Dimitri berjalan menyusuri wilayah pemakaman itu. Sesekali dipandangnya bunga mawar merah yang dibawanya. Ia kemudian menghentikan langkahnya didepan sebuah makam. Diletakannya bunga mawar itu didekat batu nisan.
"Aku akan menikah dengan gadis itu" dimitri kemudian memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celananya. "Kuharap kau akan bahagia dengan ini semua" ujarnya sambil menatap batu nisan itu dengan wajah tanpa ekspresi.
¤¤¤¤¤¤¤
Aleena menatap nanar tumpukan undangan yang ada dimeja.
Satu tumpuk.. dua tumpuk.. tiga tumpuk.. tumpukan berikutnya dan berikutnya lagi.. lagi.. lagi.. dan lagi.
"Arghhhhhh mamaaa ini mama mau gelar acara nikahan atau mau pecahin rekor muri untuk undangan terbanyak sih ?!!" Omel aleena.
Mama aleena memandang sebal pada aleena. "Kamu itu anak satu-satunya mama, jadi tentu saja mama mau yang super luar biasa untuk kamu"
Aleena berdecak. "Ish mama berlebihan banget sih, dim.. kamu kasih pendapat dong jangan diam aja dari tadi" ujar aleena sambil mengalihkan pandangannya pada dimitri.
Dimitri hanya diam sambil memandangi seluruh kartu undangan itu.
"Apakah semua undangannya harus berwarna merah aleena ?" Tanya dimitri.
Aleena mengerutkan dahinya. "Memang kenapa, lo gak suka"
Dimitri menggeleng dan kemudian tersenyum. "Aku suka kok"
Aleena merasa ada sedikit keanehan pada dimitri. Sejak datang dimitri hanya terus diam. Ia hanya menjawab apabila ditanya dan selebihnya hanya keheningan yang ada pada dirinya.
Mama aleena mendadak berdiri. "Aleena.. mama pulang dulu ya masih ada hal yang harus mama urus" ujar mama aleena sambil berjalan pergi.
"Hati-hati dijalan ma" teriak aleena tanpa bangun dari duduknya.
Dimitri tak bergeming. Ia masih diam sambil menatap undangan yang sejak tadi dipegangnya. Aleena yakin benar kalau pikiran dimitri saat ini sedang tak berada ditempatnya. Ia lantas menyambar undangan itu hingga membuat dimitri kaget.
"Ada apa aleena ?" Tanya dimitri bingung.
Aleena bangun dan duduk disebelah dimitri. "Justru gue yang harusnya tanya, lo kenapa ? Gue perhatiin dari tadi lo cuma diem"
Dimitri lagi-lagi hanya tersenyum. Ia lantas mendekatkan wajahnya kepada aleena. "Jadi kamu terus memperhatikanku ya ?" Tanyanya menggoda. Dimitri kembali memajukan wajahnya dan hendak mencium aleena.
"Apa lo merasa menyesal dengan pernikahan ini ?" Tanya aleena tiba-tiba.
Dimitri terdiam. Ia lalu memundurkan wajahnya dan tertunduk sejenak.
"Kenapa kamu bertanya begitu ?" Tanya dimitri masih tertunduk.
Aleena mendadak merasa dihantam batu. Pertanyaan yang baru saja dilontarkannya spontan keluar dari mulutnya. Ia sendiri sesungguhnya tidak pernah terpikir apa ia merasa senang atau menyesali pernikahan ini.
"Apa kita saling mencintai ?" Tanya aleena tiba-tiba.
Dimitri terhenyak. Ia menatap aleena. "Apa maksudmu bertanya begitu ?"
Aleena menatap dimitri. "Apa lo cinta sama gue ? Gak kan.. lebih baik kita batalkan pernikahan ini !" Ujar aleena. Ada keragu-raguan dalam diri aleena ketika mengatakan itu.
Dimitri bangkit dan menunduk menatap aleena. "Pertanyaanmu benar-benar konyol aleena" ujar dimitri. Ia kemudian mengambil jasnya. "Seberapapun usahamu untuk menggagalkan pernikahan ini kupastikan semuanya akan berakhir sia-sia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Shoes (Re-Write Processed)
RomanceKarena sebuah insiden yang konyol aleena terpaksa menikah dengan dimitri atas perintah ibunya. Akankah pernikahan mereka berjalan mulus mengingat sifat aleena yang cuek dan keras bak batu karang serta dimitri yang perfectionist laksana air yang tena...