1 - HIM

9 4 0
                                    

1| Him


______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________

Di sinilah Jingga sekarang, Java Cafe. Seperti yang dijanjikan bahwa Jingga ingin menemui orang baik yang sudah menemukan dompetnya dan menyimpannya.

Pandangan Jingga terus-menerus melihat ke arah pintu masuk, memperhatikan setiap orang yang berlalu-lalang keluar dan masuk. Menunggu seseorang yang harus dia temui.

Tetapi sampai saat ini, orang itu belum juga muncul. Sudah lewat 30 menit dari waktu yang mereka janjikan. Ia bergumam di dalam hati, mungkinkah dia tidak jadi datang?

Baiklah, akan Jingga tunggu hingga 10 menit lagi. Jika dia tidak datang maka ia akan pergi. Masa bodoh dengan dompetnya itu, pasalnya di dalam dompet itu hanya terdapat beberapa uang pecahan dan beberapa struk belanja. Hanya itu saja. Syukurlah ia terbiasa memisahkan semua kartu punyanya dengan dompet yang berbeda. Sehingga kartu ATM dan kartu identitas lainnya masih ada di dalam tasnya.

tring!

Bunyi bel pintu berdering, menandakan seseorang masuk ke dalam Cafe. Yang pertama Jingga lihat adalah seorang laki-laki yang ia perkirakan usianya di atas dirinya. Memakai kaos putih polos dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam ditambah jeans yang membaluti kaki panjangnya. Lalu, sneakers berwarna putih. Casual.

Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, seperti mencari seseorang yang akan di temui. Jingga ragu, apakah dia adalah Kala?

Dengan nekat ia pun memberanikan diri melambaikan tangan kearahnya. Bodohnya dirinya, ketika otak dan tubuh tidak sinkron beginilah jadinya. Di dalam benaknya, ia terus bertanya-tanya, bagaimana jika dia bukan orangnya? kalau sampai salah orang bagaimana? Ya Tuhan, mau taruh di mana mukanya ini?

Lelaki itu sepertinya melihat lambaian tangan Jingga, dengan segera dia berjalan kerahnya. Jingga perhatikan sepertinya dia juga ragu apakah ia orangnya, terbukti dengan langkahnya yang pelan serta raut wajahnya yang bingung.

"Mbak Jingga?" tanya nya sambil duduk di hadapan Jingga.

"Iya saya Jingga, Mas Kala?"

Kesan pertama setelah melihat dirinya adalah, tampan dan matang. Ia perkirakan sepertinya dia bekerja sebagai CEO atau Direktur mungkin? aura nya itu loh, mahal.

"Benar, maaf Mbak Jingga saya terlambat. Tadi ada kendala saat diperjalanan, ban mobil saya bocor saat menuju kesini. Saya harus menunggu montir dulu, jadi tidak bisa langsung kesini. Sekali lagi maaf membuat Mbak Jingga menunggu." Kala meminta maaf kepada Jingga. Terlihat dirinya merasa sangat menyesal karena terlambat. Raut wajahnya seakan-akan mengatakan, tolong dimaafkan mbak.

Wajar bukan? dia terlambat 30 menit, setengah jam. Siapa yang tidak jengkel di buat menunggu sampai setengah jam tanpa kepastian. Untung Jingga orangnya sabar, jika tidak lewat 1 menit pun akan Ia tinggal pergi. Jingga sendiri sangat tidak mentolerir keterlambatan dengan alasan apapun.

APA YANG KURANG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang