Xiao Zhan berteriak lantang hingga suaranya serak. Tak peduli jika orang-orang memandang aneh ke arahnya. Ia hanya ingin menemukan Wang Yibo, sebelum pria itu pergi meninggalkannya lagi.
“Yibo, kembalilah. Aku mohon kembalilah, aku mencintaimu!!!” Xiao Zhan takut Yibo benar-benar pergi seperti apa yang Zhoucheng katakan.
Xiao Zhan jatuh berlutut dengan wajah berantakan. Area dada yang terasa sesak dipukuli terus hingga sebuah tangan mencekal tangannya yang terus bertindak bodoh.Xiao Zhan terlalu hancur, ia menepis tangan itu dengan kasar. Kembali melayangkan kepalan tangan ke area yang sama berniat mengurangi rasa sesak yang bersarang di sana.
“Kenapa sakitnya tidak mau hilang, hiksss ....”
Sosok yang tadi mencekal pergerakan Xiao Zhan berang. Tanpa sadar sosok itu berteriak dengan lantang menarik atensi beberapa orang di sana.
“Xiao Zhan!!! Berhenti menyakiti dirimu!” raung Yibo.
Teriakan itu sukses menghentikan aksi Xiao Zhan. Dengan bibir bergetar ia mendongak menatap sendu sosok yang menjulang tinggi di hadapannya.
“Hiksss, Yibo ....”
Sedetik kemudian adegan romantis bak drama Korea terjadi. Di tengah-tengah kerumunan orang yang berlalu lalang, Xiao Zhan berdiri menyatukan bibir miliknya dengan bibir Wang Yibo. Melumat, menyesap dan menjelajahi goa hangat pria yang dicintai dengan rakus. Hisapan demi hisapan ia berikan, tak peduli jika bibir kissable Yibo mulai terasa tebal karena bengkak.
Melupakan di mana keduanya berada, sepasang kekasih yang telah terpisah lama itu menutup mata menikmati rasa yang selalu mereka rindukan.
“To-long jangan tinggalkan aku lagi, Boo," pintanya penuh permohonan.
Wang Yibo mengusap punggung bergetar Xiao Zhan sayang, ia tak mampu menjawab meski hatinya menjerit ingin mengiyakan. Yibo masih waras, untuk tidak merusak rumah tangga Xiao Zhan.
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Kembalilah, Bunny suamimu pasti menunggumu.”
Ketahuilah bahwa Wang Yibo hanya berusaha tegar meski hatinya terasa diterjang ribuan belati tak kasat mata saat mengingat jika sosok di hadapannya telah menjadi milik orang lain.
"Tidak lagi. Aku mohon Yibo, jangan tinggalkan aku lagi. Apa lima tahun tidak cukup untukmu menyiksa batinku. Jangan lagi, aku mohon jangan lagi, hiksss ... selama ini aku hanya bertahan dengan keyakinan bahwa kau akan kembali bersamaku suatu saat nanti jadi aku mohon jangan hancurkan satu-satunya harapanku. Tak masalah jika kau telah memiliki penggantiku a-aku rela berbagi asalkan bersamamu. Aku rela menjadi simpanan, pemuas nafsu atau apa pun itu asal bersamamu, Wang Yibo. Aku mohon jangan tinggalkan aku.”
Xiao Zhan bersimpuh mengambil gestur memohon. Menyatukan kedua tangan di depan dada. Ia berusaha meyakinkan diri jika tak masalah menjatuhkan harga diri asalkan Wang Yibo kembali kepadanya.
Kedua mata yang berembun ditutup rapat. Meloloskan liquid bening yang sedari tadi menggenang. Tarikan napas dalam dilakukan guna meredam emosi yang berkecamuk, kemudian ikut bersimpuh menyamakan tinggi dengan Xiao Zhan.
"Hei, Bunny mengapa kau merendahkan diri seperti ini, hum? Asal kau tahu, Sayang, kau itu sangat berharga untuk menjadi sebuah simpanan atau apa pun itu. Lagi pula, itu tak akan pernah terjadi karna di sini hanya berdetak untuk satu orang. Baik itu dulu, sekarang maupun nanti. Di sini hanya terukir namamu Xiao Zhan.”
Yibo mengambil salah satu tangan Xiao Zhan, mengarahkan tangan yang terlihat kurus itu pada jantungnya yang berdebar-debar kencang.
"Lalu, mengapa kau tetap ingin pergi?”
“Bunny, aku tak mau menjadi benalu dalam rumah tanggamu, Sayang. Tolong mengertilah!”
“Rumah tangga apa? Benalu apa Yibo?"
"Percayalah, Sayang aku masih sangat mencintaimu tapi ketahuilah tidak selamanya cinta harus memiliki begitupun dengan cinta kita. Tak sepantasnya kita seperti ini, Bunny.”
"Memangnya kita kenapa, Yibo. Apa yang salah dengan kita? Kau mencintaiku dan aku mencintamu jadi di mana letak kesalahannya?”
"Salah, Bunny. Kau tidak boleh mengkhianati suamimu, Sayang.”
“Aku tidak pernah mengkhianatinya, Boo ... Aku selalu setia padanya dengan menjaga hati dan tubuhku.”
Hancur leburlah hati seorang Wang Yibo mendengarnya. Jika demikian, mengapa Xiao Zhan harus memohon agar Yibo tidak meninggalkannya? Tidak mungkin jika Xiao Zhan ingin memiliki mereka berdua. Pria itu bukanlah tipe yang egois.
Yibo menghapus lelehan air mata di wajah indah Xiao Zhan. “Pulanglah. Semoga kalian selalu bahagia."
“Tidak, aku tidak akan pulang. Aku muak berada di sana tanpamu. Aku benci dengan sepi yang selalu menemaniku selama ini. Apa kau tahu betapa tersiksanya aku setelah kau tinggalkan? Aku bahkan sempat berpokir untuk mengakhiri hidupku. Namun, janji itu terus saja membayangi. Aku mengingat kau akan kembali maka dari itu aku bertahan seorang diri. Tidakkah kau menyadari jika aku terlihat jauh berbeda setelah kau tinggalkan?”
Lidah Yibo terasa keluh, mulutnya seakan terkunci rapat tak mampu mengucapkan sepatah kata. Hatinya seakan dihantam batu besar saat menyadari apa yang dialami belahan jiwanya.
Memang benar, Xiao Zhan terlihat jauh berbeda dari lima tahun lalu. Tubuh berisi itu menghilang berganti menjadi kurus hingga membuat tulang pipinya menonjol. Kulit yang dulu putih mulus terlihat sedikit kecoklatan. meskipun begitu, pesona Xiao Zhan tetap tidak berkurang. Bagi Yibo, Xiao Zhan tetaplah sosok terindah yang pernah ia temui.
“Tolong kembalilah padaku. Cintai aku lagi. Lindungi aku lagi. Aku mohon, Wang Yibo." Xiao Zhan menggenggam erat kedua tangan pria yang dicintainya. Onyx coklat rusanya menatap penuh permohonan pada Wang Yibo.
Wang Yibo memalingkan muka. Melepaskan genggaman tangan Xiao Zhan dengan halus. Menangkap wajah mantan kekasihnya kemudian melayangkan ciuman di dahi dengan jeda yang sedikit lama.
"Maafkan aku, Bunny. Wo ai ni.”
Yibo bangkit, berlalu meninggalkan Xiao Zhan yang masih bersimpuh di lantai sembari meraung-raung. Ingin rasanya Yibo membunuh dirinya sendiri karena telah berani menyakiti pria yang amat ia cintai itu. Namun Yibo tak punya pilihan lain, Xiao Zhan telah menjadi milik orang lain. Pergi dan menghilang dari hidup Xiao Zhan adalah jalan terbaik untuk mereka.
Sementara itu, Wang Yiren menatap sendu ke arah Xiao Zhan. Tak ada yang bisa ia lakukan. Yiren tahu putranya masihlah mencintai Xiao Zhan tapi melihat bagaimana anaknya memutuskan pergi membuktikan jika ada suatu alasan kuat yang tidak memungkinkan keduanya bersatu maka kembali. Ia memilih menutup mulut rapat-rapat. Tak ingin menambah luka Yibo dengan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Ayo, Bu,” ujar Yibo seraya menarik tangan sang ibu menuju loket.
Xiao Zhan frustasi. Dengan tangan bergetar, ia Membuka tasnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. “Jika kau benar-benar meninggalkanku maka aku akan mengakhiri semuanya di sini, Wang Yibo! Aku lebih baik mati dari pada harus merasakan sakit itu lagi.”
Seketika langkah kaki Wang Yibo terhenti. Dengan raut khawatir pria tampan itu menoleh, alangkah terkejutnya ia mendapati Xiao Zhan telah menodongkan cutter ke lehernya sendiri. Kakinya bergerak tanpa komando. Berlari mendekat untuk merampas benda tajam yang bisa melukai Xiao Zhan kapan saja.
Aksi nekat yang dilakukan oleh Xiao Zhan tentu menarik atensi banyak orang yang sejak tadi cosplay menjadi penonton. Pihak keamanan bandara ikut turun langsung setelah menerima laporan dari salah satu calon penumpang.
"Jangan bertindak gila, Xiao Zhan!?”
Wang Yibo meraung, dirinya tak habis pikir bagaimana bisa pria yang lemah lembut seperti Xiao Zhan bisa bertindak nekat seperti ini.
"Aku memang gila asal kau tahu. Aku gila karena mencintaimu. Aku gila menunggumu di tengah keputusasaan. Apa kau tahu, aku hanya memilikimu saat ini, dia juga telah pergi jadi apa gunanya aku bertahan jika tak menginginkanku lagi. Jangan mendekat!!!” teriak Xiao Zhan saat tim keamanan banda mulai mengikis jarak.
Yibo menggeleng samar, memberi kode pada pihak keamanan untuk tidak bertindak gegabah. "Sayang, dengarkan aku, hum? Aku mencintaimu, Bunny sungguh! Jadi lettakkan cutternya, oke?”
Alih-alih menurut, Xiao Zhan justru semakin menekan bagian tajam cutter yang ia pegangi hingga leher putih itu bernoda merah.
“Lihat, Yibo. Lihat ini ... lukanya bahkan tidak terasa sakit. Aku terlalu kebal dengan rasa itu semenjak kau pergi.”
Wang Yibo bersimpuh, air matanya berlomba-lomba turun melihat cairan merah pekat keluar dari sisi leher Xiao Zhan yang terluka.
“Jika kau benar-benar mencintaiku maka lettakkan cutternya, Sayang. Aku janji akan menuruti apa pun kemauanmu."
Wang Yibo menyerah, jika memang Xiao Zhan tak berniat melepaskannya maka ia akan kembali. Terkurung dalam lingkar setan yang Xiao Zhan ciptakan hingga pria itu sendiri yang melepaskannya.
"Benarkah? Kau tidak bohong, 'kan?"
“Tentu saja, Sayang. Kemarilah peluk aku,” pintanya seraya merentangkan kedua tangan.
Tak!!!
Cutter itu jatuh begitu saja di atas ubin, seiring pergerakan tubuh Xiao Zhan yang berlari menerjang Wang Yibo.
"Te-rima kasih, hiksss ... terima kasih telah menerimaku kembali,” ujar Xiao Zhan dengan nada riang tapi tak berlangsung lama, karena sedetik kemudian tubuh itu perlahan merosot turun menandakan sang pemilik tubuh telah hilang kesadaran.
“Bunny!!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough (Yizhan) PDF Ready✅
RomancePerbedaan kasta dan restu membawa Wang Yibo dan Xiao Zhan pada sebuah perpisahan yang menyakitkan. Ini adalah sebuah kisah di mana cinta, pengorbanan, kerja keras dan tekad diuji. Mampukah keduanya meraup kebahagiaan bersama atau justru berhenti...