anak ke dua ll

3 1 0
                                        

Pukul 15.10, semua santri putri pergi ke mushola untuk solat ashar berjamaah mereka berjalan dengan tertib tanpa terburu buru, mereka berjalan santai disertai suara azan yang begitu merdu

Siapa lagi kalo bukan Azam, hati Adiba begitu berdebar saat mendengarkan azan tersebut, mejanya agak memerah karna salting
"Diba kenapa? Kamu demam ya? Kok muka kamu merah sih" tanya syakila
Adiba menoleh ke arah syakila
"Ehh engak engak hehe gak papa ko"

"Kalo kamu sakit mending izin aja yah "
"Okey kila makasih dah khawatir"
"Hehe sama sama" ucap syakila riang
Syakila adalah orang yang periang ia memiliki sifat seperti anak kecil dan juga tingkah nya yang lucu

Saat sampai di mushola mereka pun berbaris dengan rapi dan bersiap untuk melaksanakan shalat sunah terlebih dahulu

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatu - assalamualaikum warahmatullahi wa barokatu"
Adiba telah selesai melaksanakan shalat sunah nya
Dan tak lama komat pun di kumandangkan

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Asyhadu allaa illaaha illallaah
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah
Hayya 'alashshalaah
Hayya 'alalfalaah
Qadqaamatish-shalaah Qadqaamatish-shalaah
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Laa ilaaha illallaah

Suara Azam yang melantunkan komat dengan lembut itu membuat siapapun yang mendengar kan akan salting bila belum terbiasa

"Allahuakbar" suara imam memulai Shalat

*Eh siapa itu kok suara nya asing ya tapi suara nya merdu kayak Azam bahkan mungkin ini lebih merdu* batin adiba

*Ah sudah lah mending shalat*
Adiba pun mulai sholat

Setelah selesai sholat mereka pun mulai berdzikir

"Eh eh siapa ya tadi yang imam" ucap Zahra berbisik pada Adiba

Adiba mengeleng
"Itu anak kedua umi" jawab Anisa yang mulai menimbrung gibahan mereka

"Ih serius wah enak ya suara nya" ucap syakila
"Pasti dia ganteng" ucap Zahra

Adiba yang berada di tengah tengah sahabat nya itu hanya bisa diam tak bersuara

"Shutttt" suara seseorang dari belakang
Saat mereka menoleh terlihat ustazah Jihan yang sudah melihat mereka berempat dengan tatapan sinis
Mereka pun langsung bergegas memperbaiki duduk nya dan pura pura berdzikir so khusu 

••••

Santrian dan santriwati menjalan kan aktifitas seperti biasanya, habis melaksanakan shalat ashar mereka pun mengaji, dengan kompak bereka berjalan ke kelas sambil membawa kitab mereka masing masing

Saat adiba melewati lorong ia pun berhenti terlebih dahulu di depan Mading untuk menempelkan daftar perlombaan lalu ia pun kembali berjalan

Saat berada di kelas Adiba pun duduk dan tak lama setelah itu pengajian pun di mulai

"Bismillahirrahmanirrahim..  warohma nul kuddus sulba isul muktadir Allahuma robbi srohli sodri wayassirli amri wahlul ukdatam milisani yafqohu qouli subhanakala ilmalana illa ma alamtana inaka antal alimul hakim" suara yang begitu familiar di telinga Adiba namun juga terasa agak asing

Adiba pun penasaran siapa yang ada di depan karna Adiba duduk di belakang, penglihatannya Pun tertutup oleh tirai

"Nis itu siapa sih yang baca kok suara nya bukan ustaz Hanif ya" tanya Adiba

"Anak kedua umi" jawab Anisa sambil sibuk menyoret kitab nya

Adiba hanya meng O kan mulut nya dan ia pun mulai fokus pada kitab yang sedang ia pengang tersebut

Cuaca sore ini sangat lah cerah dan berangin yang membuat tirai yang berada di tengah tengah ruangan itu pun sedikit terbawa angin Adiba yang beda di dekat tirai itu pun merasa risih dan mulai memukul tirai tersebut agar diam namun ya entah angin yang salah atau tirai itu yang salah

Tirai tersebut tak mau diam dan Adiba mulai rusuh karma risih

"Ehem itu yang mainin gorden bisa diem" ucap Noval

Adiba yang berasa tersindir pun terdiam dan malu karna semua tatapan santri putri mengarah ke wajah nya

Zalfa pun mulai sedikit menertawakan adiba

"Adiba, maju ke depan" ucap Noval

Adiba kaget bagai mana bisa Noval mengetahui nama nya
Dan ia pun ingat bahwa saat pertemuan di dalem, umi memangil nya dengan nama, wajar saja Noval mengetahui nama nya

"Saya tau itu kamu jadi cepat ke depan"

Adiba pun berdiri dan mematuhi perintah Noval ia menunduk kan kepala nya

"Orang pada ngaji kenapa kamu malah main main kamu gak serius ya ke sini"

"Angin ustadz" ucap Adiba dengan suara kecil
"Kamu saya hukum" Adiba pun mendongkak dan menunduk kembali

"Bacakan saya alfiyah 1000 bet"

Adiba pun kaget begitu juga dengan semua santri yang berada di ruangan itu

"T-tapi ustadz saya di sini baru setahun dan saya baru hafal 60 bet saja"

"Kalau begitu saya tunggu kamu hafalkan alfiyah tersebut dan nanti kamu setor ke saya"

"B-baik ustadz"
"Y sudah duduk kembali ke tempat mu dan jangan ribut lagi sama gorden"

Adiba pun mengangguk dan ia pun kembali ke tempat nya

Hai guys gimana nih kabar nya hehe dah lama nih gak update
Oh ya buat kalian yang bingung sama bangunan kelas di pondok ini jadi gini

Ada beberapa kelas jadi ada kelas 1 kelas 2 dan 3 trus setiap kelas nya itu lumayan besar dan ada tirai di tengah nya untuk perbatasan santri putri dan putra

Pintu masuk nya pun ada dua di depan dan di belakang, untuk di depan itu adalah pintu santri putri karna kawasan santri putri dan yang di belakang kawasan santri putra jadi kelas itu tuh perbatasan antara kawasan santri putri dan putra

Semoga faham ya tackyou Babay semua

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seperjuangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang