prolog

12 7 2
                                    

"bunda... diba blum siap buat masuk pesantren" rengek Adiba kepada Fatimah

Fatimah adalah ibu Adiba, ia adalah sosok ibu yang sangat baik dan lembut

" Tapi kan diba dah janji mau mondok pas lulus smp" ucap Fatimah dengan lembut

" Tapi da diba takut, diba kan gak bisa masak nanti kalo diba kelaparan trus meningal gimana?" Fatimah pun terkekeh dengan kepolosan anak nya

" Mandiri nak, lagian di sana juga ada
yang masakin sayang" jelas Fatimah

Beberapa menit Adiba terdiam, raut wajah nya sangat serius seolah sedang mempertimbangkan masalah ini, tak ada yang membuka suara, mereka berdua terdiam

" Ya udah persoalan pesantren kamu pertimbangkan dulu" Fatimah membuka suara
" Makan dulu yu bunda dah masak masakan kesukaan kamu" ajaknya

Adiba mengangguk, mereka pu beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju ruang makan, Adiba pun duduk

"Bentar ya bunda pangil ayah dulu"
Adiba mengangguk
Saat ini Adiba sangat bimbang dengan keputusan ayah nya ia tidak mau masuk pesantren namun ini semua adalah permintaan ayah nya

Tak lama fatimah pun datang dengan amir ayah Adiba
Kemudian ia duduk di depan Adiba

" Adiba.. ini semua buat kebaikan kamu" ucap amir yang sedari tadi menyadari bahwa putri nya sedih

ia tau ini sangat berat bagi putri nya tapi ia pun tak mau anak nya kekurangan ilmu agama

" Sayang ayah cuman pengen kamu belajar mandiri nak, ayah juga pengen kamu jadi anak yang solehah, ayah pengen nanti kamu bisa bawa ayah dan bunda ke surga Allah" jelas amir

Adiba mendongak, ia menatap wajah ayah nya dengan sendu, air mata nya mengalir membasahi pipi Adiba
Adiba langsung menghapus air mata nya dengan cepat,

" Iya deh Adiba mau" suara Adiba terdengar bergetar karna menahan tangisan

Adiba bukan cengeng tapi ia paling tidak kuat saat orang tua nya berbicara tentang akhirat dari dulu Adiba takut membawa orang tua nya masuk ke neraka, tapi Adiba pun takut saat mendengar ia akan di masukan ke pesantren

Adiba tidak ingin jauh dari orang tua nya, karna dari kecil ia tidak pernah di tingal oleh orang tua nya terlalu lama, orang tua Adiba terlalu memanjakan nya karna Adiba adalah satu satu nya anak mereka

Amir dan Fatimah sangat senang mendengar jawaban Adiba

" Ya udah besok kamu langsung berangkat ya" ucap amir

Adiba melotot terkejut
" Kok cepet sih" ucap Adiba
" Iya kebetulan ayah punya temen yang punya pesantren jadi kita gak usah ribet ribet cari pesantren lagi" jelasnya

Jantung Adiba tiba tiba berdetak begitu kencang ia takut sangat takut tapi rasa takut itu ia pendam, karna ia lebih takut bila harus menyaksikan ayah nya sedih

Adiba mengangguk pelan
" Kalo dah makan kita beresin barang barang kamu ya"
" Iya bunda"

*******

keesokan harinya Adiba dengan keluarga nya pun pergi ke pesantren
Saat di perjalanan fikiran Adiba tercampur aduk

Dalam fikiran nya penuh dengan pertanyaan
"Di sana Diba punya temen g ya? "
" Ayah Ama bunda kenapa sih pengen banget Diba pesantren apa mereka gak sayang aku ya?"
" Di sana makanan nya enak ga ya?"
" Di sana ustadz dan ustadzah nya galak gak ya?"

Masih banyak lagi pertanyaan pertanyaan Adiba, tak lama setelah itu terlintas pertanyaan yang harus di tanyakan dari kemarin

" Ayah Diba mau pesantren di mana"
Sudah sangat terlambat dia bertanya

" Di tahfatul athfal di Purwakarta"
Jelas amir
Diba meng o kan mulut nya sambil mengangguk tanda dia faham

Diba agak cemas karena jarak nya terlalu jauh namun dia pun mulai tertarik dengan pesantren itu, dia penasaran bagai mana suasana di sana

•••••••••

Sudah tiga jam lebih mereka di dalam mobil dan akhir nya mereka pun sampai

Baru saja sampai mereka sudah di sambut oleh gerbang besi yang menjulang tinggi, tembok tembok yang mengelilingi pondok itu, Adiba menelan ludah nya kasar dia merasa seperti akan di penjara

Saat masuk ke halaman pondok Adiba merasa nyaman, di dalam sangat lah luas dan banyak pepohonan, ada juga beberapa bangunan yang seperti gubuk di sana

Adiba dan orang tua nya trus berjalan lurus menuju rumah pemilik pondok

Amir mengetuk pinta nya dan mengucap kan salam
"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab ali sang pemilik rumah

Kemudian pintu rumah itu terbuka dan menampil kan seorang lelaki paruh baya yang seumuran dengan ayah adiba, lelaki itu mengenakan baju Koko putih dan sarung putih di lengkapi dengan kopiah haji nya

Lelaki itu tersenyum lebar saat melihat kedatangan keluarga Adiba
" Ehh pak Amir gimana kabar nya pak" sapa lelaki itu

"Alhamdulillah baik"
" Alhamdulillah.. oh ya ayo masuk masuk" Ucap nya ramah

Saat di dalam mereka berbincang bincang ringan, Amir dan Ali duduk di ruang tengah dengan di iringi secangkir kopi hangat, sedangkan Fatimah dan Naila istri dari Ali sibuk memasak di dapur sambil mengobrol

Mereka sangat lah akrab karna dari dulu mereka bersahabat Amir dan Fatimah lah yang telah menjodohkan Naila dengan Ali

Diba merasa bosan dia pun menghampiri Fatimah
" Bunda aku main ya keliling keliling"
" Iya tapi jangan jauh jauh ya nanti nyasar" kekeh Fatimah

Adiba pun berjalan keluar dan berkeliling, di sana terlihat santri yang berlalu lalang

Saat keliling keliling Adiba melihat musholah dan dia pun berniat untuk duduk di sana namun belum sempat melangkah dia terdiam
Dia mendengar suara merdu di depan mushola itu,

Tampak ada seorang pria dengan mengenakan Koko hitam dan sarung hitam sedang melantunkan ayat suci Alquran, suara nya sangat lembut dan sangat nyaman di dengar

Saat sedang menikmati suara indah itu Adiba di buat kaget
Ada tangan yang menepuk pundak nya, saat menoleh ternyata itu adalah Fatimah

" Diba hayu ke sana kita makan dulu" ucap fatimah
" Ish bundaaa bikin jantungan aja"
"Emang kamu lagi apa sampe bunda datang kamu gak nyadar"
"Hehehe gak ada gak ada yu ke sana"
Adiba mendorong Fatimah agar cepat berjalan

Adiba tidak ingin bunda nya tau bahwa ia sedang melihat lelaki karna bila ketahuan dia akan di ledek habis habisan

Oke guys penasaran g nih Adiba bakalan betah apa engak 😂
Ikutin trus ya perjuangan Adiba di pondok nya

See you guys

seperjuangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang