Sejak tadi siang hujan terus mengguyur kota Bandung. Memang tidak terlalu deras, tapi cukup bisa membuat siapapun basah kuyup jika terlalu lama berada dibawahnya. Cuaca mendung menambah kesan sendu untuk kota yang kembang ini.
Adriana saat menyukai hujan. Aroma alami hujan yang selalu menjadi favoritnya. Tangan nya sedikit terangkat merasakan turunnya hujan yang sedikit demi sedikit berkurang dari sebelumnya.
"Nggak masuk, sayang?" Suara bariton itu terdengar lembut di telinga Ara. Detik berikutnya terdengar Ara menertawakan si empunya suara.
"Sayang? Pala lu peyang..." Melihat Ara yang masih menertawakan Adit si empunya suara bariton itu memilih untuk ikut tertawa bersama.
"Masuk, malah maen air hujan..." Kini tangan Adit ikut terangkat merasakan air hujan yang masih turun sedikit.
Adriana menggeleng. Diri nya memilih kembali untuk memperhatikan jalanan Bandung yang semakin ramai dan padat. Senyum nya mengembang ketika melihat sepasang kekasih tengah melewati rintiknya hujan sembari membawa boneka teddy bear yang amat sangat besar.
"Gua masuk deh kalo kayak gitu ke bis." Adit mengusak rambut Ara perlahan. "Pake tutup kepala lo." Adit memasangkan asal penutup kepala jaket milik Ara dan berlalu meninggalkannya sendiri di luar.
Ara memperhatikan sekilas Adit yang sudah masuk kedalam bis. Pandangannya kembali beralih, melihat langit yang masih saja mendung.
"Payung lu mana, Ra?" Kali ini suara bass yang lain terdengar di pendengaran Ara. Kepala nya menoleh, melihat siapa selanjutnya.
Ara terkekeh melihat Yosua yang sedang berdiri memegang sebuah es teh didalam plastik sembari menggunakan payung orange milik Ara.
"Itu. Payung nya ada disitu." Tunjuk Ara kearah payung yang digunakan oleh Yosua. Wajah Yosua terkejut mendengar nya.
"Ini payung lu??" Ara mengangguk masih dengan tawa nya. Kini Yosua terlihat malu. Tanpa pikir panjang Yosua pun membagi payungnya.
"Kenapa gak masuk, Yos? Bukannya tadi gue liat lu udah hampir naik ya?"
Yosua terdiam sejenak. Manik mata nya terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari Ara.
"Ah itu, kagak ah.. gua gak suka bau bis kalo diem." Bohong Yosua sembari tertawa hambar. Ara hanya menganggukkan kepalanya sembari berdiri dari tempatnya duduk.
"Mau kemana?"
"Ke dalem, mau minum.. Kenapa??" Yosua reflek langsung berdiri dan mensejajarkan dirinya dengan Ara.
"Ini, minum punya gua." Yosua menyodorkan es teh miliknya yang sisa sedikit. Ara menggeleng sembari tertawa melihat wajah Yosua.
"Gue minum air putih aja, Yos." Yosua menggeleng dan menahan Ara agar tidak masuk kedalam bis. "Ini aja, gua gak rabies kok."
Lagi-lagi Ara menggeleng sembari tertawa. "Iya gue tau. Ntar kalo gue minum bekas lu, gue jadi nurut sama lu. ogah."
"Ya gak apa-apa. Itu lebih baik." Celetuk Yosua. Mata hitam nya kini tengah memandang mata milik Ara. Tatapan nya yang teduh membuat Ara terdiam beberapa saat.
"Apaan sih, aneh deh lo. Udah ah gue masuk bentar, abis itu gue mau ke alun-alun." Melihat Ara yang langsung masuk ke bus, Yosua pun langsung mengikuti nya dari belakang.
Terdengar didalam bis suara riuh memenuhi seisi nya. Gelak tawa terdengar begitu jelas di pendengaran Ara. Senyumnya terukir ketika mendengar suara Nathan sedang tertawa bersama dengan yang lainnya.
"Ayo Nath, buru minum." Terdengar seseorang memerintah Nathan untuk meminum, entah apa yang tengah mereka lakukan. Membuat Ara semakin penasaran.
"Ah elah, udah kalian aja dulu. Gua nyusul." Tolak Nathan sembari melihat kondisi pintu masuk bis.
KAMU SEDANG MEMBACA
S I N G G A H (Hiatus)
Romanceaku pernah berfikir bahwa kamu akan menetap bersama ku. tapi nyata nya, kamu sama seperti perahu yang sedang berlayar, berlabuh sesaat. kemudian pergi kembali mencari pelabuhan akhirmu.