3

1.3K 201 30
                                    


Sial.

Ini adalah hari ke tiga atau empat? pokoknya antara dua itu deh, Sakura harus terlambat masuk kelas. ya habis dia selalu tak berani kalau pagi-pagi bertemu lelaki itu, dia bingung harus seperti apa, menolak nanti di ancam lagi, kalau memaksakan diri berangkat bersama rasanya pasti aneh dan seram juga, jadilah dia kembali ke lapangan kali ini, menatap matahari eh salah, menatap tiang bendera sambil hormat, membuat guru piket jadi benci padanya, anak baru kok terlambat terus, niat sekolah tidak sih?

"Sekarang tidak ada alasan untukku membiarkan kau pergi ke kelas dengan cepat, kau mau merusak rekor Neji dalam hal terlambat?" benar saja, sejak awal lelaki itu selalu terlambat tapi tampaknya hari ini dia tak lagi menemani Sakura deh.

"Hormat yang benar," Sakura merasa wajahnya terbakar sinar matahari, keringat tak henti-hentinya menetes seiring waktu terus berjalan, makin lama makin panas saja.

"Sekali lagi bapak tanyakan padamu, kenapa kau terlambat?" Sakura menghela napas lalu menoleh pada guru piket yang kini duduk sambil memakai payung.

"Suruh siapa lihat kesini, jawab,"

"Sakit perut pak," atau bisa disebut dengan menyelamatkan diri di toilet, walaupun di hukum begini sama menderitanya, tapi tidak apa-apa kok. ini pun alasan yang sama dengan kenapa dia tak melaporkan perbuatan Sasuke pada kakaknya, Sakura tidak mau membuat masalah yang tak perlu, dari dulu pun selalu begitu, Sakura selalu berusaha untuk menyelesaikan urusannya sendiri, dia tak mau membuat kakaknya kesulitan, Sakura selalu tau, Shisui selalu berusaha untuk mereka berdua, berkerja dengan keras, jadi tak ada alasan yang bagus untuk Sakura mengeluh 'kan? beban kakaknya pasti lebih berat.

"Sakit perut setiap hari? Kau makan apa memang? Batu?" Sakura hanya bisa terdiam sambil menatap tiang lurus tinggi itu dengan seksama, sambil membayangkan es teh manis, sepertinya enak deh.

"Kalau besok masih terlambat juga, kau akan ku hukum sampai jam istirahat ke dua," teganya, mendengar kalimat kejam itu membuat Sakura langsung memikirkan cara yang bagus untuk berangkat sekolah secara aman dan tepat waktu besok, dia tak boleh jadi sup di lapangan, istirahat ke dua kan, sekitar jam dua belasan, yakali.

"Baik pak," jawabnya lemas, sambil memikirkan cara-cara paling efektif, sementara bel pelajaran ke dua sudah berakhir, yah dia ketinggalan lagi deh.

"Sudah masuk sana," perintah sang guru yang kini sudah memakai kacamata hitam, payung warna-warninya pun masih menemani dia berjalan.

"Terimakasih pak," Sakura langsung menyingkirkan gerakan hormat itu dengan sedikit riang, hukumannya tak separah yang kemarin ternyata.

"Sudah cepat masuk kelas, jangan malah ketawa-ketiwi disini, mau ditambah?" tentu saja tidak, gila saja, Sakura pun langsung bergegas mengambil tasnya yang terbaring tak berdaya di tanah.

"Saya permisi," ucap Sakura sopan sambil menunduk, berjalan terburu-buru menuju kelas, untung saja gurunya sedang tidak ada, atau biasanya sih sedang pergantian guru.

"Waw, dia terlambat lagi, memalukan, kau itu anak ba-----" tapi ucapan itu tak berlanjut lagi saat dia sadar orang yang dia ajak bicara langsung tancap gas duduk di bangkunya bersama si kutu buku, membuat Hotaru -si gadis berambut coklat- kesal, hei dia sedang bicara selaku ketua murid, malah main kabur saja, tapi perempuan itu pun tak berani mengucapkan hal-hal yang lain, mengingat bahwa Sakura sejak awal sudah jadi target Sasuke, dia mana berani, jadi segitu saja deh, yang penting dia sudah melakukan tugas dengan baik, sementara suara nyaring Hotaru yang menegur Sakura membuat seperempat murid menoleh padanya, ada apa lagi sih? termasuk Sasuke juga, dia hanya memperhatikan gadis yang penuh keringat itu sebentar sambil tersenyum meledek.

DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang