14

17 3 2
                                    

Libur telah usai. Ara sudah kembali ke tempat dia berkuliah. Begitu juga dengan Nathan. Dia sudah berada di kota yg sama kembali menjalankan aktivitas nya menjadi seorang mahasiswa dan juga aktifis kampus.

"Woy Ra, lu kok kurusan?" Yosua yg entah tiba-tiba datang darimana tau-tau sudah berdiri tepat dihadapan Ara.

"Lah? Kapan dateng nya Yos?" Yang ditanya hanya nyengir. Senyum khas Yosua yg membuat siapapun bisa jatuh hati dengannya.

"Lu abis liburan sama Nathan bukan?" Sebelah alis Yosua terangkat. Ara terdiam sejenak memperhatikan wajah itu.

"Yos? Lu udh di kampus? Gua nyariin..." Suara itu, suara yg sangat tidak asing di telinga Ara.

"Nathan..." Guman Ara pelan, Yosua menoleh tertawa tanpa arti. Nathan memperhatikan Yosua.

"Oh iya boy, gimana persiapan jadi ketua?" Yosua menepuk pundak Nathan sembari terkekeh pelan.

"Lu aja, gua gak kayaknya." Nathan tersenyum sembari melihat kearah Ara. Memastikan Ara tetap berada ditempatnya.

"Lah? Kan lu calon tunggal. Kak Abigael bukan nya pengen lu yg naik?" Ara memperhatikan wajah Yosua.

"Kenapa gak naik berdua aja?" Ara menaikan alis nya sebelah.

"Kalian cocok kok. Kagak salah lagi." Mata Ara bergantian memperhatikan 2 lelaki yg ada dihadapannya.

"Nathan lebih pantes. Gua nggak, Ra..." Tawa aneh itu kembali terdengar di pendengaran Ara.

"Lu lanjut kan?" Yosua melemparkan pertanyaan itu kepada Ara.

"Entah hehehe..." Cengiran bodoh Ara terlihat begitu jelas dikedua manusia itu.

"Udh pasti dia lanjut." Jawab Nathan sambil merangkul Ara dihadapan Yosua yang kemudian dibalas dengan sebuah tawa dari Yosua.

"Ah udahlah, kelas aja mending..." Yosua menarik tas Nathan dan mengajaknya meninggalkan Ara sendiri di ruangan itu. Ara hanya terkekeh melihat kedua manusia itu.

******

Hujan tiba-tiba saja turun. Ara sedang berteduh di tempat biasa nya. Di gedung tua yg selalu membawa nya untuk kembali berkunjung. Dilihatnya sebuah ruangan sederhana itu. Ramai. Rupanya banyak yg sedang berteduh.

"WOY RAAAA!!!" Suara Nathan memenuhi jelas seisi ruangan itu. Semua orang yg tengah berada didalamnya pun langsung memarahi Nathan.

"Masuk Ra..." Yosua yg tengah duduk di samping pintu dengan gitar di tangannya. Ara terdiam sejenak. Memperhatikan gitar yg tengah Yosua peluk.

"Nyanyi dong, gua suka suara lo." Jujur Ara. Wajah Yosua cengo. Memperhatikan Ara yg tengah berdiri sambil tersenyum dihadapannya.

"Apa aja. Yang penting gue denger suara lo." Ara menyentuh gitar yg masih dipeluk oleh Yosua.

Sesaat setelah itu, Yosua memainkan permainan gitar nya. Jari nya dengan lincah memetik setiap senar yang ada. Ara tersenyum melihat permainan indah yg dimainkan oleh Yosua.

"Baby, take my hand, I want you to be my husband" Ara menahan petikan gitar Yosua.

"Kenapa Ra?" Yosua terdiam, bingung dengan apa yg sedang Ara lakukan.

"Gue kan cewek, masa lo jd husband gue? Harusnya ya lo lah yg jd husband gue.." Yosua tertawa mendengar bualan Ara.

"Belajar dari mana lu ngegombal kek gitu??" Nathan diam-diam memperhatikan Ara dan Yosua yg asik bercengkrama di depan pintu.

" Yeh kepo mulu dia mah..." Tawa Yosua terdengar kembali, disusul dengan Ara yg menggelengkan kepalanya.

"Lanjut lagi dong nyanyi nya, Yos..." Ara menyimpan tangannya di pundak Yosua. Mata Nathan membulat. Ara tau bahwa Nathan memperhatikan nya terus. Tapi itu sengaja Ara lakukan.

S I N G G A H (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang