5 - FESTIVAL

1 0 0
                                    

"Saya mau izin sama ayah Anda dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya mau izin sama ayah Anda dulu. Sekalian bawa mahar gas ke pelaminan."

***

Selepas mereka hunting kuliner di festival malam ini, Jingga malu menyebut kata 'mereka'. Sebab, hanya dirinya yang membeli ini itu tanpa kira-kira. Semua makanan yang menarik di matanya langsung ia beli. Kala hanya mengikuti dengan diam sesekali Jingga menanyakan pendapat yang selalu dibalas dengan 'terserah Mbak Jingga aja'.

Rasanya ingin memborong semua makanan disini. Sayang, perutnya sudah tidak kuat lagi. Ia bahkan sudah seperti ibu hamil lima bulan, buncit. Tapi tak apa, karena semua makanan yang ia beli disini dibayar oleh Kala. Awalnya, Jingga sempat menolak tidak enak. Mereka baru bertemu dan ini adalah pertemuan kedua mereka jadi tidak etis saja, lagian mereka juga tidak punya hubungan khusus. Jingga sendiri paling anti punya hutang dengan seseorang.

Argumentasi mereka berakhir di menangkan oleh Kala. Kala bilang dirinya harus gentle karena dari awal dialah yang mengajak Jingga untuk melakukan pertemuan. Ibaratnya rutenya seperti ini,

Mereka keliling - Jingga beli sesuatu - Kala yang bayar - Jingga yang makan.

Kala sudah seperti anak itik yang mengikuti induknya. Ngangguk-ngangguk saja kalau ditanya.

"Makin malam makin ramai." ucap Jingga. Bola matanya bergerak lincah kesana-kemari memerhatikan suasana meriah festival malam ini yang makin malam malah makin ramai.

"Sedikit lagi puncak acaranya, mungkin banyak yang mau lihat puncak acaranya aja." jawab Kala.

"Biasanya yang banyak kesini anak muda-mudi lagi ngedate. Tuh! Tuh! Lihat! Gandengan semua." Jingga berujar sambil menunjuk satu persatu orang yang di tangkap oleh Indra matanya sedang bergandengan.

"Mbak Jingga lagi ngode?"

"Hah?!"

Gimana-gimana Jingga ga konek.

"Kali aja lagi ngode mau digandeng." ucap Kala. Matanya terus menatap kearah Jingga di sertai senyum jahil khas miliknya.

Senyum jahil khas milik Kala adalah salah satu senyum yang kalau dilihat sekilas akan bikin jengkel, tapi kalau dilihat lebih lama malah makin candu.

Jingga suka itu.

"Ngode? Enggak kok saya kan lagi ngomongin anak zaman now sekarang. Kalau Mas mau gandeng saya mah hayuk aja. Tangan saya nganggur nih." Jingga melirik tangannya sekilas, sama seperti Kala dirinya kerap menambahkan senyum jahil miliknya dengan satu wink sebelah matanya di bagian kanan.

Memangnya Kala doang yang bisa, Jingga juga sudah pro!

"Sini saya gandeng, setelah ini saya mau izin sama ayah Anda dulu. Sekalian bawa mahar gas ke pelaminan." ucap Kala.

Tangan Kala bergerak menarik tangan bagian kanan Jingga. Menariknya dengan lembut seolah-olah itu adalah benda rapuh. Lalu mengelus nya dengan perlahan dan menggenggam nya dengan erat, sangat erat tapi tidak menyakiti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

APA YANG KURANG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang