9. tentang mimpi si bungsu

4.3K 509 13
                                    

Happy Reading!
.
.
.











Icung gak pernah kepikiran buat punya cita-cita yang bisa ngubah hidupnya lebih baik di masa depan. Icung pikir cita-cita itu cuma sekedar keinginan seseorang dalam meraih mimpinya saja. Awalnya Icung cuma iseng pas bapak nanya cita-cita dia itu apa? Dengan lantang dia ngejawab pengen jadi pemain sepak bola karena saat itu dia ngidolain Irfan Bachdim, pemain timnas yang bule itu.

Tapi, setelah ngeliat kakak-kakaknya yang serius banget buat raih cita-cita Icung jadi mikir, emangnya sepenting apa sih cita-cita itu? Apa kita wajib punya cita-cita biar bisa jalanin hidup lebih baik lagi?

"Dek, cita-cita itu bukan sekedar keinginan semata. Cita-cita juga bukan cuma biar kamu keliatan lebih keren karena punya cita-cita yang bagus. Tapi, cita-cita itu adalah suatu hal yang penting agar kelak kamu bisa menjalani hidup dengan baik dan lebih tertata rapi." Kata bapak sambil duduk di teras dengan secangkir kopi hitam buatan mama. Sedangkan Icung duduk lesehan di lantai sambil ngelus-ngelus Sasuke yang tidur di pangkuannya.

"Contohnya begini. Kalo kamu punya cita-cita pasti kamu langsung tau harus lanjut sekolah apa dan kerja apa biar cita-cita kamu itu terwujud. Nah, kalo gak punya cita-cita kamu pasti bakal males-malesan karena gak ada satu pun tujuan yang mau kamu raih. Gimana mau sukses kalo cita-cita aja gak punya." Lanjut bapak.

Icung ngangguk-nganggukin kepala mengerti. Ternyata sepenting itu cita-cita buat semua orang. Pantesan Mahen, Reyhan, Jono, Haikal, Jeman sama Cahyo semangat banget. Dan ternyata semuanya gak berakhir sia-sia. Mahen sekarang udah sukses wujudin cita-citanya yang pengen jadi hakim. Reyhan, sukses juga jadi arsitek dan pelukis. Jono, emang lagi proses tapi gak jarang dia juga suka ikut lomba angkat beban walau masih tingkat kabupaten. Haikal, jangan tanya lagi kakaknya yang satu itu. Ngambis betul dia mah. Jeman, dia juga patut di acungi jempol. Apalagi bentar lagi dia lulus terus sah jadi dokter. Cahyo, dia masih sekolah sih sama kaya Icung tapi semangat dia buat raih cita-cita juga jangan di ragukan. Hampir tiap hari Cahyo bantuin bapak di rumah makan biar ngerti ngurusin bisnis.

"Jadi pemain bola termasuk cita-cita yang baik, pak?" Icung bertanya sambil dongak natap bapak yang duduk di kursi rotan.

Bapak ngangguk sambil senyum. "Jelas baik. Apapun cita-cita nya yang penting bisa berguna bagi nusa, bangsa, agama dan keluarga."

"Bapak bakalan dukung kan kalo aku pengen jadi pesepak bola?"

"Ohh ya jelas dukung. Apapun cita-cita kamu bapak pasti dukung."

Icung tersenyum lebar sampai matanya menyipit kaya Jono. "Makasih ya pak."

Bapak ngusap rambut si bungsu lembut. "Anak-anak bapak semuanya pasti berhasil. Bapak yakin kalian pasti sukses di bidangnya masing-masing."

"Kalo bapak punya cita-cita?"

"Punya."

"Apa pak?" Icung penasaran banget sama cita-cita bapak sampai dia muter badan biar bisa liat bapak dengan jelas.

"Jadi bapak yang bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Dan mengantar anak-anaknya sampai ke pintu kesuksesan." Kata bapak terus biar tersenyum.

Mata Icung berbinar mendengarnya. Melihat bapak tersenyum hangat seperti ini benar-benar menghangatkan hatinya. Di lihat dari sorot mata bapak yang nampak tulus, Icung dapat menyimpulkan bahwa bapak adalah sosok ayah yang hebat. Bapak tidak pernah ngeluh walau sebenarnya dia ingin. Icung harus banyak-banyak belajar dari bapak biar gak gampang nyerah dengan keadaan.

"Pak, bimbing aku sampe bener-bener siap buat jalanin hidup yang rumit ini ya."

"Pasti.."

"HAIKAALLL..."

Yo Dream | Nct Dream✔(Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang