6

1K 173 11
                                    

Ada beberapa hal dalam hidup Sakura yang cukup ia sukai, seperti saat ini pun (saat dia melihat sosok Sasuke hanya menemaninya sampai ke gerbang) hei, itu sangat menyenangkan, dia tak perlu mendapat sorotan lagi, padahal tadi sudah ketakutan setengah mati, untungnya semua yang sempat ada di otaknya tak terjadi.

"Mengerjakan apa sih? memangnya ada PR ya?" dia baru saja sampai ke kelas, baru saja duduk, tapi teman di sebelahnya sudah sibuk dengan pulpen dan buku tulis.

"Tidak ada, hanya menulis poin-poin penting saja," Sakura mengangguk lalu mengeluarkan bekal, lumayan lapar dan haus juga sudah ngebut-ngebutan dengan si raja tega. "Wah aku senang kau hari ini tidak terlambat lagi Sakura,"

"Hehe, kan malas menatap tiang bendera terus," mereka berdua pun kembali pada kegiatan masing-masing, yang satu dengan buku, dan satunya lagi dengan makanan, sampai ada suara yang mencuri perhatian mereka.

"Hei anak baru," sosok lelaki bertubuh besar dan berwajah seram kini berada tak jauh dari meja Sakura, menatap gadis itu dengan intens sambil memegang buku tulis.

"Apa?" jawab Sakura malas lalu menatap sosok itu dari atas sampai bawah.

"Apa katamu? Kau sudah menjadi bagian dari kelas,"

"Lalu?"

"Bayar uang KAS dong," lelaki itu membuka buku tulis lalu menunjuk sebuah nama, memperlihatkan pada Sakura kalau dia belum sekali pun membayarnya, kolom namanya kosong.

"Harus bayar sekarang untuk mengganti taplak meja," Sakura menatap orang yang bernama Kiba itu dengan ekspresi kesal, baru juga diberitahu ada uang KAS eh langsung harus bayar saja, untung dia selalu membawa uang untuk jaga-jaga, oh iya tentu saja dia tau nama anak itu karena membaca papan nama yang terletak di seragamnya.

"Nih," Sakura mengabaikan makanannya lalu mengambil dompet yang berada di dalam tas, yasudahlah, biar orang ini cepat pergi juga.

"Oke, untung minggu ini kau lunas ya," lelaki itu pun pergi dengan senyum yang diselingi seringai, menyebalkan sekali, Sakura baru saja akan menutup dompet tapi gerakan itu terhenti saat Karin malah membuat pertanyaan.

"Itu teman-teman di sekolah lamamu ya Ra?" ternyata dia melihat foto yang dengan tenangnya tersalip di dompet Sakura.

"Ini? Ya benar, mereka teman-temanku di sekolah lama, lihat ramai sekali 'kan, sampai fotonya berdesak-desakkan begini," Karin mengambil dompet merah muda milik Sakura lalu menatap foto itu dengan seksama lalu tersenyum.

"Kau pasti senang sekali ya di sana," tanya Karin tanpa maksud apapun, melihat Sakura tersenyum lebar di foto itu pasti mereka teman yang sangat berkesan untuknya.

"Tentu saja, tapi di sini juga aku senang kok, kan ada temanku yang super pintar ini," ucap Sakura sambil tersenyum, dia masih memperhatikan Karin yang asyik menatap foto itu, tapi tak lupa pada makanannya kok, dia tetap mengunyah.

"Ini siapa namanya? Lucu sekali potongan rambutnya," tanya Karin menunjuk salah satu orang dengan ekspresi yang paling aneh, senyum masa muda katanya.

"Namanya Lee, bukan hanya potongan rambut saja tapi semuanya lucu, nah di samping dia itu Tenten, dia suka kesal pada Lee karena tak bisa serius, mereka selalu membuat kelas ramai," Karin mengangguk anggukan kepala, jadi membayangkan bagaimana berisiknya kelas yang Sakura ceritakan itu.

"Pasti seru sekali ya,"

"Tentu, oh iya kalau suatu saat nanti kita memiliki waktu luang, kita main ke sana yuk? Mereka pasti suka padamu Karin," gadis berambut merah itu hanya menatap Sakura sekilas lalu kembali pada foto yang masih tersemat manis di dompet Sakura.

DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang