Aleena dan delaney terus menunggu dengan cemas didepan ruang unit gawat darurat. Tak seperti aleena, delaney yang justru terlihat amat tidak tenang. Ia terus berjalan mondar mandir tanpa henti. Lelah melihat tingkah bosnya itu aleena akhirnya memutuskan untuk menghampirinya.
"Tenanglah del.. aku yakin dimitri tidak akan apa-apa" ujarnya berusaha menenangkan.
Delaney menatap aleena heran. "Apa kau tidak melihat seberapa banyak darah yang keluar dari kepalanya leen ?!"
"Iya del aku paham kekhawatiranmu tetapi dengan kamu mondar mandir seperti ini tidak akan merubah apapun" nasihat aleena.
Delaney menatap lekat pada aleena. "Dimitri adalah orang yang amat penting bagiku leen dan aku malah heran kenapa kamu yang notabennya adalah calon istrinya sendiri malah terlihat sangat tenang ?!"
Aleena terdiam. Ia bukannya tidak cemas hanya saja sosok del ini begitu mirip dengan om dimasa lalunya dan ketika ia menyentuh wajah del tadi sepertinya keyakinannya bertambah besar lagi.
Aleena kembali menatap del. "Apakah aku boleh menyentuh wajahmu.. sebentar saja" pinta aleena.
Del terkejut. "Apa ? Tapi untuk apa leen" del mengerutkan dahinya.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu" jawab aleena yakin.
Delaney tampak berpikir sejenak. "Baiklah.. kau boleh menyentuh wajahku"
Aleena tersenyum. Ia kemudian menjulurkan tangannya kewajah del dan kemudian menutup matanya perlahan. Dengan perlahan disentuhnya wajah del.
Deg
Jantung aleena mendadak berdebar kencang.
Jadi.. delaney adalah.. rasa penasaran aleena akhirnya terjawab sudah. Sipemberi sepatu merah itu adalah delaney. Ia yakin benar kalau om itu adalah delaney. Meskipun saat ini wajahnya tidak sehalus wajahnya yang dulu tetapi aleena meyakini bahwa del adalah orangnya. Om yang selalu mengunjunginya ketika ia dirumah sakit dahulu.
Pintu ruang unit gawat darurat terbuka. Sosok dimitri akhirnya didorong keluar menuju kamar inapnya. Aleena dan delaney langsung mengejarnya.
¤¤¤¤¤¤¤
"Bagaimana kondisinya del ?" Tanya aleena ketika melihat delaney memasuki ruangan.
"Syukurlah kondisinya tidak terlalu parah" jawab delaney, ia kemudian duduk diseberang aleena hingga membuat mata aleena dengan leluasa menatap wajah tampan itu.
"Apa kamu tidak menghubungi keluarga dimitri ?" Tanya aleena.
Delaney terkejut. "Apakah dimitri tidak pernah menceritakan tentang dirinya padamu leen ? Kalian sebentar lagi akan menikah"
Aleena menggeleng. "Dimitri tidak pernah menceritakan apapun padaku tentang dirinya"
"Kalau begitu kenapa tidak kau tanyakan padanya" tanya del kesal.
Aleena tersentak. Ia tidak pernah terpikir untuk bertanya sejauh itu pada dimitri. Berada didekat dimitri saja dirinya sering mendadak menjadi batu.
Delaney menghela napas kasar. "Dimitri itu yatim piatu leen.. sejak kecil dialah yang merawat dirinya sendiri"
Aleena terbelalak. "Apa ?! Tapi.. saat itu dim pernah bilang kalau orang tuanya sedang berada diluar negeri"
Delaney tersenyum miring. "Mereka bukan orang tua kandungnya, mereka hanya pengasuh dimitri yang beruntung karena telah dianggap orang tua oleh dim"
Aleena menutup mulutnya kaget. Jadi.. karena itu sikap dimitri terkadang menjadi dingin dan ia tidak banyak bicara.. mungkinkah karena sejak kecil ia tidak memiliki orang yang dekat dengannya. Hati aleena mendadak pilu. Ia tidak bisa membayangkan bila ia ada diposisi dimitri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Shoes (Re-Write Processed)
Roman d'amourKarena sebuah insiden yang konyol aleena terpaksa menikah dengan dimitri atas perintah ibunya. Akankah pernikahan mereka berjalan mulus mengingat sifat aleena yang cuek dan keras bak batu karang serta dimitri yang perfectionist laksana air yang tena...