Kuro dan Shiro

153 26 6
                                    

---//---

"Siapa Rei-sama??"

Momo mendelik sesaat Touma berteriak di dekat telinganya. Dia merasa kepalanya berdenging.

Momo menjauh dari Touma sambil mengembuskan napas pendek. "Tentu saja aku tidak tahu," melihat Touma yang menampilkan ekspresi kecewa dan masih menuntut jawaban, Momo jadi kesal sendri. "Aku sungguh tidak tahu. Riku selalu berbicara tentang Rei-sama Rei-sama dan Rei-sama, tapi tidak pernah menceritakan detailnya. Dia hanya bilang Rei-sama itu dewa makanya dia memanggilnya begitu,"

"Dewa?" ulang keempat orang yang baru mendengar cerita tentang Rei. Momo dan Yuki mengangguk berbarengan.

---//---

Semuanya tidak berakhir dengan baik. Memang benar adanya kalau sesuatu yang terlalu mudah tidak akan berakhir baik.

Perlu ditekankan kalau itu bukan kesalahan dia atau adik laki-lakinya.

Paman penjaga yang selalu dia tanyai setiap hari tidak menganggap permintaan dua anak kecil adalah sesuatu yang penting.

Menyebalkan sekali bukan? Adiknya punya masalah tiap malam karena mimpi buruk dan membutuhkan boneka beruang besar miliknya untuk tidur dengan baik.

Kenapa orang dewasa tidak mau mengerti perasaan anak-anak? Apa karena masih kecil mereka bisa disepelekan begitu saja? Paman penjaga selalu mengatakan nanti saat semuanya sudah kembali aman beratus-ratus kali, tapi tidak pernah memperlihatkan usahanya untuk memenuhi permintaannya.

Payah sekali. Dia yakin para guardian pasti akan mengabulkan langsung, tapi sayang mereka sudah pergi untuk menyelamatkan keempat kerajaan.

Kesal karena tidak pernah ditanggapi dan selalu dilarang keluar pengungsian. Dirinya memutuskan untuk menjemput boneka beruang sendiri.

Yah, adik kecill yang manja memaksa ikut karena hanya dia yang tahu di mana boneka itu terjatuh.

Seperti yang dia katakan di awal.

Semuanya berjalan dengan baik.

Tidak ada yang memperhatikan saat mereka berdua menyelinap keluar pengungsian. Melewati penjaga dengan tenang dan rapi. Mendapat keberuntungan besar karena menemukan boneka yang mereka cari tak jauh dari pengungsian.

Semuanya harusnya berakhir mudah mereka tinggal kembali ke pengungsian tanpa ketahuan dan pastinya selamat.

Sayangnya sesuatu dalam hutan bergerak dan sekejap siluman sama yang pernah dia ihat berada di depan mereka. Gelap dengan mata merah yang tetap terlihat berkobar di bawah terik matahari.

Secara alami dia langsung menarik tangan mungil adiknya dan kabur sejauh-jauhnya dari monster itu. Berharap ribuan kali dalam hati kalau siluman yang memiliki bentuk seperti hewan kesukaan dia tidak menyadari mereka berdua.

Tidak mungkin. Padahal dia lebih tahu bagaimana kemampuan harimau sebagai hewan kesukaannya itu. Yah, meski itu siluman, tapi tetap saja harimau itu keren.

Dia menyukainya. Selalu terdengar kuat dan siap menerjang apa saja.

Bahkan harimau dalam versi guardian tidak kalah keren. Ironisnya dia yang sangat menyukai harimau kini dikejar dan terancam mati oleh hewan keren itu.

Bagian ini tidak keren sama sekali.

Sebagai kakak yang mana artinya dirinya paling tua di sini dia tidak bisa menunjukkan ekspresi ketakutan atau kecemasan di depan adiknya.

Tentu saja hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang. Dia tidak punya kekuatan untuk melawan sekaligus tidak punya keinginan untuk menyerah. Entahlah. Padahal dia yakin sedang dalam keadaan terpojok, tapi dia tidak ingin menunjukkan keputusasaan pada sang adik.

Another Story [VALIANT] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang