15

590 70 33
                                    



Sasuke pergi meninggalkan ruangan sang ibu setelah merasa puas sudah menceritakan semuanya, meskipun masih ada sedikit rasa janggal yang tersisa tapi tidak masalah. kini pundaknya tak seberat kemarin.

"Mau kemana?" Sasuke baru saja akan pergi ke loteng tetapi dia malah bertemu dengan Sakura di tangga.

"Mau ke pasar nih....hadeh ya mau ke kamar lah." jawab sang gadis tanpa mau melihat ke arah Sasuke.

"Yaelah baru jam segini udah ke kamar aja, cupu banget," Sakura menghela napas saat mendengar ucapan itu, dia pikir Sasuke tidak akan kesini tapi ternyata lelaki itu hanya terlambat. Seperti dugaannya Sasuke tidak akan mengetahui apapun, Sasuke tidak akan pernah tau apapun yang Sakura sembunyikan, jadi untuk apa semua rasa cemas yang berlebihan tadi? Sama sekali tidak berguna.

"Bilang aja mau ditemenin, pake segala ngatain cupu segala," Sasuke mengangguk dengan cepat, sungguh ini bukan seperti reaksi yang Sakura duga, kenapa dia jadi begini sih? Bikin Sakura tambah susah move on aja.

"Ayo....." Sasuke menarik ujung baju tidur Sakura, seolah menyuruh Sakura untuk buru-buru kembali ke loteng, padahal jelas-jelas dari awal bertemu tadi Sakura sudah menunjukan sikap 'tidak mau ke loteng lagi'

"Padahal bintangnya banyak malah mau cepet-cepet ke kamarnya," Sasuke masih memegang ujung bajunya, jujur saja Sakura merasa jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang. Soalnya gak boleh kaya gini, Sasuke baik begini karena mereka saudaraan, karena mereka satu rumah, karena perlahan-lahan Sasuke mau membuka diri buat deket sama Sakura, gak boleh lebih, gak boleh deg-degan kaya gini.

"Aku suka kamu Ra,"

"HAH?" Sakura sebenernya ingin bereaksi biasa saja tapi gak bisa, ini terlalu mendadak. serius deh itu yang tadi suara siapa? demi apapun suaranya jelas banget kaya bukan suara yang berasal dari dunia khayal.

"Parah ya? Suka sama saudara sendiri, kamu aja ampe sekaget itu," lengan Sasuke yang tadinya memegang ujung baju Sakura kini sudah tak berada disitu lagi.

"Gak parah kok.....kan bukan saudara kandung juga, aku kan anak pungut," jawab Sakura dengan nada suara yang ceria, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau ini bukan sesuatu hal yang serius. Ini pasti Sasuke cuman ngeprank aja, pasti becandaan doang.

"Haha iya ya bener juga tapi tetep aja gak bisa," Sasuke kini menatapnya dengan pandangan yang tak pernah Sakura lihat sebelumnya, lelaki itu tersenyum tapi hanya di pipi saja tak sampai ke matanya, di detik itu Sakura menyadari kalau ini bukan candaan, lelaki itu serius.

"Gak bisa apanya?"

"Gak bisa aku perjuangin," Sasuke kini menatap ke arah lain, menghela napas sebentar lalu memilih untuk duduk, mau tak mau Sakura pun ikut duduk.

"Kenapa? Misalnya nih misalnya.... kalau aku punya perasaan yang sama pun tetep gak bisa?" Sasuke mengangguk, sorot mata itu masih sama seperti tadi.

"Kenapa tuh? Anak pinter gak mau ganggu pelajaran ya?" asalnya Sakura pun ingin mengakuinya, ingin Sasuke tau kalau dia pun memiliki perasaan yang sama tapi setelah melihat gestur tubuh Sasuke juga mata lelaki itu yang terlihat sedih, Sakura dengan mantap memilih untuk tak membicarakannya.

"Soalnya aku gak pernah dikasih pilihan, sekeras aku nyoba, ujung-ujungnya pilihan kakek adalah yang paling mutlak,"

"Pilihan kakek? Tentang orang yang kamu suka juga?" Sasuke mengangguk, matanya masih menatap lurus ke depan.

"Emang kak Shisui gak pernah nyeritain tentang ini ya? bahkan kak Itachi aja nikah karena perjodohan, di usia muda pula," Sakura sepertinya pernah mendengar ucapan itu dari kakaknya deh, tapi karena ia merasa itu tidak lah penting jadi Sakura tak benar-benar mendengarkan.

"Ya ampun, ternyata berat juga ya jadi kamu, aku pikir idup kamu enak," Sasuke menghela napas lalu tertawa.

"Kayanya aku perlu ngerokok ampe 3 bungkus deh biar kaya orgil yang waktu itu stres di sini," mendengar itu Sakura hanya bisa membuang muka, sebel abisnya aib dia diungkit terus.

"Kalau mau luapin emosi karena stres pake cara sendiri aja jangan ikutin cara orang lain,"

"Hahaha tapi cara kamu boleh juga tuh buat diikutin,"

"Dih......" Sasuke sudah tidak tertawa lagi, raut wajahnya kembali sama seperti beberapa saat yang lalu, raut wajah yang datar, yang tatapan matanya kosong, yang gak enak banget deh buat diliat.

"Ra......"

"Apa?" jawab Sakura sambil berusaha untuk menetralkan perasaannya sendiri, suasana ini pun tak mudah untuk sang gadis.

"Kamu gak suka sama aku kan?" Sakura terdiam sebentar, memikirkan semua ini dengan singkat agar dia tak salah menjawab.

"Nggak,"

"Bagus deh," Sasuke kini menatapnya sambil menampilkan sedikit senyuman tipis. "Soalnya kalau kamu suka juga sama aku semuanya bakalan berantakan, aku gak mau kehidupan kamu jadi terganggu, pokoknya kamu harus tetep aman apapun yang terjadi...."

"Gitu ya? Untung aja selera aku cowok baik hati,"

"Iya, emang harusnya gitu. Pokoknya cari yang terbaik, terus hidup bahagia deh," tidak ada suara lagi, mereka berdua tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing. sampai akhirnya Sakura menoleh ke arah samping, dia melihat Sasuke begitu berbeda, raut wajah lelaki itu begitu lembut, tidak ada ketegasan ataupun kegarangan seperti biasanya.

Hei Sas...
Seandainya tadi aku jawab 'iya'
Kita pasti bakalan jadi jauh.....
Iya 'kan?



TAMAT.









TAPI BOONG.
APA TAMATIN AJA BIAR ENAK GAK USAH NUNGGU LAGI HEHE(?)

******

COBA YANG MASIH NUNGGU CERITA INI MANA SUARANYAAAAAAA????? 🤭🤭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang