Baca part sebelumnya dulu yaa biar ngerti ! Monmaap baru bangun dari kenyataan jadi baru up!!
Happy reading 💗
Maura tersenyum miring saat Attana pergi meninggalkannya dengan raut kesal. Bagi Maura, menghadapi hama kecil seperti itu sangatlah mudah.
"Mau melawanku hm?" Bibirnya menyeringai lebar. "Tidak semudah itu Per—— per apa ya?" Maura mengerjap. Ia baru mendengar kata baru, namun ia lupa apa katanya.
Sembari keluar dari toilet, ia terus mengingat kata itu. "Per... Perduso? Aish! Apa ya?" Ia mengetuk pelipisnya.
"Ah! Perguso! Haish sepertinya aku harus belajar kata-kata lagi biar lebih oke!" Gadis itu tersenyum sumringah dan tak sabar mempelajari beberapa kata gaul.
Baru juga akan berbelok di lorong, Maura sudah di kejutkan dengan pria tampan yang duduk di kursi roda. Tatapan Helios menghunus tajam padanya sembari bersedekap dada.
"YAKH!" Maura terjengkang kaget. "Sedang apa kau di situ?"
"Cih!" Helios berdecih sinis. "Lo mau buat gue kelaparan hm? Kenapa gak nyamperin gue di kelas padahal udah jam istirahat?" Ada nada kesal di ucapan cowok tampan itu.
Maura memutar bola matanya jengah. Ia kembali mengingatkan kehidupannya dulu sebagai Azura. Hidup di kerajaan dan sebagai anak Penasehat Kerajaan, tentu Azura mempunyai Dayang yang melayaninya. Namun sekarang? Ia benar-benar menjadi babu oleh pria tampan yang menyebalkan ini.
"Oh ayolah Tuan, kau bisa langsung pergi ke kantin, bulan malah mencariku dan mengisahkan ku," sinis Maura.
Helios menyipitkan matanya. Ia mendorong kursi rodanya hingga mendekat ke arah Maura.
"Menyusahkanmu?" Helios mengulang kalimat Maura. "Apa gue perlu tembak otak bodoh lo biar lo sadar kalau sekarang lo itu Babu gue hah?!"
"YAKH! AKU BUKAN PESURUH MU BODOH!" sentak Maura kesal. Emosinya benar-benar meluap setiap menyangkut pria ini.
"Your voice girl." Helios menggeram.
Maura berdecih malas. "Apa hah? Kau mau mengancam akan membunuhku lagi?"
"Lo pintar menebak juga. Jadi, jangan buat kesal dan berakhir nembak otak bodoh lo itu," sengit Helios.
"Si paling tukang mengancam--"
Dor!
"OH TUHAN?!" Maura terpekik kala peluru melesat di samping wajahnya dan menancap di dinding belakang.
Matanya melotot sempurna ke arah Helios yang tersenyum miring sembari meniup ujung pistol yang baru saja ia gunakan."Tukang mengancam hm?" Helios tersenyum miring melihat wajah pucat gadis itu.
Maura menghela napas berat. Nyawanya benar-benar di kendalikan oleh pria ini.
"Dasar menyebalkan! Awas saja kau, aku akan belajar ilmu hitam di dunia ini dan mengutukmu," gumam Maura dan langsung beralih ke belakang kursi roda Helios untuk mendorongnya ke kantin.
"Ya,ya, ya. Gue bakalan menantikan lo jadi dukun ilmu hitam," respon Helios mengejek, membuat Maura mencebikkan bibirnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Villainees (On Going)
Teen Fiction[Story ke-7] Penjahat wanita abal-abal yang nyungsep di zaman modern ---- Ini adalah kisah seorang penjahat wanita dari zaman dulu, yang jiwanya mengalami perpindahan waktu ke masa modern. Azura Amela, gadis cantik namun licik yang merupakan antagon...