7. Summer A Like Lovers I

915 121 27
                                    

Xiao Zhan bangun dengan sedikit bingung. Pasalnya dia menemukan bagian depan tubuhnya berselimut jaket.

Cuek saja responsnya, Xiao Zhan bersegera bangkit mengemasi beberapa buku, tabung berisi kertas dan peralatan kuliah yang dia sengaja tinggal. Sesekali menguap, dia menyempatkan diri melirik arloji sekilas. Pukul tujuh pagi, bila tidak bergegas dia akan terlambat mengikuti jam pelajaran Huang Ziteng, dosen mata pelajaran gambar bentuk yang terkenal galak seantero universitas. Belum lagi, setelah ini dia harus ke apartemen dulu untuk membersihkan diri.

"Aku pergi dulu, Ibu."

Xiao Zhan tahu, sebentar lagi perawat akan datang mengurus ibunya, jadi tidak perlu khawatir. Sepanjang lorong mengambil langkah cepat, berharap bus muncul tak lama saat dia sampai di halte.

Mata Xiao Zhan menyipit ketika matahari pagi menerpa wajahnya. Tepat di depan rumah sakit, tungkainya seketika melambat. Xiao Zhan melupakan satu hal.

Dirinya sudah resign kuliah sejak seminggu yang lalu.

Ya ampun! Xiao Zhan menepuk kepala, bisa-bisanya lupa.

Tetap melanjutkan langkah ke halte bus yang tak jauh dari depan bangunan rumah sakit. Lelaki itu duduk di sana; pojokan kiri, di sampingnya terdapat poster iklan produk kecantikan dengan seorang perempuan cantik sebagai ambasador yang Xiao Zhan ketahui namanya. Dilireba.

Mengacuhkan poster tersebut, pantauan Xiao Zhan kembali pada lalu lalang kendaraan di depan mata. Xiao Zhan tidak sendirian, beberapa pelajar sekolah menengah juga sedang menunggu bus sambil bermain ponsel sesekali bercengkerama. Sebagian lainnya para pejalan kaki.

Bus datang tak lama, dan mereka bergiliran memasuki kotak besi tersebut. Xiao Zhan masih duduk di halte, menonton dengan termangu. Dia baru saja membatalkan rencana untuk pulang. Duduk diam jadi pilihan. Ketika bus berangkat, Xiao Zhan memilih memejamkan mata. Perasaan malas menguasai moodnya sejak bangun, dan Xiao Zhan tak kuasa melawan.

Takkan ada yang peduli jika dia tidur di halte ketika sebagai besar orang bergelut di jam kerja. Sekarang Xiao Zhan mengerti, mengapa Wang Yibo bisa tertidur di sembarang tempat.

Betapa nyamannya bersandar sambil memeluk ransel di pangkuan. Perlahan, kesendirian melelapkan Xiao Zhan.

Kira-kira lima belas menit berselang, bunyi mesin motor sport berhenti dekat halte. Moment Xiao Zhan merasa terusik tatkala mendekatnya tubuh tegap seseorang sampai menghalangi sinar matahari pagi yang menerpanya sedari tadi

Paras tampan lelaki berambut biru menyapa penglihatan Xiao Zhan. Dia berpikir eksistensi Wang Yibo hanyalah ilusi semata—efek terlampau sering memikirkan lelaki itu.

Namun seusai bibir tanpa senyum itu menyebut namanya, Xiao Zhan percaya bahwa Wang Yibo bukan bagian dari khayalannya.

"Jangan terus berdiri di situ, sana pergi kuliah! Kau menghalangi matahari pagiku saja." kali ini Xiao Zhan agak ketus.

Iri menjadi penyebabnya. Setiap orang pasti punya rasa iri terhadap orang lain, tergantung setiap individu masing-masing.

Xiao Zhan iri kepada Wang Yibo yang bisa berkuliah sampai sekarang. Tidak seperti dirinya yang terpaksa harus berhenti karena kondisi ekonomi.

Wang Yibo menyingkir, tetapi tidak pergi. Duduk di samping kanan Xiao Zhan yang dilakukannya. Dan Xiao Zhan kembali memejamkan mata.

"Kudengar dari Ji Li, kau resign kuliah satu semester." Wang Yibo memulai percakapan.

Agak sekian menit, baru dibalas Xiao Zhan. "Ya. Dan tak tahu apakah akan melanjutkan lagi." Dia membuka mata tanpa menatap Wang Yibo. "Kau tidak berangkat? Nanti terlambat. Huang Ziteng akan Memarahimu."

LET ME HEAR YOUR VOICE [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang