chp.2

19 3 41
                                    


Update: 2/07/22

Hari ini Dini dan Rin mengendarai mobil menuju sekolah, setelah beberapa menit mengendarai roda empat itu. Mereka berdua sekarang sudah berada di halaman sekolah.

Karna mereka berdua beda jurusan dan juga kelas tentu mereka berjalan ke arah yang berbeda. Dini berjalan menuju kelasnya sedangkan Rin, jangan tanya dia berjalan ke mana. Tentu saja ke rooftop, ia akan menyantai di atap sekolah sebelum bell pelajaran berbunyi.

Setelah berjalan beberapa langkah, Dini yang hampir mencapai pintu kelasnya tersentak ketika Xia yang tiba-tiba keluar dengan wajah yang kesal dan kaki yang di hentak kasar di atas lantai. "Ngapa tuh anak". Lirih Dini.

Dini memasuki kelas dan menatap Nanda serta Rara secara bergantian seolah bertanya ada dengan Xia hari ini?.

Rara dan Nanda yang di tatap tajam oleh gadis di depannya itu sedikit merinding dan gugup, jangan salahkan Dini, tatapan gadis itu memang seperti ingin memakan siapapun di hadapannya.

"Emm..bukan salah gw". Nanda yang kini jadi pusat tatapan Dini tak tau akan mengatakan apa.

"Itu juga bukan salah gw kalii". Nanda membela dirinya.

"Lalu?". Tanya Dini singkat.

"Xia tadi pengen cerita sesuatu, tapi gw sama Rara ngak denger dia dari awal sampe akhir dia cerita. Jadinya gitu deh dia kesal dan pergi gitu aja". Jelas Nanda dan Dini hanya mengangguk.

"Hmm.. sekarang cari dia dan minta maaf!".

"Ya dehh".

                                      ***

"Aaaaakkkk!!!!! Gini amat punya temen, mereka kan bisa pura-pura denger cerita gw, bukan malah sibuk sama hp doang!!". Xia berteriak dan mengeluarkan kekesalannya pada dua sahabatnya itu. [Si Rara sama Nanda memang butuh di baptis].

Xia kemudian mondar-mandir di tempatnya, yah..dia sekarang berada di rooftop makanya dia berani berteriak karna merasa bawah tidak ada yang akan mendengarnya, namun Xia tidak menyadari ada sepasang mata yang sedari dia membuka pintu rooftop, mata itu tidak berhenti menatapnya.

"Teman goblok, gila, tidak waras. Kenapa juga gw bisa temenan sama mereka, padahal kan sebelum gw kenal mereka gw anak yang ngk banyak bicara". Kesalnya.

Ia kemudian terduduk di tembok rooftop, menatap langit yang menampakkan awan dan angin sejuk yang menyentuh permukaan kulitnya. Cuaca saat itu juga sangat mendukung tidak begitu panas untuk berdiam diri di tempat itu.

"Klo ngk salah, dia temannya Dini kan?" Tanya pemuda yang sedari tadi menatap tingkah laku Xia.

Rin. Ia berjalan mendekati sosok gadis yang membuatnya ingin tertawa dengan kelakuannya. Ia kini berdiri tepat di hadapan Xia yang terduduk dengan wajah yang ia tutupi dengan lengannya.

Xia yang menyadari ada seseorang yang berdiri di depannya sontak berdiri dan membuat kepalanya terbentur dengan kepala Rin.

Brukk.

"Esshh....". Xia yang kini berdiri tegap menatap pemuda di depannya dan..

"A-astagaa.. m-maaf, gw ngk sengaja. Maaf". Rin yang mendengar itu menatap Xia dengan tajam. "Siapapun selamatkan akuuu!!". Batin Xia.

Xia dan Rin saling menatap, lalu bell pelajaran berbunyi dan sontak mengalihkan pandangan mereka berdua.

"Lo----- Lo harus cari gw buat minta maaf, gw ngk terima permintaan maaf Lo saat ini!!". Ucap Rin menunjuk wajah Xia dengan tatapan yang sangat mengerikan. [Kasian Xia].

Xia hanya terdiam dan mencoba untuk tidak gemetaran, ia kemudian berjalan kecil setelah Rin yang pergi terlebih dahulu. " Mati gw".

Di kelas, Rara dan Nanda sudah lelah mencari keberadaan sahabatnya. Mereka tidak mau menatap Dini, untung saja ketika mereka tiba bell sudah berbunyi dan Dini masih menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya.

Xia kini memasuki kelas, dan tepat di belakangnya guru yang mengajar pada jam pertama juga tiba. Semua siswa dengan sigap membenarkan posisinya dan tidak lagi mengeluarkan suara berisik. Dini yang masih setia pada posisinya akhirnya mendapat teguran dari ibu Hana.

"Dini!!!...". Gadis itu sontak mendongak dan menatap wanita di depannya. "Kenapa Bu?". [Durhaka sekali kan?].

"Kau ini, sudah selesai mimpi mu?". Tanya ibu Hana. "Belum Buu, tapi saya masih bisa melanjutkannya". Ucapnya dengan wajah tidak berdosa.

"Dasar kau ini, cepat ambilkan buku paketku di ruang guru. Kau tau letak mejaku kan?". Suruh Bu Hana lalu berjalan ke arah papan tulis.

"Sial, gw malas banget ke ruang guru anjirr". Lirihnya dan berjalan keluar kelas.

Dini yang berjalan menuju ke ruang guru tidak sengaja menabrak kakak kelasnya yang menjabat sebagai ketua OSIS. "Sorry kak".

"Tunggu--- Lo temen kelasnya Rara kan?". Tanya pemuda itu. Dini hanya mengangguk.

"Dia di cari sama pak Alan!". Dini lagi-lagi hanya mengangguk sebagai balasannya.

Setelah Dini mengambil buku paket gurunya itu, ia kembali berjalan menuju kelasnya. Sesampainya ia di kelas, ia langsung menyerahkan buku itu dan kembali duduk di tempatnya.

Bukannya fokus pada pelajaran Dini hanya sibuk dengan ponselnya, Tak lama kemudian bell istirahat berbunyi dan sontak membuyarkan pandangan Dini dan siswa yang lain tentu saja, bunyi surga bagi siswa-siswi sudah terdengar.

Dini kemudian menyampaikan apa yang di sampaikan oleh ketua osisnya "Raa..pak Alan nyari Lo!". Rara mengerutkan keningnya "Pak Alan sendiri yang kasih tau Lo?".

"Bukan, si tiang listrik yang bilang".

"Tiang listrik??".

Rara nampak berpikir dan menerka siapa yang di maksud oleh gadis di depannya itu "Kak Riski maksud Lo?".

"Iya".

Uppp upp.. Alhamdulillah up lagi guyss..maaf ya klo ceritanya agak gaje :)

Jangan lupa tekan tombol bintang di kiri bawah yak komen nya juga, jangan malu buat komennannya yah karna itu bakal bantu author biar semangat nulisnya and itu juga gratis kok. Heheh

Stay happy and enjoy 😺

MEETING WITH YOU (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang