24. Berjalan Beriringan

390 62 9
                                    

1 Bulan Kemudian.

"Ini?"

Biru menggeleng, mengambil makanan ringan itu dari tangan Chanka dan meletakkannya di atas rak.

Dahi Chanka mengerut heran, tidak biasanya Biru menolak makanan - makanan yang ia tawarkan sedaritadi. Mungkin, sudah terhitung setengah jam mereka di minimarket dan Biru menolak semua makanan dan hanya mengambil air putih.

Yang lebih tinggi menghela napas, menaruh keranjang belanjaan yang belum berisi apa - apa dan mengembalikan minuman di tangan Biru ke lemari es. Kemudian menarik pelan si yang lebih pendek untuk keluar dari minimarket.

"Chanka marah?" Tanya Biru pelan. Chanka menggeleng dan menyuruh Biru untuk duduk, sedangkan dirinya berdiri di depan Biru dan mengusak rambut Biru berulang kali.

"Kamu diet, ya?"

Biru berkedip beberapa kali, kemudian menggeleng. Ciri khasnya jika sedang berbohong.

"Terus kenapa tadi pagi ngak sarapan? Tadi juga ngak makan siang dulu sebelum pergi," kata Chanka.

"Makan, kok!"

"Genta bilang ke aku, jangan bohong."

Biru menggerutu pelan, kakaknya itu memang cerewet sekali. Si manis mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu memberikannya pada Chanka, memperlihatkan gambar di ponselnya.

"Beratku naik empat kilo," katanya.

"Terus?" Balas Chanka.

"Ingat Semi ngak? Cewek yang pernah berantem sama aku dulu. Dia ngatain aku gendut kemarin," adunya. Bibir melengkung turun, sedangkan matanya berkaca - kaca.

"Terus?" Chanka dengan sabar mengelus rambut Biru berulang kali.

"Aku jelek." Gerakan tangan Chanka berhenti, memandang tidak suka pada Biru.

"Kenapa bilang begitu?"

"Karna gendut, aku jelek." Dan air mata itupun lolos, membasahi pipi yang memang semakin hari semakin chubby itu.

Chanka menangkup pipi Biru, menghapus air matanya dengan ibu jari. "Siapa yang bilang jelek? Cantik gini, kok," kata Chanka.

Biru semakin mencibik. "Bohong," katanya.

"Biru.. naik berat badan itu wajar dan ngak ada yang salah dengan itu. Kamu ngak jadi jelek cuman karna berat badan yang naik. Ngak usah dengerin orang, Biru mau gimanapun tetep cantik."

Biru melingkarkan kedua tangannya di perut Chanka, mendongak lucu. "Beneran?" Tanyanya tidak percaya.

"Hmm." Chanka mengangguk pelan dan kembali mengusak kepala si manis.

"Biru boleh, kok, diet. Kalau memang Biru mau dan bukan karena omongan orang - orang. Dan yang pasti jangan sampai ngak makan sama sekali, itu bukan diet namanya, tapi menyiksa diri Biru sendiri."

Bibirnya semakin mencebik ke depan, sedangkan mata sabitnya mulai kembali berlinang air mata, menangis tersedu - sedu.

Chanka bingung, apa lagi yang membuat pacar manisnya ini menangis.

"Chanka baik banget, Biru terharu."

Langsung terkekeh, Chanka menggeleng pelan dan menarik Biru untuk ia peluk dengan sayang.

Chanka bukan orang yang baik, pun selalu merasa tidak pantas untuk Biru. Namun, ia akan selalu berusaha menjadi sosok terbaik dirinya, hanya untuk Biru.


Aaa~

Chanka membuka mulutnya, menerima suapan dari Biru dengan senang hati. Kini, mereka duduk di gazebo pantai sembari menikmati makanan ringan. Mereka menghabiskan akhir pekan mereka untuk bermain di pantai, seperti biasa, tempat kesukaan Biru.

CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang