Suara tepuk tangan meriah dari para penonton sesaat setelah pertunjukan Sirkus selesai mulai menggema memenuhi ruangan. Membuat gadis bersurai hitam panjang langsung terbangun kaget, ia tertidur sepanjang pertunjukan.
Gadis itu menguap, mulai menge-cek ponselnya.
Pukul 10 malam.
Ia mendengus, ini sudah Minggu ketiganya yang dipenuhi dengan pertunjukan Sirkus berturut-turut. Gadis itu sama sekali tidak tertarik pada sirkus, sungguh.
Semenjak pindah ke Kota kecil ini, adik lelakinya selalu merengek untuk ditemani menonton Sirkus yang diadakan seminggu sekali. Jadi, mau tidak mau ia harus menuruti permintaan adiknya.
"Sudah selesai, saatnya pulang." Ucapnya.
"Ah, tolong tunggu sebentar, Kak." Tahan si Adik.
Si Gadis mendengus, "tidak, ini sudah terlalu malam."
"Baiklah, dasar tidak sabaran!"
Mereka berdua segera bangun dari tempat duduk dan berjalan menuju keluar ruangan.
"Minju!"
Gadis yang dipanggil menoleh ke sumber panggilan, alisnya mengernyit bingung.
"Jaemin? Ada apa?" Tanyanya.
Yang memanggil mulai menghampiri sambil tersenyum kikuk, "bisa ikut aku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Minju melirik kearah adiknya. "Kau mau menunggu atau pulang duluan, Jungwon?"
"Duluan saja, tidak apa-apa, kan?"
Si Kakak mengangguk. "Iya. Ayo, Jaemin."
Minju dan Jaemin memilih untuk duduk dikursi panjang belakang tempat Sirkus, suasananya lumayan canggung karena mereka berdua belum terlalu lama saling kenal. Keluarga gadis itu baru pindah ke kota ini, ingat?
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Minju memulai percakapan.
Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "sebenarnya aku sudah mengatakan ini Seminggu yang lalu kan, apa kau lupa?"
Minju memiringkan kepalanya. "Aku tidak ingat."
"Tolong biarkan aku membeli bingkai foto antikmu itu." Ucapnya, tidak mau berbasa-basi lagi.
"Apa?" Seru Minju, "jadi ini tentang bingkai itu lagi? Bukankah sudah aku bilang, sampai kapanpun aku tidak akan menjualnya!"
"Aku mohon, ini adalah permintaan Nenekku, ia sudah sangat tua dan jarang sekali meminta sesuatu. Namun, saat ia melihat bingkai foto di Rumahmu, ia langsung sangat menginginkannya. Apa kamu tidak kasian?" Bujuk Jaemin.
Baiklah, katakan saja Minju jahat, tapi ia sama sekali tidak peduli. Bingkai itu adalah peninggalan terakhir dari Ayahnya sebelum meninggal. Tidak mungkin ia jual begitu saja.
"Tidak bisa, Jaemin, maafkan aku." Ujarnya sambil berdiri, berniat meninggalkan tempat itu.
Jaemin tampak sedih, ia hanya bisa mengangguk pasrah. "Jadi tidak bisa sama sekali ya... Ya sudah, aku minta maaf karena sudah terlalu memaksamu."
Minju tersenyum tipis, "tidak apa-apa."
Keduanya dengan kompak mulai berjalan bersamaan untuk pulang, tapi tiba-tiba suara sekumpulan orang-orang berteriak sangat kencang terdengar begitu memekikan telinga.
"Astaga, apa yang terjadi?" Keluh Jaemin.
Mereka menoleh ke tenda belakang Sirkus yang terus bergoyang-pertanda ada keributan.
Tak lama, seseorang keluar dari tenda itu dengan wajah dan setengah tubuh yang berlumuran darah, tangannya terus menyeret tas yang entah apa isinya, karena sepertinya sangat berat.
Orang itu menghampiri Minju dan Jaemin yang mematung tak percaya dengan pemandangan didepan mereka.
"T-tolong..." Ucap orang itu.
Keduanya mengerjap, mulai kembali sadar.
"A-ada apa? Kenapa kau bisa berdarah seperti ini?" Tanya Minju, ia baru ingat jika orang didepannya ini adalah salah satu pemain Sirkus.
Jaemin mulai mendekat kearahnya, "kau berdarah banyak sekali, mari ikut aku ke Rumah Sakit." Tawarnya.
Si pemain Sirkus itu menggeleng lemah. "T-tidak, tidak akan sempat."
Minju dan Jaemin saling bertatapan, keduanya sama-sama bingung.
"Ayo lah, jangan menyerah. Kau tidak akan mati disini." Ajak Jaemin sekali lagi.
"Sudah kukatakan tidak!" Bentak si pemain Sirkus, membuat kedua Remaja dihadapannya terkejut. "M-maaf.."
Ia kemudian menyerahkan tas yang daritadi diseretnya pada mereka, "jika kalian ingin membantuku, bawalah tas ini. Apapun yang terjadi, jangan pernah memberikan isi tas ini pada siapapun. Aku mohon..." Ucapnya yang sudah semakin lemah.
Minju menerima tas itu, ia masih belum mencerna keadaan dan hanya terdiam.
"C-cepat lari dari sini sebelum orang-orang itu menemukan kalian!"
Tak lama setelah itu, si pemain Sirkus langsung menutup kedua matanya-dia mati.
(◔‿◔)
Hai, guys, ini kali pertamanya aku coba bikin cerita full pake bahasa baku, jadi maaf kalo rada kaku dan agak ga jelas ya wkwkwkwk
o iya, jangan lupa vote & comment<3
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️
Fanfiction[ buku pertama dari series BOOKS OF CIRCUS ] Jadi, kenapa para gadis yang dipilih untuk pergi ke Apartemen Maestro itu selalu berakhir menghilang? [ 2022 ]