Glimpse ; 6

102 15 0
                                    

-Glimpse of us
🦋🦊.

OI 6 NYA KETINGGALAN, HEHE MAAF AKU BINGUNG BANGET TADI UP DISEKOLAH. BACA ULANG DARI SINI YAA, MAAF MAAF.


Haruto kini mondar-mandir didepan ruangan Osis. Mereka sedang melakukan rapat untuk acara LDKS yang akan dilakukan seminggu lagi.

Ternyata banyak siswa dan siswi yang mencalonkan dirinya sebagai anggota Osis.

Anak-anak lain sudah pulang duluan sehabis diwawancarai tadi. Haruto? dia nunggu Yedam keluar.

Pasalnya sejak 2 hari yang lalu Yedam terus mendiamkannya. Tidak, ini bukan Yedam. Yedam selalu tertawa kok, bahkan kalian ingat dua hari yang lalu siswi yang merecoki Haruto dan Yedam? Ah itu saja Yedam masih bisa tertawa.

'Gue ada salah?.' gumam Haruto tiap mendekati Yedam.

Cklekkk

Yedam membuka pintu ruangan osisnya. Menampilkan Haruto yang berdiri dengan gelisah, Yedam melewati Haruto yang memandangnya lekat itu.

"Kak kenapa nyuekin Ruto sih?."

Yedam diam, ia juga masih membawa buku catatan ditangannya.

"Kak?."

"Ruto ish, pulang sana."

Haruto menggeleng. "Enggak sebelum kakak jawab Ruto."

Yedam menghentikan langkahnya membuat Haruto juga diam lalu memandang Yedam dengan raut penuh tanda tanya.

"Ga ada apa apa."

Tentu saja Haruto belum puas dengan jawaban Yedam, ia menarik pelan pergelangan tangan Yedam. Kemudian membawanya beranjak ke lantai satu.

Yedam awalnya memberontak, hingga akhirnya dia pasrah. Lagian dia gak salah kok.

Haruto membawanya ketempat parkir, suasana parkir sekolah juga sudah sepi. Tinggal beberapa motor saja yang terlihat.

"Kakak kenapa diemin aku?." Yedam menatap kearah gedung sekolah, ia tidak mau menatap wajah Haruto yang setia memandangnya.

Haruto menepuk pelan pipi kakak kelasnya itu. "Kak." panggilnya sekali lagi.

Yedam menoleh kearah Haruto. Matanya berkaca kaca, air matanya sengaja tak ia keluarkan dengan cara mendongak. Lagi pula menatap Haruto pun perlu mendongak.

Mengerti akan itu, Haruto memeluk Yedam. Mengusap pelan kepala belakangnya dengan penuh sayang.

Yedam menangis terisak. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Haruto. Yedam memang sangat sensitif pada perkataan orang-orang.

Mungkin sudah 7 menit Yedam menangis. Setelah dipastikan sudah tidak ada suara, Haruto menarik pelan kepala Yedam. Ia tersenyum pada Yedam, matanya sembab, hidungnga juga memerah.

"Udah lega kan? coba cerita."

Yedam menatap Haruto. Haruto mengelap jejak air mata Yedam menggunakan ibu jarinya. "Jangan dipendam, gabaik."

"Aku cuma kepikiran sama omongan cewek yang ngomong pas aku lewat lorong sama kamu."

"Pas keruangan osis?." Yedam mengangguk.

"Terus kenapa jauhin Ruto?."

"Biar kamu pergi, lagian kayanya salah kalo semisal aku suka sama kamu. Secara aku ini kan ketua osis, kamu juga mau nyalonin diri jadi osis. Aku ga mau ya kalo semisal guru ada yang tau, bahkan ditengah jalan hubungan suruh kita break up. Ga, aku gamau Ruto. Jadi mending sekarang jaga jarak aja."

Yedam menghela napasnya pelan, ia sedikit lega karena sudah mengeluarkan apa yang ia pendam selama ini. Tapi dia juga takut kalau Haruto benar benar akan meninggalkannya.

Matanya kembali berkaca-kaca. Setetes air mata keluar, Haruto kembali menempatkan kepala Yedam pada dadanya. Membiarkan Yedam terisak.

"Kak.. Kakak sensitifan ya? tapi tolong, jangan terlalu mikirin omongan mereka ya. Mereka cuma pengerecok, cuma nilai kakak dari luarnya. Lagian Ruto suka sama kakak. Bukan suka lagi, bahkan udah jatuh cinta. Ruto suka kakak dari awal ketemu, bahkan sampai sekarang.

Ruto juga khawatir kakak ninggalin Ruto. Ruto cinta sama Yedam."

Yedam semakin terisak mendengar penuturan Haruto. "Jadi.. Kamu s-suka aku?." Yedam memberanikan diri mendongak dengan mata yang masih bercucuran air mata.

"Bukan suka lagi. Bahkan cinta Dam."

"Kakak mau jadi pacar Ruto?."

"Eh?." Yedam menghentikan acara tangisnya. Haruto ngomong apa barusan?.

"Jadi pacarku kak, mau?."

"Apasih Ruto, kan tadi aku udah bilang. Aku gamau kalo-"

Cup.

Wajah Yedam bersemu merah, matanya masih memandang Haruto penuh tanda tanya. Barusan Haruto mencium keningnya?

"RUTOOOOO!!." Haruto menaruh telunjuknya dibibir Yedam, "Sstt."

"Katanya ga mau ketauan."

Yedam mengerucutkan bibirnya. Haruto terkekeh melihat wajah Yedam, gemes.

"Mau kan kak?."

Yedam diam.

"Ruto sayang kakak, kak Damie-nya Ruto. Untuk sementara ini diam diam aja."

Yedam menatap wajah teduh Haruto. Senyum terukir dibibirnya, kemudian dia mengangguk. "Mau, satu syarat."

"Diam-diam. Bersikap biasa aja didepan siswa siswi?" Haruto mengangguk, ia mengulurkan helm kepada Yedam

Yedam naik ke motor scoopy milik Haruto, tangannya ia lingkarkan pada perut Haruto, dagunya ia taruh dipundak kanan Haruto, kekasihnya itu.

"Siap kapten!."

"Meluncur, princess~"

Suasana sore ini agak berbeda. Angin dingin ditambah kicauan burung, membuat suasana sore ini begitu indah. Apalagi bersama kekasih?.

"Ruto ruto, kamu jangan panggil aku kakak dong."

"Mau dipanggil apa?."

"Apa aja."

Haruto berfikir, ia melihat wajah cantik Yedam pada kaca spionnya. Rambutnya yang terbang lucu, ditambah mata sipitnya yang mengatup atup.

"Mirip waktu itu aja kak."

"Apa?"

"Damie."

Yedam mengangguk antusias. "Setuju! itu lucu!."

"Panggilannya lucu kaya orangnya."

Wkakwkakwkakwa jadian coeeekkkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wkakwkakwkakwa jadian coeeekkkk. Ini aku yang bikin cerita malah aku yang heboh.

Aku mau nanya deh, ini cerita ngefeel ga sih di kalian? atau kayak... cringe?

Vote dan comment juseyo~

Jangan jadi readers gelap ya! tinggalkan jejak dengan vote dan comment
See you'll on next part.

I hope you waiting next chapter, see you!

Glimpse of us ; HaruDamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang