Hallo semua nya gais! Mohon maaf atas ketidaknyamanannya...
dikarenakan diri ini baru saja menyelesaikan skripsi cerita ini sempat terbengkalai cukup lama, sampai pada akhirnya hari ini saya putuskan untuk kembali menyelesaikan drama kehidupan Ara yang tidak kunjung selesai.
Semoga semua nya bisa terhibur kembali dengan kelanjutan kisah Ara yang sudah sangat rumit dan hampir diselesaikan oleh sang penulis.
Happy reading! (:
****
Sudah hamper 2 hari Ara menghilang dan tidak ada satupun yang mengetahui dimana Ara sekarang. Bahkan seluruh teman-teman di organisasi nya pun tidak ada yang mengetahui keberadaan Ara saat ini.
"Gimana nih, kegiatan bahkan besok udah mau dimulai sedangkan Ara aja gak ada sekarang..." Ujar salah satu satgas yang kini sudah memasang tampang yang sangat kesal. Nathan sebagai Ketua Satgas pun kebingungan sendiri dengan keberadaan Ara saat ini.
"Nat? Gimana lu yang putusin, BPH lu ilang nih..." Sambung sekretaris yang sedang duduk disamping Nathan.
Merasa terdesak dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi, wajah Nathan pun terlihat amat sangat kesal. Wajahnya memerah, sebelah tangannya terlihat mengepal menggenggam erat ponsel hitam di tangannya.
"Permisi... sorry gue bikin lu semua stress..." Suara itu. Suara khas yang sangat Nathan hafal.
"ARA?! LU DARIMANA AJA SIH ANJIR?!!" Adit menghampiri Ara yang tengah berdiri didepan pintu ruangan mereka.
"Gue butuh waktu aja, ada yang gue urusin 2 hari kemarin..." Suara nya terdengar sedikit parau, senyum nya tipis, bahkan terlihat kantung mata nya pun sangat tebal.
"Gapapa... but next time jangan ilang kayak gini ya..." Adit merangkul Ara dan mengajaknya untuk duduk bersebelahan. Mata Nathan tidak lepas memandang Ara yang kini duduk tepat dihadapannya.
"Keknya berhubung Ara udah disini, mending kita mulai rapatnya daripada keburu malem yakan?" Semuanya mengangguk setuju dan rapat pun Kembali dimulai.
Selama rapat berlangsung Ara hanya memperhatikan papan tulis yang ada di hadapannya. Tatapannya kosong, tidak seperti biasanya. Nathan yg duduk disampingnya pun semakin merasa greget dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Waktu pun berlalu, rapat akhirnya selesai. Yang lain langsung pergi begitu saja. Ara masih terduduk ditempatnya. Matanya masih menatap papan tulis kosong yang berada dihadapannya.
"Lu darimana aja?" Nathan membuka pembicaraan. Duduknya kini sudah menyamping sembari memperhatikan Ara yang tengah menatap papan tulis.
"Healing hahahhaa...." Tawa Ara terdengar begitu menyedihkan malam itu. Nathan masih memperhatikan Ara yang kini tengah menatapnya balik.
"Enough... keknya cukup deh kita kayak gini. Gak jelas tau wkwk... dan gue udah capek sama omongan orang-orang yang makin gajelas tentang gue, Nath." Matanya masih menatap manik milik Nathan.
"Kayak gue juga tau, posisi gue selama ini juga kayak tempat lu buat berlabuh doang. Bukan menetap." Ara tersenyum. Kali ini senyumnya lah yang terlihat sangat menyakitkan. Nathan menatap dalam tatapan itu.
"Kita jalanin semuanya kayak sewajarnya aja. Tanpa ada perasaan apapun. Dan omongan lu waktu itu, anggap aja itu lu lagi mabok."
"Dan satu hal lagi, gue ini adik tingkat lu... ya meskipun secara Angkatan kita satu Angkatan. Cuma gue mau memperlakukan lu layaknya abang tingkat di fakultas gue, yang gue hormati dan sayangi..." Mata Ara memerah saat itu juga. Senyum nya terlihat terpaksa. Air mata sudah menggenang dipelupuk mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
S I N G G A H (Hiatus)
Romanceaku pernah berfikir bahwa kamu akan menetap bersama ku. tapi nyata nya, kamu sama seperti perahu yang sedang berlayar, berlabuh sesaat. kemudian pergi kembali mencari pelabuhan akhirmu.