Lama bingitss gak update><
Happy reading ❤️
--Menyebalkan!
Satu kata yang menggambarkan sosok Helios. Maura rasanya ingin menendang wajah menyebalkan cowok yang ada di hadapannya ini.
"Yang nyuruh lo balik siapa hm?"
Tolong ingatkan Maura untuk belajar cara berkata kasar versi zaman ini. Gadis itu berbalik menatap cowok yang duduk di kursi roda di bagian pojok kelas itu dengan tatapan jengah.
"Gue udah bawa lo ke kelas, udah beliin lo minum, udah ambil tas yang ketinggalan di mobil, terus udah bersihin sepatu lo yang gak ada kotor-kotornya, sekarang mau apalagi hah? Ini belum satu hari loh?!" dumel Maura kesal. Ia menatap tajam cowok itu.
Helios hanya menampilkan raut wajah datar.
"Rapihin rambut gue," titah Helios membuat Maura menggeram tertahan.
"Cepat, sekalian lap keringat gue," lanjut Helios.
Maura memperhatikan wajah cowok itu. Tidak ada keringat sama sekali, bahkan rambutnya tertata rapi.
"Lo mau kerjain gue ya?" tuding Maura, belum cukup setengah hari ia sudah lelah mengurus laki-laki itu.
Helios mengedikkan bahunya. "Lima detik lagi, peluru sana bakalan hancurin kepala lo," ujar Helios sembari menyeringai.
Maura menatap ke pintu kelas, ada dua pria berpenampilan serba hitam tengah menodongkan pistol ke arahnya. Kata Feyra, benda itu bisa membuat ia mati jika terkena padanya.
Ayolah, Maura ingin menikmati hidupnya, membalas dendam pada orang-orang yang membuat pemilik tubuh menderita, juga membantu Feyra. Namun, kehadiran Helios seperti menghancurkan segalanya. Helios Adonis sangat menyebalkan. Arghh, Mengapa juga si pemilik tubuh harus membuat cowok itu lumpuh sih! Kan yang setres malah Maura.
"Dua ...." Ternyata Helios tengah menghitung mundur. "Sat——"
"IYA!" Maura langsung melangkah maju, merapihkan tatanan rambut cowok itu juga mengelap pelipisnya menggunakan telapak tangan. Helios hanya menampilkan wajah datar, sembari menatap wajah Maura.
"Mundur," suruh Helios. "Pergi sekarang! Nanti gue butuh, baru gue panggil lagi."
Maura memaksakan diri untuk tersenyum. Ia mundur dan keluar dari kelas XII itu, Maura tidak menghiraukan tatapan prihatin dari penghuni kelas karena nasibnya yang berurusan dengan Tuan muda keluarga Adonis.
Helios tersenyum puas. Namun, senyuman itu pudar kala sebuah sepatu menghantam wajahnya.
Tuk!
Ia melotot ke arah pintu, dan mendapati Maura yang menjulurkan lidahnya sebelum gadis itu lari terbirit-birit karena di kejar bodyguardnya.
"Rasain!" Dari gerakan bibirnya, itu yang Helios tau.
"Gadis nakal."
***
Maura menghela napas panjang. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Feyra dan meraung-raung kesal.
Feyra tersenyum kikuk saat semua tatapan mengarah padanya, bahkan di depan sana, seorang guru sudah menurunkan kaca matanya dan menatap menyelidik.
"Huaa! Gue kesel Fefey, pokoknya lo harus ajarin gue ngomong kasar. Gue mau maki-maki tu cowok huhu," ujar Maura.
"Lo pergi sekarang juga anjir, ngapain malah di kelas gue?!" kesal Feyra. Saat jam pelajaran berlangsung, Maura dengan seenak jidatnya masuk dan memeluk Feyra, mengadu soal Helios.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Villainees (On Going)
Teen Fiction[Story ke-7] Penjahat wanita abal-abal yang nyungsep di zaman modern ---- Ini adalah kisah seorang penjahat wanita dari zaman dulu, yang jiwanya mengalami perpindahan waktu ke masa modern. Azura Amela, gadis cantik namun licik yang merupakan antagon...