali Mas Juna.

Aku merentangkan tangan sambil mengangkat bahuku, mengisyaratkan ketidaktahuanku dengan maksud senyumnya yang masih saja menawan bagiku. Aku tetap terpesona, tanpa sadar membalasnya dengan senyum 'Fine, I'll take it serious too' ku.

To be continued

Kali Kedua, Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang