AKU MASIH MELIHATMU
Setelah sekian lama mengajar, bel sekolah berbunyi yang menandakan jam pelajaran pertama usai dan memasuki jam istirahat.Semuanya keluar tak karuan hanya menyisakan Duri Dan Taufan.
"Duri, cepat bereskan semua buku mu dan ayo kita ke kantin sekarang." Ajak Taufan bersemangat.
"Eh, bukankah kau harus ke pergi ke kantor menemui Bu Tia?"
"Oh iya, aku lupa. Astaga...!"
"Tidak apa-apa, kau temui saja dahulu, pasti tidak lama. Setelah itu kau bisa ke kantin. Aku akan menyusul mu nanti."
"Hmm, baiklah kalau begitu aku akan menemuinya terlebih dahulu. Lagipula aku sudah kelaparan. Aku harap tidak lama. Aku duluan, ya? Sampai jumpa."
Duri hanya diam ketika Taufan pergi keluar kelas.
Ia hanya seorang diri dalam kelas.
Yang tadinya ia merapikan buku pelajarannya, ia kembali mengeluarkan buku namun bukan buku pelajaran melainkan sebuah buku harian yang belum sempat ia selesaikan semalam.
Ia membuka bukunya dan menyiapkan sebuah bolpoin untuk mulai menulis.
Namun pandangannya teralihkan pada keadaan luar sekolah.
Semua anak-anak di halaman sekolah terlihat sangat senang ketika bermain bersama.
"Bersama... Aku ingin seperti mereka. Dapat bersenang-senang bersama. Tapi sayangnya, aku tidak bisa seperti mereka. Aku masih terjebak dalam kesendirian. Aku tidak bisa."
"Ayah, ibu, aku merindukan kebersamaan bersama kalian terutama bersama kak Hali dan kak Solar. Aku merindukan semua itu...! Aku ingin seperti itu lagi...! Tapi mengapa...!? Mengapa.. mengapa aku tidak bisa...!?"
"Mengapa dulu aku tidak mati saja!"
Semua isakan serta tangisnya ia lampiaskan pada buku hariannya.
Namun tak lama...
Deg!
Ia merasakan sesuatu pada benaknya, sebuah bisikan agar tetap kuat menjalani ini semua.
Bisikan itu meyakinkan bahwa ia mampu menjalani ini semua walau itu memang menyakitkan.
Ia berhenti menangis dan merasakan bisikan itu ada benarnya juga.
Ia mengusap air mata yang mengalir deras tadinya.
"Aku merasakan sebuah bisikan agar aku tetap kuat menjalani ini semua. Seketika itu aku mulai bertekad untuk tidak berputus asa dalam suatu hal."
"Akan aku jalani itu semua walau itu memang berat."
45 menit istirahat telah usai, bel sekolah kembali berbunyi dengan nyaringnya yang menandakan jam pelajaran kedua dimulai.
Semuanya pun memasuki kelas.
Yang kemudian Taufan menghampiri meja Duri, melihat sahabatnya sedari tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
-:| Akan Selalu Ada |:-
RandomKalian merasa bahwa semua masalah akan selesai seiring berjalannya waktu? Ya, itu memang benar. Anak diusia 14 tahun sepertiku, duduk di meja SMP biasanya masalah yang didapat adalah masalah pertemanan, belum termasuk duduk di meja SMA. Ya, masalah...