05 - TEMAN SEKAMAR BARU.

169 27 6
                                    

Happy reading.

***

Sekarang Sandrinna sudah kembali ke kamar asramanya, ia sedang membaca isi potongan koran itu satu persatu, ia memijat pelan pelipis nya. Ia tak paham semua ini menuju kearah mana, memang semua ini berisi tentang pembunuhan, ia sudah mencari di internet tentang pembunuhan di tahun 2003 saat itu, namun kasus itu di tutup tanpa alasan yang masuk akal. Dan lagi, ucapan Aqeela saat di rumah sakit tadi, semakin membuatnya bingung, jikalau ia membuka kembali kasus ini kepada kepolisian, kasus ini sudah sangat lama bahkan ia saja belum lahir di dunia, tidak memungkinkan para polisi mau menyelidiki nya kembali. Ia membaca dari koran ber-angka 1 sampai dengan 25.

"Maksudnya apa?" gumam Sandrinna bingung.

Tok tok tok!

"Siapa?" tanya nya.

"Ini gue San, Ratu," balas seseorang dibalik pintu, pintu itu terbuka menampakkan seorang gadis cantik dengan dua gelas coklat panas di tangannya.

"Napa?" tanya Sandrinna setelah membuka pintu kamar nya.

"Nggak apa-apa, ini gue bawa coklat panas, siapa tahu bisa bantu lo biar agak rileks." jelas Ratu lalu mengulurkan salah satu cangkir coklat panas yang ia bawa kepada Sandrinna sambil tersenyum.

"Thanks, Rat." balas Sandrinna singkat lalu menerima cangkir coklat panas dari Ratu, ia berjalan masuk kembali ke kamar nya kemudian meletakan cangkir tersebut disebelah koran koran lama itu.

"Gimana Aqeela?" tanya Sandrinna singkat.

"Dia lagi istirahat, tadi gue suruh istirahat biar dia enakan badannya, ekhem hmm, gimana tentang kasus yang lagi kita usut? Ada koran lain?" tanya Ratu penasaran sambil mendudukkan dirinya di atas kasur Sandrinna.

"Belum ada perkembangan apa apa, masih sama." balas Sandrinna sambari menaikkan kedua alis nya ke atas.

"Ehmm..." dehem Ratu sambil mengangguk lalu berjalan menuju pintu masuk ke ruangan lain yang ada dikamar Sandrinna.

Ratu membukanya dan memasuki ruangan itu dengan Sandrinna di belakangnya untuk mengikuti nya.

Ratu mulai berjalan mengelilingi ruangan itu, mencoba mencari petunjuk lainnya, disana sangat berdebu, tapi tidak begitu kotor, hanya debu yang membuatnya terlihat usang dan lama.

Ratu menemuka sebuah buku, seperti sebuah diary, ia mencoba membuka diary itu, ternyata terkunci dan kuncinya adalah sebuah pin angka.

Sandrina berdiri didekat Ratu yang mencoba membuka diary itu.

"Gabisa San..." keluh Ratu lalu memberikan buku itu kepada Sandrinna dengan cengiran khasnya.

Sandrina menerima buku itu dan mencoba membukanya, 1, 2, 3 . Angka angka itu ia masukkan satu persatu dan berhenti di angka 26.

Sandrina melirik Ratu sebentar, Ratu yang merasa dilirik membalas lirikan itu dengan kebingungan.

"Kenapa, San?" tanya Ratu, Sandrinna menggeleng pelan lalu kembali mencoba membuka buku itu.

Kosong

"What?" celetuk Ratu kaget.

Sandrinna membuka halaman satu ke halaman lainnya, kosong. Sama seperti yang lain, ia membolak balikkan halaman buku itu dan berhenti ketika melihat ada tulisan tangan.

Pembuhan lagi.

Angka 26 dengan tinta merah.

Sandrina membuka halaman berikutnya, terdapat tulisan tangan lagi, sebuah ringkasan dari koran koran ber-angka yang ia temukan.

ALONE : Dia Adalah Misteri.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang