«35»

412 61 1
                                    




Jam menunjukkan pukul 22.00,sudah cukup malam untuk mereka berdiam diri di luar rumah.

Ryo selaku kakak sepupu (M/n) mulai merasa khawatir dengan laki laki (H/c) itu dan akhirnya memutuskan keluar mencari (M/n) tanpa dibekali  petunjuk.

Ia hanya tau kalau (M/n) keluar dengan teman temannya namun tidak tau kemana mereka keluar sekaligus bermain.

Lelaki dengan surai coklat itu nekat menerobos dinginnya angin malam demi mencari seseorang yang ia anggap adik nya selama ini.

'Dimana kau (M/n)...'














Terbangun dan kembali membuka matanya lelaki bersurai (H/c) sedang celingak-celinguk mencari  teman temannya.

Otaknya terus berputar,jika saja ia berada dikasur putih rumah sakit pasti ada yang membawanya kemari,tetapi ia tidak melihat siapapun diruangan itu.

Kepalanya berdenyut mengakibatkan sang penderita meringis sambil menutup mata.

Ia lalu berusaha bangkit dari tempat berdiamnya dan berdiri,sakit kepala kembali melanda membuat lelaki itu sedikit terguncang dan berpegangan pada tembok untuk menampung berat tubuhnya.

"(M/n)! Tolong kami!" Suara teriakan Childe terdengar ditelinganya membuat (M/n) senang tetapi ia dengan cepat memahami situasi.

Perlahan dirinya berjalan menuju pintu keluar lalu mengikuti suara dengungan berisik ditambah dengan teriakan temannya,ia menyumpahi dirinya sendiri karena terluka dan tidak bisa berlari dengan baik,membiarkan dirinya melihat apa yang terjadi.

Suara nya terdengar kuat tetapi ternyata suara itu berasal dari atas,(M/n) bergegas menuju atas dengan tangga yang tersedia.

Saat setelah sampai diatas ia melihat kearah salah satu ruangan dimana darah segar mengalir dari lubang bawah pintu yang membuat pikirannya pecah.

Suara teman temannya tidak terdengar lagi membuat pikirannya makin memburuk,akhirnya (M/n) memberanikan diri dan mendobrak pintu ruangan tersebut.

"Childe ada apa-" perkataannya terpotong saat matanya melihat tiga orang yang ia kenal tergantung terbalik dengan darah segar yang keluar.

Childe,Aether juga Lumine ditemukan mati,dan mayat mereka sengaja digantung terbalik.

Tentu saja ini membuat (M/n) shock berat dan marah tetapi rasa sedih mendominasinya,tubuhnya bergetar hebat air mata mengalir deras,ia terlambat menyelamatkan temannya.

Dengan berat hati (M/n) menyelidiki tubuh mereka walau rasa bersalah tetap ada,mereka terbunuh dengan beberapa tusukan yang berbeda.

Hati (M/n) makin sedih saat ia melihat wajah Lumine yang seperti ia sedang tidur, atau mungkin hanya berpura pura tidur untuk mengelabuhinya.

Air mata kembali mengalir keluar,(M/n) mengusap pipi Lumine yang bersimbah darahnya sendiri.

"Semoga dengan ini kamu bisa bermimpi tentang pria yang kamu sukai tanpa ada yang mengganggu, kuharap ia menjagamu dengan baik. Selamat bermimpi indah,Lumine" setelah mengucapkan itu (M/n) keluar dari ruangan merah dan mencoba mencari yang lain.

Ia ingin sekali menempatkan mereka di tempat yang layak tetapi tidak bisa karena teman temannya bisa saja berakhir dibunuh jika ia melakukan itu.

Ia naik ke lantai paling atas,selama pencariannya ia tidak menemukan teman temannya yang tersisa,dan saat tiba di ruang atas ia terkejut melihat dirinya sendiri yang hendak akan melepaskan tubuh Ayaka dari ketinggian.

Disaat itu tubuh (M/n) tidak bisa bergerak,ia terkejut akan fakta jika dirinya sendiri yang membunuh teman temannya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu wahai pembunuh?" (M/n) tersentak saat mendengar panggilan dirinya yang lain.

'Devastation•|•{Genshin Impact}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang