Bukan Cinta Pandangan Pertama

16 3 0
                                    

Sean Juna Pratama, tutorku saat aku SMA dulu. Bermula dari tutorku sebelumnya yang sedang mengerjakan skripsi dan tidak bisa lagi memberi bimbingan belajar untukku, dia segera mengenalkan Mas Juna sebagai penggantinya karena aku sedang bersiap untuk ujian kenaikan kelas.

Mas Juna menjadi tutorku sejak kelas 1 akhir sampai kelas 3, termasuk membimbingku mempersiapkan SBMPTN.

Jatuh cinta pada pandangan pertama?

Bukan.

Masih jelas bagiku kapan aku mulai mengagumi sosoknya yang begitu tekun, bertanggungjawab, dan satu hal terpenting.. hangat dan penuh perhatian.

Berbulan-bulan belajar bersama Mas Juna membuatku bersemangat, meski belajar materi yang sangat sulit sekalipun.

Lalu tiba saat di mana aku mulai menyadari perasaanku padanya, belajar bersamanya hanya kujadikan ajang mengagumi segala hal tentang dirinya.

Duniaku berpusat padanya, dan aku dengan senang hati akan menjadi pengekor setiap langkahnya.

Aku ingin masuk fakultas kedokteran, seperti dia.

Aku ingin menjadi dokter atau apapun yang menjadi keinginannya.

Aku ingin segalanya yang berbau dia.

Sampai aku tidak mengenal lagi diriku dan apa yang aku sendiri inginkan.

Selepas meninggalkan Jakarta dengan niat kuat melupakan perasaanku pada Mas Juna, aku selalu mengandai akan ada kesempatan untukku menceritakan semua hal itu.

Semua hal tentangnya yang memenuhi kehidupan putih abu-abuku.

Aku ingin mendengar pendapatnya, aku ingin melihat ekspresi di wajahnya, aku ingin tahu perasaannya saat mendengar bahwa dia pernah menjadi duniaku.

Lalu sekarang.. kesempatan yang aku anganku benar datang padaku. Aku sangat ingin Mas Juna tahu bahwa aku pernah sangat menyukainya, bahwa jika aku menerima lamarannya saat inipun itu karena rasa sukaku yang tumbuh kembali dengan cepat meski begitu dalam aku menimbunnya.

Yups... I said yes!

Tidak bisa ku pungkiri bahwa aku sangat menginginkan Mas Juna menjadi pendampingku. Bukan untuk mengakhiri cerita masa lalu yang tidak memihak harapanku, tapi untuk benar-benar memulai kisah baru yang mendebarkan.

Aku tidak punya alasan lagi meragukan hal itu. Mas Juna di masa lalu adalah kenangan yang menguatkan keinginan dan rasa cintaku padanya sekarang ini.

Bismillaah, aku meyakinkan diriku bahwa yang kuinginkan dan kucintai adalah Mas Juna yang sekarang ada di hadapanku. Lelaki yang kulihat tengah tersenyum lega mendengar aku menerimanya sebagai calon suamiku.

Keyakinan itu datang setelah semua keraguan yang kurasakan hilang begitu saja.

Bagaimana tidak..

His "I will" is not just a word at all!

Mas Juna datang ke rumah bahkan belum ada 24 jam dari sejak pesan itu terbaca olehku, tepatnya ba'da ashar dia sudah tiba di rumah. Dengan hanya mengabariku satu jam sebelumnya, tanpa ada embel-embel dia datang bersama orangtuanya.

I do want him much and more! 😍

"Untuk tanggal pernikahanya tidak perlu lama-lama, Mbak Ning. Secepatnya saja." ucap Tante Hayu, Ibu Mas Juna.

Mendengar hal itu, Mama hanya tersenyum sembari melihat ke arahku.

"Saya ikut anak-anak saja, Mbak. Sesiapnya mereka mau kapan, saya ayo ayo saja. Iya kan, Yah?" Mama menoleh pada Ayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kali Kedua, Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang