tw: bullying, violence
— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —
"Putri Pengadu".
Julukan yang melekat padaku begitu aku sukses membuat sekelompok kakak kelas dijatuhkan hukuman skors satu bulan karena pelanggaran yang mereka buat. Perlahan, namaku mulai naik di lingkungan sekolah, dalam tanda kutip bukan hal yang baik. Meskipun ada beberapa murid yang diam-diam setuju dengan tindakanku, kesan buruk dari julukan tersebut jauh lebih kuat dibandingkan semua dukungan positif terhadapku.
Ditambah, ada satu beban yang membuat orang lain semakin berpikir yang tidak-tidak soalku.
"Selamat pagi, (Name)."
Pemuda berambut ungu dengan sedikit garis biru di poninya itu, hari ini pun menyapaku dengan kasualnya sembari meletakkan tas dan duduk di sebelahku.
Ya. Orang ini adalah beban yang aku maksud.
— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —
"Hei, hei. Kalau ada yang wajahnya memang lumayan di kelas ini, yang pasti Kamishiro-san masuk kan?"
"Gak salah sih, walaupun jujur dia agak aneh."
"Eh, tapi bukannya dia sudah ada yang punya?"
Jika aku seekor kelinci, maka telingaku akan berdiri tegak untuk menguping gosip murahan dari kumpulan gadis sok hits di kelasku. Mataku melirik tajam ke arah mereka.
"Itu lho, si 'Putri Pengadu'. Saking sukanya, seberat apapun pelanggaran yang dibuat Kamishiro, anak itu tidak akan melaporkannya ke guru. Cinta mati!"
"Ohhh, hahaha tentu saja! Mana tega dia kalau ayangnya kena skors satu bulan juga?"
"Double standard gak sih, hihihi..."
Gigiku bergemeletuk mendengarnya. Seperti ceret air di atas kompor, aku merasa ada uap panas yang terasa bising keluar dari telingaku. Sebelum tanganku bersiap menggebrak meja, sebuah benda dingin menyentuh pipiku lembut. Aku nyaris melompat kaget dibuatnya.
"Biarkan saja." tukas Rui dengan senyum santainya. Pemuda itu memberikan susu kotak dingin kepadaku. Aku menatap pemuda itu malas sebelum menerima pemberiannya dan kembali duduk.
"Terima kasih." ucapku. Rui mengangguk, ikut mengambil duduk di kursinya.
"Padahal aku bisa saja melaporkan ke guru soal barang-barang aneh yang seenaknya kau bawa ke sekolah," Mataku mengerling ke arah benda yang dipegangnya, "Seperti drone itu."
"Yang satu ini request dari Tsukasa-kun. Karena aku ingin menunjukkannya secepat mungkin saat latihan nanti, jadi aku akan mencobanya disini."
"Ohhh, si Terompet Berjalan itu." balasku cuek, sementara aku bergerak merapikan kotak bekal milikku yang telah habis isinya.
"Fufu," Rui terkekeh senang, memandang ke arahku, "Apa kau ingin mencobanya, (Name)?"
— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —
Hembusan angin kencang di atap mengibarkan rambutku kesana-kemari. Mataku memicing, melihat drone hasil karya Rui tersebut berhasil terbang di langit.
"Sayang, jangkauannya tidak bisa lebih dari ini, tapi ini sudah sangat cukup." celetuk Rui. Pemuda itu menyodorkan remote yang dia pegang kepadaku. Aku terheran.
"Kau tidak khawatir aku akan menerbangkan benda ini ke jendela ruang guru atau menabrakannya ke dinding sekolah?" Aku melirik ke arahnya.
"Aku yang berteman denganmu sejak kecil ini mengetahuimu lebih dari siapapun, (Name)," balas Rui, "Dan aku yakin kau tidak akan melakukan kedua hal tersebut."
Aku terdiam. Tanganku bergerak mengambil remote tersebut. Ragu-ragu, aku menekan tombol pengendali dan membuat drone tersebut bergerak sesuai kendali remote di genggamanku.
Tanpa kusadari, sebuah senyum kecil terukir di wajahku.
Keseharian seperti inilah yang ingin aku jaga agar tidak rusak ataupun berubah seperti saat itu.
— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —
KAMU SEDANG MEMBACA
daily.
Fanfic"mungkin, kehidupan biasa seperti ini memanglah yang terbaik." kamishiro rui x reader project sekai © sega, colorful palette 【2022 || 12】