Glimpse of us
🦋🦊."Ruto, ayo berangkat."
Yedam menutup gerbangnya dia beranjak kearah motor Haruto. Yang lebih muda itu mengulurkan tangannya, dia memberikan helm yang biasa dipakai oleh Yedam.
"Kamu kenapa?."
Yedam melirik kewajah Haruto yang terlihat sangat bete, tidak seperti biasanya. Haruto biasanya menyapa dengan senyuman, kali ini tidak.
Tanpa basa basi Haruto mengulurkan sebuah helm untuk Yedam, anak itu juga memakainya tanpa banyak cincong.
Haruto membantu Yedam naik ke motor ninja yang ia bawa. Setelahnya Yedam mengalungkan tangan mungil itu pada pinggang sang kekasih.
Setelahnya motor itu melesat pergi meninggalkan perumahan.
Selama perjalanan keduanya berada dalam keheningan, Haruto yang sedang dalam mood tidak baik nya dan Yedam yang tidak mau menganggu ketenangan Haruto.
Seperti biasa, Yedam menyandarkan kepalanya pada pundak kanan Haruto sembari menengok kepemandangan.
Setelah beberapa menit mereka berdua sampai diarea parkir sekolah, disana belum terlalu ramai namun cukup ada beberapa siswa.
Haruto mengelus tangan Yedam yang masih melingkar diperutnya.
Yedam terlonjak kaget, sedari tadi dirinya memejamkan matanya. Dengan cepat dia melepaskan tangannya kemudian turun dari motor Haruto.
Dilepaskannya helm itu pelan pelan, kemudian ia ulurkan helmnya pada Haruto yang masih mendudukkan dirinya pada motor ninja itu.
Haruto menerimanya. Masih dengan wajah kusut.
Yedam menelusuri tiap jajahan matanya. Melihat kearah lapangan bola basket, bola voly dan gedung sekolah yang terlihat dari area parkir.
Disana banyak pasang mata yang melihat kearah parkir, begitupun dia. Dengan cepat Yedam mengalihkan pandangannya kebawah, dia memainkan jarinya pada ujung cardigan yang ia pakai.
Haruto menoleh kearah kekasihnya itu, biasanya dia akan bicara setelah turun dari motor.
Yedam meraih ujung jaket Haruto. "Ruto, aku takut." cicitnya pelan. Sangat pelan, bahkan terdengar seperti bisikan.
"Takut kenapa?." Haruto menundukkan kepalanya, mensejajarkan tingginya dengan Yedam.
"Itu, ada dia. Aku takut ayo kekelas."
Haruto menjelajahi setiap gedung sekolah. Ya memang benar, banyak orang yang melihat kegiatan mereka hari ini. Tapi dia sungguh tidak tau siapa dia yang Yedam maksud.
Haruto menghembuskan nafasnya kasar, tangannya ia raih untuk memeluk pinggang sang kekasih. Yedam tentu saja diam, dia merasa terbantu. Bahkan terlindungi.
Setelah dipastikan motor sudah terkunci, Haruto menoleh kearah jendela. Matanya satu persatu melihat orang orang yang tengah mengintip mereka jelas jelasan.
"Kaya ga ada kerjaan aja pagi pagi, BALIK SANA." Bentak Haruto pada mereka, tentu saja yang sedari tadi melihat langsung bubar.
Yedam mendongakan kepalanya, sepi. Dia mencoba melihat kearah dia. Ah, anak itu rupanya tidak pernah kapok.
"Makasih ya Ruto, ayo kekelas." Yedam menunjukkan senyumnya, Haruto mengangguk sebagai jawaban. Kemudian keduanya pergi kedalam gedung bersamaan.
•
•
•"Hm, menarik."
"Mau lo apain?" ucap temannya itu sambil merangkul dia.
"Ajak balapan cui, sayang tu motor cakep kaga diajak balapan" sargah temannya yang satu lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Glimpse of us ; HaruDam
Ficção Adolescente[Chapter berantakan akibat error] "You look angel, Damie". 'Engga. Bukan saatnya ngerasain deja vu, Dam.' -Yedam.